6 Alasan Utama Gagal Lolos Seleksi Administrasi LBJR Jasa Raharja 2025, Calon Peserta Magang Kecewa dan Minta Transparansi

sekolah-pixabay-
6 Alasan Utama Gagal Lolos Seleksi Administrasi LBJR Jasa Raharja 2025, Calon Peserta Magang Kecewa dan Minta Transparansi
Pengumuman hasil seleksi administrasi program Langkah Bakti Jasa Raharja (LBJR) 2025 telah resmi dirilis, membawa harapan bagi ribuan pencari kerja yang berambisi bergabung dengan salah satu BUMN ternama di Indonesia. Namun, alih-alih membawa kegembiraan, pengumuman tersebut justru memicu gelombang kekecewaan dan kebingungan di kalangan pelamar.
Banyak calon peserta magang yang merasa dokumen mereka sudah lengkap, sesuai syarat, dan diunggah dengan benar, namun tetap dinyatakan tidak lulus seleksi administrasi. Fenomena ini memicu sorotan tajam di media sosial, dengan netizen menuntut transparansi dari pihak penyelenggara.
Gelombang Protes di Media Sosial: “Dokumen Lengkap, Tapi Gagal?”
Sejak pengumuman resmi dibuka, berbagai platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter dibanjiri komentar kecewa dari para pelamar. Banyak yang merasa proses seleksi administrasi tidak transparan dan tidak memberikan penjelasan jelas terhadap alasan penolakan.
Salah satu pengguna Instagram dengan akun @rentonganz menyampaikan keluhannya:
"Tadi di aplikasi sebelah ada yang share, dia berkas nggak lengkap tapi kok tetap lolos administrasinya????? Heyy no no yaa."
Keluhan serupa juga datang dari akun @pencarikerjadibekasi, yang menyatakan:
"Min kasih tau dong alasannya gagal administrasi. Nggak transparan cuy, nggak jelas. Perasaan dokumen semua aman. Ada yang komen umur 19–20 tahun gagal juga, padahal kemarin admin ngomongnya nggak ada batasan usia."
Di TikTok, pengguna @aylop1yu menambahkan:
"Iya ka, nggak jelas banget. Masa administrasi aja gagal, padahal dokumen lengkap semua. Mau banding ke mana?"
Keresahan ini mencerminkan betapa tingginya antusiasme masyarakat terhadap program LBJR 2025. Program magang yang digagas oleh PT Jasa Raharja ini bukan hanya dianggap sebagai pintu masuk ke dunia kerja, tapi juga sebagai kesempatan emas untuk membangun karier di lingkungan BUMN yang profesional dan stabil.
Mengapa Banyak Pelamar Gagal di Tahap Administrasi?
Hingga berita ini diturunkan, pihak Jasa Raharja belum merilis pernyataan resmi yang menjelaskan secara rinci kriteria penilaian atau alasan spesifik di balik ketidaklolosan peserta dalam tahap administrasi. Namun, berdasarkan pengalaman seleksi serupa di tahun-tahun sebelumnya, serta masukan dari praktisi HR dan pelamar yang pernah lolos, terdapat enam alasan umum mengapa banyak pelamar gagal di tahap awal ini.
1. Format Dokumen Tidak Sesuai dengan Ketentuan
Salah satu penyebab paling umum adalah ketidaksesuaian format dokumen. Meskipun pelamar mengunggah semua berkas, jika formatnya tidak sesuai—misalnya, file yang diminta dalam bentuk PDF tetapi dikirim dalam format JPG atau Word—maka sistem bisa langsung menolak.
Contohnya, surat lamaran, CV, atau surat pernyataan harus dalam format PDF, berukuran tertentu, dan dengan nama file yang sudah ditentukan. Pelamar yang mengabaikan detail ini, meski niatnya baik, berisiko besar gugur sejak awal.
2. Ukuran File Terlalu Besar atau Terlalu Kecil
Sistem pendaftaran online biasanya memiliki batasan ukuran file untuk setiap dokumen. Jika ukuran file terlalu besar (misalnya di atas 2 MB), sistem bisa gagal memprosesnya. Sebaliknya, file yang terlalu kecil (kurang dari 100 KB) sering dianggap tidak jelas atau hasil scan berkualitas rendah.
Banyak pelamar yang tanpa sadar mengunggah hasil scan dokumen yang buram karena terlalu dikompresi, sehingga teks menjadi tidak terbaca oleh sistem maupun tim verifikasi.
3. Dokumen Blur atau Tidak Jelas Terbaca
Ini adalah kesalahan teknis yang sering diremehkan. Meskipun dokumen sudah di-scan, jika hasilnya buram, terpotong, atau terlalu gelap, maka akan dianggap tidak memenuhi syarat. Fotokopi ijazah, KTP, atau transkrip nilai yang tidak jelas bisa langsung menyebabkan pelamar gagal.
Untuk menghindari hal ini, pelamar disarankan menggunakan aplikasi scan berkualitas tinggi, memastikan semua tulisan terbaca dengan jelas, dan tidak ada bagian yang terpotong.
4. Kesalahan Penamaan File
Kesalahan sepele seperti salah memberi nama file bisa menjadi alasan gagal lolos. Misalnya, sistem meminta file bernama CV_NamaLengkap.pdf, tetapi pelamar mengunggah dengan nama Curriculum Vitae.pdf atau cv saya.pdf. Meskipun isi dokumen benar, sistem otomatis bisa menolak karena tidak sesuai protokol.
Penamaan file yang tidak sesuai menunjukkan ketidaksungguhan atau ketidakteraturan pelamar—faktor yang sering dianggap penting dalam penilaian administrasi.
5. Pengisian Formulir Tidak Lengkap atau Tidak Konsisten
Beberapa pelamar mungkin mengisi formulir pendaftaran secara terburu-buru atau tidak teliti. Ada yang lupa mengisi kolom penting seperti nomor HP, alamat email, atau pilihan lokasi magang. Bahkan, ada yang mengisi data yang tidak konsisten antara formulir dan dokumen yang diunggah (misalnya, nama di KTP berbeda dengan nama di formulir).
Ketidakkonsistenan data seperti ini bisa langsung menggugurkan pelamar, karena dianggap sebagai potensi kesalahan administratif atau bahkan ketidakjujuran.
6. Tidak Memenuhi Persyaratan Teknis yang Krusial
Meskipun terlihat sepele, ada beberapa persyaratan teknis yang bersifat krusial namun sering dilupakan. Contohnya:
Tidak mengunggah surat pernyataan bermaterai.
Tidak melampirkan pas foto dengan latar belakang tertentu.
Usia di luar rentang yang sebenarnya disyaratkan (meski tidak diumumkan secara eksplisit).
Status pendidikan belum lulus atau belum memiliki ijazah (hanya surat keterangan lulus tanpa syarat yang memadai).
Beberapa pelamar juga menyebutkan bahwa mereka berusia 19–20 tahun namun tetap gagal, padahal sebelumnya tidak ada batasan usia yang dipublikasikan. Hal ini menimbulkan spekulasi bahwa ada kriteria tersembunyi atau sistem penilaian otomatis yang memfilter berdasarkan usia, meskipun belum dikonfirmasi secara resmi.
Mengapa Transparansi Sangat Dibutuhkan?
Kasus LBJR 2025 menjadi cerminan bahwa meskipun antusiasme terhadap program magang BUMN sangat tinggi, proses rekrutmen masih perlu diperbaiki dari sisi komunikasi dan transparansi. Banyak pelamar yang menghabiskan waktu berhari-hari untuk menyiapkan dokumen, melakukan scan ulang, dan memastikan semuanya rapi—namun akhirnya gugur tanpa tahu penyebab pastinya.
Dalam dunia kerja profesional, transparansi bukan hanya soal etika, tapi juga bagian dari good corporate governance. Pihak Jasa Raharja, sebagai BUMN yang diawasi oleh negara, seharusnya bisa memberikan penjelasan yang lebih jelas dan sistematis terhadap hasil seleksi.