Nonton Download Film Panggil Aku Ayah 2025 Dibintangi Ringgo Agus Rahman di Bioskop Bukan LK21: Ketika Hati Penagih Utang Meleleh demi Anak Asuh yang Tak Diundang

Panggil aku ayah-Instagram-
Nonton Download Film Panggil Aku Ayah 2025 Dibintangi Ringgo Agus Rahman di Bioskop Bukan LK21: Ketika Hati Penagih Utang Meleleh demi Anak Asuh yang Tak Diundang
Apakah Film Panggil Aku Ayah 2025 Dibintangi Ringgo Agus Rahman Akan Lanjut ke Season 2?
Di tengah hiruk-pikuk industri film Indonesia yang kerap dipenuhi kisah cinta, komedi slapstick, atau horor seram, hadir sebuah film yang membawa napas berbeda—penuh emosi, menyentuh hati, dan sarat makna kemanusiaan. Panggil Aku Ayah, film drama keluarga terbaru dari sutradara kondang Benni Setiawan, menghadirkan kisah yang sederhana namun mendalam tentang pertemuan tak terduga antara seorang penagih utang dan seorang anak kecil yang tanpa sengaja mengubah hidupnya selamanya.
Film yang mulai tayang di bioskop pada 7 Agustus 2024 ini bukan sekadar cerita tentang utang-piutang, melainkan sebuah refleksi tentang kasih sayang, tanggung jawab, dan ikatan batin yang terbentuk di luar ikatan darah.
Dari Penagih Utang Jadi Pengasuh Tak Resmi
Bercerita tentang dua saudara sepupu, Dedi (diperankan oleh Ringgo Agus Rahman) dan Tatang (Boris Bokir), yang bekerja sebagai penagih utang di sebuah perusahaan pembiayaan. Mereka adalah sosok yang biasa tampil garang, tegas, dan tak kenal kompromi saat menagih utang dari debitur yang menunggak. Namun, dibalik sikap keras mereka, tersimpan kisah hidup yang juga tak mudah—dua orang biasa yang berjuang mencari nafkah di tengah tekanan ekonomi dan tuntutan pekerjaan.
Suatu hari, misi rutin mereka berubah total saat mereka mendatangi rumah Rossa (Sita Nursanti), seorang ibu muda yang telah lama menunggak cicilan. Hidup Rossa jauh dari glamor. Ia tinggal berdua dengan putrinya yang masih kecil, Intan (Myesha Lin), di sebuah rumah sederhana yang mencerminkan kondisi ekonomi yang serba pas-pasan. Saat Dedi dan Tatang datang, Rossa tak bisa membayar—bukan karena tak mau, tapi benar-benar tak mampu.
Ide Gila yang Berujung pada Hati yang Tersentuh
Dalam situasi yang memanas, Tatang, yang dikenal lebih impulsif, melontarkan ide kontroversial: membawa Intan sebagai "jaminan" sampai Rossa bisa melunasi utangnya. Gagasan ini langsung memicu kekacauan. Intan menangis histeris, menjerit ingin kembali ke pelukan ibunya. Adegan ini menjadi titik balik emosional yang kuat dalam film.
Namun, di tengah kekacauan itu, Dedi—yang selama ini dikenal dingin dan tegas—justru menunjukkan sisi lain dari dirinya. Ia tak marah, tak memaksa. Malah, ia mencoba menenangkan Intan, memberinya makanan, dan bahkan bernyanyi untuk membuat anak itu tertidur. Adegan-adegan kecil ini perlahan membuka celah di hati Dedi yang selama ini terkunci rapat oleh kerasnya dunia penagihan.
Melihat penderitaan Intan, Dedi akhirnya memutuskan untuk mengembalikan anak itu ke ibunya. Keputusan ini sempat membuat Tatang kesal, tapi Dedi bersikeras: "Anak kecil bukan barang jaminan."
Kepergian yang Meninggalkan Tanggung Jawab
Malam itu, Rossa kembali menemui Dedi dan Tatang—kali ini dengan wajah penuh keputusasaan. Ia mengungkapkan bahwa ia tak akan bisa membayar utang dalam waktu dekat. Ekonomi keluarganya benar-benar hancur. Ia harus pergi jauh, mungkin ke luar kota atau bahkan luar pulau, untuk mencari pekerjaan dan mengumpulkan uang demi masa depan Intan.
Dalam keputusannya yang penuh beban, Rossa memilih untuk menitipkan Intan kepada Dedi dan Tatang. Ia tak memberi tahu mereka sebelumnya. Keputusan ini diambil sepihak, tanpa diskusi, tanpa persiapan. Hanya sebuah surat singkat dan kepergian diam-diam yang meninggalkan Intan dalam pelukan dua orang asing yang sehari sebelumnya datang untuk menagih uang.
Awal dari Sebuah Transformasi
Bagi Dedi dan Tatang, situasi ini benar-benar tak terduga. Mereka bukan orang tua. Mereka bahkan belum pernah mengasuh anak. Tatang panik, bingung, dan sempat ingin menolak. Tapi Dedi, entah karena rasa iba atau dorongan batin yang tak bisa dijelaskan, memilih untuk menerima tanggung jawab itu.
Di sinilah perjalanan emosional dimulai. Dari penagih utang yang biasa berurusan dengan cicilan dan angsuran, Dedi perlahan belajar menjadi sosok yang hangat, sabar, dan protektif. Ia mengantar Intan ke sekolah, membelikan seragam, menemani saat anak itu sakit, dan bahkan belajar memasak bubur karena Intan tidak suka makanan cepat saji.
Setiap hari bersama Intan menjadi pelajaran hidup bagi Dedi. Ia mulai melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda. Rasa empati yang dulu terkubur di balik tugas pekerjaan, kini perlahan bangkit. Ia mulai mempertanyakan: Apa arti menjadi seorang ayah? Apakah harus lahir dari darah daging? Atau cukup dari ketulusan hati?
Hubungan yang Berubah, Hati yang Menyatu
Hubungan antara Dedi, Intan, dan Tatang pun ikut berubah. Tatang, yang awalnya ogah-ogahan, perlahan mulai ikut terlibat. Ia yang dulu hanya peduli pada target penagihan, kini ikut khawatir saat Intan demam atau tidak masuk sekolah. Mereka berdua—dua penagih utang yang dulu ditakuti—kini menjadi "ayah" bagi seorang anak yang tak mereka kenal sebelumnya.
Film ini juga menyuguhkan momen-momen haru yang diselingi humor segar, terutama dari interaksi Tatang yang kocak dan polos. Tapi di balik tawa, ada renungan mendalam tentang ketidakadilan sosial, tekanan ekonomi, dan bagaimana sistem bisa membuat orang tua terpaksa meninggalkan anak demi bertahan hidup.
Karya Benni Setiawan yang Penuh Jiwa
Panggil Aku Ayah digarap oleh Benni Setiawan, sutradara yang sudah terbukti jago mengangkat kisah keluarga dengan sentuhan realistis dan emosional, seperti dalam 3 Hati Dua Dunia, Satu Cinta. Kali ini, ia kembali menunjukkan kepiawaiannya dalam membangun karakter dan membangkitkan empati penonton.
Naskah film ini ditulis oleh Rifki Ardisha, yang sukses menciptakan dialog-dialog alami dan penuh makna. Setiap kalimat, setiap tatapan, dan setiap diam dalam film ini seolah punya cerita tersendiri.
Akting Ringgo Agus Rahman sebagai Dedi mendapat pujian luas dari para kritikus. Ia berhasil menampilkan transformasi karakter dari sosok dingin menjadi ayah yang penuh kasih—tanpa terkesan dipaksakan. Sementara Myesha Lin, yang masih sangat muda, tampil memukau sebagai Intan. Ekspresinya yang polos dan natural membuat penonton ikut larut dalam kesedihan dan kebahagiaannya.