Viral Dugaan Pelecehan, Eksploitasi Guru Honorer, Hingga Intoleransi di SMAN 4 Kota Serang, Mantan Kepala Sekolah Angkat Bicara

sekolah-pixabay-
Viral Dugaan Pelecehan, Eksploitasi Guru Honorer, Hingga Intoleransi di SMAN 4 Kota Serang, Mantan Kepala Sekolah Angkat Bicara
Belakangan ini, jagat media sososial, khususnya Instagram, diramaikan oleh unggahan dari akun anonim bernama @savesmanfourkotser yang membongkar sejumlah dugaan pelanggaran serius di SMAN 4 Kota Serang. Unggahan tersebut mulai viral pada tanggal 6 Juli 2025 dan langsung mengundang reaksi luas dari masyarakat, terutama kalangan alumni, orang tua siswa, hingga pegiat pendidikan.
Dalam beberapa unggahannya, akun tersebut mengungkapkan berbagai masalah yang diduga terjadi di lingkungan sekolah tersebut, mulai dari pelecehan seksual, pungutan liar, eksploitasi guru honorer, minimnya fasilitas pendidikan, hingga dugaan tindakan intoleran. Berbagai laporan ini pun memicu perdebatan sengit di ruang publik dan menempatkan SMAN 4 Kota Serang sebagai sorotan nasional.
Dugaan Pelecehan Seksual Memicu Kemarahan
Salah satu isu yang paling menyita perhatian publik adalah adanya dugaan pelecehan seksual yang dilakukan oleh oknum guru di SMAN 4 Kota Serang. Menurut informasi yang disampaikan oleh akun @savesmanfourkotser, korban berasal dari berbagai angkatan—mulai dari alumni hingga siswi aktif kelas 10.
Yang lebih menggegerkan lagi, saat para korban mencoba melaporkan kejadian tersebut, respon dari pihak sekolah dinilai tidak memadai. Alih-alih memberikan perlindungan dan solusi, pihak sekolah justru disebut hanya meminta korban untuk “memaafkan” dan tidak memberi tahu orang tua.
“Sudah ya, dimaafkan saja, jangan bilang orang tua,” tulis salah satu unggahan yang menjadi viral.
Tidak ada langkah penegakan hukum atau sanksi tegas terhadap pelaku, sehingga banyak pihak merasa bahwa kasus ini hanya ditangani secara internal tanpa memperhatikan hak-hak korban. Hal ini tentu saja menimbulkan rasa kecewa dan trauma mendalam bagi para korban serta keluarga mereka.
Fasilitas Minim, Kegiatan Siswa Tersendat
Selain masalah pelecehan, akun tersebut juga mengungkapkan kondisi fasilitas sekolah yang tidak memadai. Kegiatan ekstrakurikuler dan kompetisi siswa kerap kali terganggu karena minimnya dukungan anggaran dari pihak sekolah. Seorang siswa bahkan menceritakan pengalaman buruknya ketika meminta bantuan dana untuk mengikuti lomba.
Respons yang didapat bukan dukungan, melainkan sindiran keras dari pihak sekolah: “Kalau miskin jangan banyak gaya.”
Kondisi ini membuat semangat belajar dan berkarya para siswa menjadi terpatahkan. Padahal, kegiatan ekstrakurikuler merupakan bagian penting dalam pembentukan karakter dan pengembangan potensi siswa.
Guru Honorer Merasa Diabaikan
Tidak hanya itu, akun anonim ini juga mengungkapkan adanya dugaan eksploitasi terhadap guru honorer. Beberapa guru yang telah mengabdi sejak tahun 2021 merasa diabaikan karena tidak pernah diajukan sebagai ASN atau PPPK. Bahkan, data mereka disebut tidak dicantumkan dalam usulan perekrutan.
Setelah bertahun-tahun mengabdikan diri dengan dedikasi tinggi, mereka merasa seperti "dibuang diam-diam" tanpa apresiasi yang layak dari pihak sekolah. Perlakuan ini dinilai sangat tidak manusiawi dan merugikan tenaga pendidik yang selama ini turut berkontribusi dalam proses pembelajaran.
Pungutan Liar dan Bisnis Terselubung?
Lebih lanjut, akun tersebut juga menyebut adanya praktik bisnis terselubung di sekolah. Siswa diwajibkan membeli Lembar Kerja Siswa (LKS), buku Ramadan, hingga seragam tambahan dengan harga yang cukup tinggi. Yang lebih mencurigakan, pembelian tersebut tidak disertai kwitansi resmi, sehingga menimbulkan pertanyaan besar mengenai transparansi aliran dana.
Orang tua murid merasa dibebani secara ekonomi, terlebih jika biaya-biaya tersebut tidak termasuk dalam rincian SPP atau komite sekolah. Masalah ini pun semakin memperburuk citra sekolah di mata masyarakat.
Budaya Diam dan Intimidasi?
Akun @savesmanfourkotser juga mengungkap adanya budaya diam dan intimidasi yang diduga kuat terjadi di lingkungan SMAN 4 Kota Serang. Siswa maupun pengurus OSIS/MPK yang berusaha bersuara kritis disebut mendapatkan tekanan dari pihak tertentu.
Puncak dari rangkaian dugaan tersebut adalah insiden intoleransi saat sekolah memerintahkan OSIS untuk menghapus unggahan ucapan selamat Hari Kenaikan Isa Al-Masih. Langkah ini dinilai bertentangan dengan prinsip keberagaman dan nilai-nilai dasar pendidikan yang seharusnya mengedepankan toleransi dan saling menghargai antarumat beragama.
Tanggapan Ade Suparman, Mantan Kepala Sekolah
Menyikapi gempuran pemberitaan ini, mantan Kepala Sekolah SMAN 4 Kota Serang, Ade Suparman, akhirnya angkat bicara. Ia memberikan klarifikasi atas berbagai tuduhan yang berkembang di masyarakat.
"Memang benar pernah terjadi kasus pelecehan, itu terjadi pada tahun 2023 saat saya masih menjabat," ujar Ade saat ditemui di SMAN 4 Kota Serang, Kecamatan Kasemen, Selasa (8/7/2025).
Ia menjelaskan bahwa pemberhentian guru PNS tidak bisa dilakukan secara sepihak oleh pihak sekolah tanpa melalui prosedur yang sesuai aturan. Menurutnya, kasus tersebut sudah diselesaikan secara damai antara pihak keluarga korban, anak, dan pelaku, dengan sekolah hanya berperan sebagai fasilitator pertemuan.
“Masalahnya sudah diselesaikan secara damai, jadi tidak benar jika dikatakan sekolah membiarkan. Kalau tidak ada laporan, bagaimana kami bisa tahu?” ucapnya.
Ade menambahkan bahwa sekolah tidak bisa serta-merta mengambil tindakan hukum tanpa adanya laporan formal. Pihaknya hanya bisa melakukan pembinaan awal dan melaporkan kejadian tersebut kepada Badan Kepegawaian Daerah (BKD) untuk diproses lebih lanjut sesuai mekanisme yang berlaku.