Innalillahi wa Inna Ilaihi Raji’un, Marsma Fajar Adriyanto Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Pesawat Latih di Bogor pada Minggu 3 Agustus 2025

Marsma-Instagram-
Innalillahi wa Inna Ilaihi Raji’un, Marsma Fajar Adriyanto Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Pesawat Latih di Bogor pada Minggu 3 Agustus 2025
Dunia penerbangan Indonesia diguncang kabar duka mendalam. Marsekal Pertama (Marsma) TNI Angkatan Udara, Fajar Adriyanto, gugur dalam kecelakaan pesawat latih yang jatuh di kawasan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Minggu pagi (3/8/2025). Insiden tragis ini tidak hanya menyisakan duka bagi institusi TNI AU, tetapi juga mengguncang hati keluarga, rekan sesama penerbang, hingga masyarakat luas yang mengenal sosoknya sebagai sosok yang rendah hati, profesional, dan penuh dedikasi.
Pesawat latih jenis light sport aircraft yang dioperasikan oleh Federasi Aerosport Seluruh Indonesia (FASI) itu dilaporkan hilang kontak pada pukul 09.19 WIB. Setelah tim SAR melakukan pencarian intensif, pesawat ditemukan telah jatuh di area perkebunan dekat Desa Ciampea. Dari hasil evakuasi, Marsma Fajar Adriyanto dinyatakan meninggal dunia di lokasi kejadian, sementara kopilot yang mendampinginya, Roni, berhasil diselamatkan dalam kondisi luka berat dan langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif.
Kecelakaan ini menjadi perhatian nasional, mengingat Marsma Fajar Adriyanto bukan hanya seorang penerbang tempur, tetapi juga sosok yang sangat dihormati di lingkungan militer dan dunia penerbangan sipil. Ia dikenal aktif dalam berbagai kegiatan aerosport dan menjadi mentor bagi banyak penerbang muda, baik dari kalangan militer maupun sipil.
Profil Lengkap Marsma Fajar Adriyanto: Sang "Redwolf" yang Tak Pernah Berhenti Mengudara
Marsma Fajar Adriyanto lahir di Bandung, 20 Juni 1970. Di usia 55 tahun, ia meninggalkan warisan panjang dalam dunia penerbangan Indonesia. Lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) tahun 1992 ini memulai kariernya sebagai penerbang tempur, mengemudikan salah satu pesawat paling ikonik di jajaran TNI AU: F-16 Fighting Falcon.
Dalam dunia penerbangan, ia dikenal dengan callsign "Redwolf" — julukan yang mencerminkan ketangkasannya di udara, ketenangan dalam menghadapi tekanan, serta semangat kepemimpinan yang tak pernah padam. Sebagai penerbang tempur, Fajar Adriyanto telah melalui berbagai misi strategis, pelatihan intensif, hingga latihan gabungan internasional yang menegaskan kapabilitas TNI AU di kancah global.
Meski telah meniti karier hingga ke pangkat Marsekal Pertama, Fajar tidak pernah berhenti belajar. Ia kerap terlibat dalam program pelatihan penerbang muda, baik secara formal maupun informal. Banyak junior dan rekan kerjanya yang menyebutnya sebagai "guru terbang yang sabar" dan "sosok yang selalu mau berbagi ilmu".
Jejak Kemanusiaan dan Kehidupan Keluarga Sang Penerbang
Di balik seragamnya yang gagah, Fajar Adriyanto adalah seorang suami dan ayah yang penuh kasih. Ia menikah dengan seorang wanita yang akrab dipanggil Mbak Dewi, sosok yang dikenal rendah hati dan selalu mendukung perjalanan karier sang suami. Dari pernikahannya, mereka dikaruniai dua putra laki-laki, Akmal dan Sandi, yang tumbuh dengan bangga menyebut ayah mereka sebagai pahlawan udara.
Dalam unggahan media sosial dari rekan-rekannya, banyak yang menyebut bahwa Fajar adalah sosok yang hangat dan dekat dengan keluarga. Ia kerap membagikan momen bersama anak-anaknya, terutama saat liburan atau acara keluarga. Bahkan, belum lama ini, ia baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-55, sebuah momen yang kini menjadi kenangan terakhir bagi orang-orang tercinta.
“Baru kemarin saya ucapkan selamat ulang tahun kepadanya. Beliau orang baik, ramah, dan sangat suka berbagi ilmu. Sungguh kehilangan besar,” tulis seorang netizen di akun Twitter @nicholasmartua, yang kemudian viral dan di-retweet ribuan kali sebagai bentuk penghormatan.
Respons Resmi dan Belasungkawa dari Berbagai Pihak
TNI AU telah mengeluarkan pernyataan resmi atas kejadian ini. Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia, menyampaikan belasungkawa mendalam dan menyebut Marsma Fajar Adriyanto sebagai "prajurit terbaik yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kejuangan dan profesionalisme".
“Kehilangan Marsma Fajar Adriyanto adalah pukulan berat bagi TNI AU. Beliau bukan hanya penerbang handal, tetapi juga panutan bagi generasi penerus. Kita akan mengenang jasanya dan melanjutkan semangatnya,” ujar KSAU dalam konferensi pers singkat di Mabes TNI AU, Jakarta.
Bukan hanya dari internal militer, belasungkawa juga mengalir deras dari dunia penerbangan sipil, komunitas aerosport, hingga masyarakat umum. Banyak pihak yang menyampaikan dukungan melalui media sosial dengan tagar #SelamatJalanPakFajar dan #RedwolfTerakhir, menghormati perjalanan terakhir sang penerbang legendaris.
Investigasi Awal: Apa yang Menyebabkan Pesawat Jatuh?
Hingga kini, penyebab pasti kecelakaan masih dalam penyelidikan oleh tim gabungan yang terdiri dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), TNI AU, dan FASI. Data flight tracker menunjukkan pesawat sempat mengalami anomali ketinggian sebelum akhirnya kehilangan sinyal komunikasi.