NO SENSOR! Video Rekaman CCTV 2 Menit 32 Detik Zara Qairina Mahathir di Videy saat Dibully Hingga Meninggal Dunia di Usia 13 Tahun

NO SENSOR! Video Rekaman CCTV 2 Menit 32 Detik Zara Qairina Mahathir di Videy saat Dibully Hingga Meninggal Dunia di Usia 13 Tahun

video-pixabay-

NO SENSOR! Video Rekaman CCTV 2 Menit 32 Detik Zara Qairina Mahathir di Videy saat Dibully Hingga Meninggal Dunia di Usia 13 Tahun
Viral Rekaman CCTV! Tragedi Zara Qairina Mahathir, Dugaan Perundungan, dan Misteri Kematian Remaja 13 Tahun di Sabah, Malaysia
Papar, Sabah — Dunia maya digemparkan oleh kabar meninggalnya seorang remaja putri berusia 13 tahun, Zara Qairina Mahathir, yang diduga menjadi korban perundungan (bullying) di sekolah asramanya di Papar, Sabah, Malaysia. Tragedi yang terjadi pada 16 Juli 2025 ini memicu gelombang duka dan kemarahan di kalangan warganet, khususnya di platform media sosial seperti TikTok, Instagram, dan Twitter, setelah beredar klaim tentang rekaman CCTV yang menunjukkan detik-detik sebelum Zara ditemukan tak bernyawa.

Namun, yang lebih memilukan, muncul spekulasi liar bahwa Zara diduga pernah dimasukkan ke dalam mesin cuci oleh senior di asrama. Klaim ini pun memicu kehebohan, meski hingga kini belum ada konfirmasi resmi dari pihak berwenang.



Siapa Zara Qairina Mahathir? Sosok Remaja yang Menyentuh Hati Publik
Zara Qairina Mahathir dikenal sebagai siswi yang ceria, berprestasi, dan memiliki senyum yang selalu menghiasi wajahnya. Ia merupakan murid di salah satu sekolah menengah berasrama di kawasan Papar, Sabah — wilayah yang terletak di ujung selatan negara bagian Sabah, Malaysia.

Sejak duduk di bangku SMP, Zara dikenal sebagai anak yang rajin dan memiliki bakat di bidang seni. Foto-foto dirinya yang tersebar di media sosial menunjukkan seorang remaja yang penuh semangat, sering mengenakan seragam sekolah dengan rambut diikat rapi, dan senyum yang tulus.

Namun, siapa sangka bahwa di balik senyum itu, Zara mungkin tengah mengalami penderitaan batin yang tak terlihat oleh mata?



Detik-Detik Tragedi: Zara Ditemukan Tak Sadarkan Diri di Sekitar Asrama
Pada pagi hari tanggal 16 Juli 2025, suasana di lingkungan asrama sekolah tiba-tiba ricuh. Seorang siswa menemukan Zara tergeletak tak sadarkan diri di dekat area belakang gedung asrama, tepatnya di dekat tempat cuci atau laundry umum yang biasa digunakan oleh siswa.

Saksi mata mengatakan bahwa Zara ditemukan dalam posisi terlentang, dengan wajah pucat dan tubuh lemas. Beberapa siswa langsung berteriak minta tolong, dan petugas sekolah segera membawa Zara ke klinik terdekat sebelum dirujuk ke Rumah Sakit Papar.

Sayangnya, nyawa Zara tak tertolong. Dokter menyatakan ia sudah tidak bernyawa saat tiba di rumah sakit. Kabar kematian gadis belia ini langsung menyebar cepat, bukan hanya di kalangan siswa, tetapi juga ke masyarakat luas.

Dugaan Awal: Jatuh dari Lantai 3, Tapi Keluarga Curiga Ada yang Tak Beres
Pihak sekolah awalnya menyampaikan bahwa Zara kemungkinan terjatuh dari lantai tiga gedung asrama. Namun, penjelasan ini langsung menuai kecurigaan dari keluarga korban, terutama sang ibu, yang datang ke rumah sakit untuk melihat jenazah putrinya.

Saat memeriksa tubuh Zara, sang ibu dilaporkan menemukan sejumlah luka memar yang mencurigakan, terutama di bagian punggung, lengan, dan kepala. Salah satu luka berbentuk memar besar di punggung Zara menjadi sorotan utama. Ini yang memicu dugaan bahwa kematian Zara bukan semata karena kecelakaan, melainkan akibat kekerasan fisik.

“Kenapa ada memar besar seperti bekas benturan keras? Kalau jatuh dari lantai tiga, pasti ada luka di kepala atau kaki. Tapi ini... seperti dipukul atau ditindih,” ungkap sang ibu dalam wawancara singkat dengan media lokal.

Viral Rekaman CCTV: Benarkah Zara Dimasukkan ke Mesin Cuci?
Belum reda duka, dunia maya kembali diguncang oleh klaim mengerikan. Sebuah akun TikTok dengan nama pengguna @user80860771069 mengunggah klaim bahwa rekaman CCTV yang menunjukkan Zara sebelum meninggal telah tersebar.

Dalam keterangan unggahannya, akun tersebut menulis:
“Rekaman CCTV Zara. Senior tak punya hati memasukkan Zara ke dalam mesin basuh.”

Unggahan ini langsung viral. Dalam hitungan jam, video tersebut telah ditonton ratusan ribu kali dan dibagikan ke berbagai platform. Banyak warganet yang terkejut dan marah, terutama saat membaca narasi bahwa Zara diduga pernah dimasukkan ke dalam mesin cuci oleh senior sebagai bentuk hukuman atau perundungan.

Beberapa komentar pun bermunculan:

“Kak, ini kejadiannya di negara mana? Kok bisa ada anak dimasukkan ke mesin cuci? Itu kan bisa membunuh!” — @Robbyeka

“Di Sabah, Malaysia. Zara dibully oleh senior. Ini bukan pertama kalinya terjadi di asrama,” balas @Koyon.

“Bukti sudah ada, kenapa tindakan tidak diambil? Apa sekolah tutup-tutupi?” — @zainab

Namun, hingga kini, keaslian rekaman CCTV tersebut belum bisa diverifikasi. Pihak kepolisian Sabah menyatakan bahwa mereka sedang menyelidiki semua bukti digital, termasuk kemungkinan kebocoran rekaman dari sistem keamanan asrama.

Polisi Selidiki Dugaan Perundungan dan Kekerasan Fisik
Kepolisian Daerah Papar telah membuka penyelidikan kriminal terhadap kasus ini. Menurut keterangan resmi dari Kepala Polisi Daerah Papar, Insp. Mohd Firdaus Hassan, tim forensik telah melakukan autopsi terhadap jenazah Zara, dan hasilnya akan dirilis setelah proses hukum selesai.

“Kami tidak menutup kemungkinan adanya unsur kekerasan atau kelalaian. Kami sedang menginterogasi beberapa saksi, termasuk teman sekamar, guru asrama, dan staf sekolah. Semua kemungkinan sedang kami telusuri,” ujar Insp. Firdaus dalam konferensi pers, 18 Juli 2025.

Polisi juga meminta masyarakat untuk tidak menyebarkan informasi yang belum terverifikasi, termasuk video atau foto yang beredar di media sosial, karena bisa mengganggu proses penyelidikan dan menimbulkan hoaks.

Respons Masyarakat dan Tuntutan Keadilan
Tragedi Zara memicu gelombang solidaritas nasional. Di media sosial, tagar #JusticeForZara dan #StopBullyingMalaysia sempat menjadi trending di Twitter Malaysia. Banyak warganet yang menuntut pertanggungjawaban dari pihak sekolah dan otoritas pendidikan setempat.

Sejumlah aktivis hak anak juga turut angkat bicara. “Ini bukan kasus pertama. Banyak kasus perundungan di asrama yang tidak terungkap karena sistem yang tertutup. Kita butuh reformasi dalam pengawasan asrama dan pelatihan mental bagi siswa,” ujar Dr. Aina Rahman, pengamat pendidikan dari Universiti Malaya.

Di sisi lain, petisi daring yang menuntut investigasi independen telah ditandatangani lebih dari 50.000 orang dalam waktu tiga hari.

Peringatan dari Ahli: Bahaya Perundungan di Lingkungan Sekolah
Psikolog remaja, Dr. Farah Izzati, menekankan bahwa perundungan di lingkungan sekolah, terutama di asrama, bisa berdampak sangat serius. “Remaja yang mengalami bullying sering kali menutupi penderitaannya karena takut dihukum atau dianggap ‘pelapor’. Mereka merasa tidak punya tempat aman,” katanya.

Ia menambahkan, tanda-tanda perundungan tidak selalu berupa luka fisik, tapi juga perubahan perilaku, penurunan prestasi, dan isolasi sosial. “Kasus Zara harus menjadi alarm bagi semua pihak: orang tua, guru, dan pemerintah — bahwa sistem perlindungan anak masih sangat rapuh.”

Keluarga Zara Minta Keadilan, Doa Mengalir dari Seluruh Negeri
Saat dimintai komentar, keluarga Zara menyampaikan rasa kehilangan yang mendalam. “Zara adalah anak yang baik, penyayang, dan tidak pernah menyakiti siapa pun. Kami hanya ingin keadilan. Kami ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi di hari terakhir hidupnya,” ujar paman Zara, yang mewakili keluarga.

Rumah duka di kampung halaman Zara di Papar dipenuhi karangan bunga dan doa dari warga setempat. Banyak yang menyalakan lilin sebagai simbol solidaritas, sementara sejumlah sekolah mengadakan upacara penghormatan khusus untuk mengenang almarhumah.

TAG:
Sumber:


Berita Lainnya