Viral! Rekaman CCTV Ungkap Dugaan Kekerasan Suster terhadap Anak TikToker Afifah Riyad, Sang Pelaku Akhirnya Mengaku

Afifah-Instagram-
Viral! Rekaman CCTV Ungkap Dugaan Kekerasan Suster terhadap Anak TikToker Afifah Riyad, Sang Pelaku Akhirnya Mengaku
Belum lama ini, jagat media sosial dihebohkan oleh sebuah rekaman CCTV yang menampilkan dugaan tindak kekerasan terhadap anak oleh seorang suster rumah tangga. Korban diduga adalah Victory, anak dari TikToker dan selebritas media sosial Afifah Riyad. Video yang menyebar luas di platform seperti TikTok, Instagram, dan Twitter ini langsung memicu kemarahan publik dan memicu diskusi luas tentang pentingnya perlindungan anak dan profesionalisme pengasuh rumah tangga.
Kejadian ini bermula dari unggahan Afifah Riyad di akun Instagram pribadinya, @afifahriyad, yang membagikan rekaman CCTV dari rumahnya. Dalam video tersebut, terlihat momen ketika Victory, anak berusia dua tahun, tiba-tiba muntah saat berada di rumah tetangga. Suster yang bertugas mengawasinya kemudian memberi perintah agar anak kecil itu mengambil tisu untuk membersihkan bekas muntahannya.
Namun, alih-alih membantu, suster justru terlihat mendorong tubuh mungil Victory dan menarik tangannya dengan kasar. Adegan ini menjadi semakin menggugah empati ketika Victory tampak bingung dan ketakutan, namun tetap dipaksa untuk membersihkan lantai meskipun tubuhnya masih lemah akibat muntah.
Tidak berhenti di situ, rekaman lain yang diunggah oleh Afifah menunjukkan adegan yang lebih mengejutkan. Dalam video tersebut, Victory sedang bermain di dalam tenda mainannya. Tiba-tiba, suster mendekat, menjambak rambut anak tersebut sebanyak dua kali secara berturut-turut. Aksi ini dilakukan tanpa alasan yang jelas, hanya karena anak itu tidak segera merespons panggilannya.
Kejadian ketiga yang terekam adalah ketika Victory tidak sengaja menumpahkan minuman milik sang suster. Alih-alih bersikap sabar atau memahami bahwa anak usia dua tahun masih dalam proses belajar, suster langsung menarik tubuh Victory dengan keras dan memarahinya dengan nada tinggi. Ekspresi wajah sang anak yang ketakutan dan menangis pun terlihat jelas dalam rekaman tersebut.
Afifah Riyad, sebagai seorang ibu, mengaku merasa hancur dan marah setelah melihat rekaman-rekaman itu. Dalam keterangan unggahannya, ia menyatakan bahwa suster tersebut baru bekerja selama satu bulan di rumahnya. Awalnya, ia merasa nyaman dengan kehadiran sang suster karena anaknya tampak dekat dengannya. Namun, semua kepercayaan itu runtuh begitu melihat bukti visual yang begitu menyakitkan.
“Saya merasa dikhianati. Saya mempercayakan anak saya, yang masih sangat kecil dan belum bisa bicara dengan baik, kepada orang ini. Saya tidak menyangka akan terjadi hal seperti ini,” ujar Afifah dalam unggahan video klarifikasinya.
Yang membuat kasus ini semakin viral adalah pengakuan langsung dari sang suster. Dalam sebuah video yang diunggah oleh akun TikTok @afifahriyad, suster tersebut tampak duduk di hadapan Afifah dan mengakui perbuatannya. Dengan suara bergetar, ia mengatakan, “Saya dorong Victory, saya jambak dia, dan saya marahi.”
Saat ditanya alasan mengapa ia tega menjambak anak berusia dua tahun, jawaban sang suster justru mengejutkan. “Maksudnya bukan jambak yang keras-keras, Bu. Tapi biar dia dengar,” katanya. Pengakuan ini langsung menuai kritik dari netizen, karena jelas bahwa menjambak bukanlah cara yang pantas untuk mendidik atau menegur anak kecil.
Afifah pun melanjutkan interogasinya dengan pertanyaan tajam: “Harus dijambak dulu biar dia dengar? Harus didorong dulu? Harus ditarik tangannya?” Sang suster hanya bisa mengangguk pelan, tak mampu memberi alasan yang masuk akal.
Banyak netizen yang langsung bereaksi dengan kemarahan dan empati terhadap Victory. Banyak yang menyebut bahwa tindakan suster tersebut jelas merupakan bentuk kekerasan fisik dan psikologis terhadap anak. Beberapa pihak juga menyarankan agar kasus ini dilaporkan ke pihak berwajib, mengingat korban masih sangat kecil dan rentan mengalami trauma jangka panjang.
Psikolog anak dan keluarga, dr. Rini Sekartini, M.Si., Psikolog, mengatakan bahwa tindakan seperti mendorong, menjambak, dan memarahi anak di bawah usia tiga tahun dapat menyebabkan dampak serius pada perkembangan emosional dan mental. “Anak usia dua tahun masih dalam tahap membentuk rasa aman dan percaya terhadap orang dewasa di sekitarnya. Jika ia mengalami kekerasan dari pengasuhnya, bisa timbul trauma, kecemasan, bahkan gangguan perilaku di masa depan,” jelasnya.
Afifah sendiri mengungkapkan bahwa ia telah memutuskan hubungan kerja dengan suster tersebut dan tidak akan mempekerjakannya lagi. Ia juga menyatakan akan lebih selektif dalam memilih pengasuh untuk anaknya di masa depan. “Saya belajar banyak dari kejadian ini. Tidak boleh lengah soal siapa yang mengasuh anak saya. Anak saya harus selalu dalam lingkungan yang aman dan penuh kasih,” katanya.
++++
Kasus ini menjadi pengingat penting bagi para orang tua, terutama yang memiliki anak kecil dan membutuhkan bantuan pengasuh. Memasang kamera CCTV di rumah bukan lagi sekadar tindakan waspada, melainkan bentuk tanggung jawab untuk melindungi anggota keluarga yang paling rentan. Selain itu, penting juga untuk melakukan pemantauan berkala, komunikasi intensif dengan pengasuh, serta memahami tanda-tanda kekerasan pada anak.
Hingga kini, video pengakuan sang suster terus menyebar dan menjadi viral di berbagai platform. Banyak netizen yang memberikan dukungan kepada Afifah dan mendoakan kesembuhan emosional Victory. Beberapa komunitas perlindungan anak juga turut mengamati perkembangan kasus ini, berharap agar hal serupa tidak terulang pada keluarga lain.
Di tengah hiruk-pikuk media sosial, pesan utama dari kisah ini jelas: anak-anak adalah generasi penerus yang harus dilindungi. Setiap tindakan kekerasan, sekecil apa pun, tidak bisa ditoleransi. Dan sebagai orang dewasa, kita punya kewajiban moral untuk menciptakan dunia yang lebih aman bagi mereka.
#StopKekerasanAnak – mari jadikan kasus ini sebagai momentum untuk lebih peduli, lebih waspada, dan lebih bertanggung jawab terhadap masa depan si kecil.