Jember Fashion Carnaval 2025 Sukses Guncang Dunia, Budi Setiawan Ajak Publik Rancang Masa Depan JFC 2026 Bersama

Jember Fashion Carnaval 2025 Sukses Guncang Dunia, Budi Setiawan Ajak Publik Rancang Masa Depan JFC 2026 Bersama

Jfc-Instagram-

Jember Fashion Carnaval 2025 Sukses Guncang Dunia, Budi Setiawan Ajak Publik Rancang Masa Depan JFC 2026 Bersama

Gelaran megah yang dinanti-nantikan kembali mengguncang tanah air. Jember Fashion Carnaval (JFC) ke-23 resmi mencatatkan sejarah baru dalam dunia seni pertunjukan dan pariwisata Indonesia. Digelar selama tiga hari penuh pesona, dari 8 hingga 10 Agustus 2025, event yang digelar di Jalan Gajah Mada, Kabupaten Jember ini sukses menyedot perhatian masyarakat lokal, nasional, hingga mancanegara.



Dengan tema yang sarat makna dan tampilan visual yang memukau, JFC 2025 bukan sekadar parade kostum mewah, melainkan sebuah perayaan budaya, inovasi, dan kreativitas yang lahir dari akar lokal untuk tampil di pentas global. Seperti biasa, Grand Carnival menjadi puncak dari rangkaian acara, di mana puluhan karnaval berjalan dengan megah, dipadukan dengan musik orkestra, tari, dan efek panggung yang spektakuler.

10 Defile yang Menggambarkan Kekayaan Dunia
Pada malam puncak, sebanyak 10 defile utama menghiasi jalanan Jember, masing-masing membawa pesan artistik yang mendalam. Mulai dari Anatomy yang mengupas tubuh manusia dalam bentuk seni futuristik, hingga Botanica yang merayakan keindahan flora Indonesia dengan kostum berbahan daur ulang yang ramah lingkungan.

Tak ketinggalan, Allograph menghadirkan bentuk tulisan dan simbol dari berbagai peradaban kuno, sementara Nile Enigma membawa penonton melaut ke Mesir kuno dengan piramida raksasa dan kostum emas berkilauan. Kejayaan Tembok Besar Tiongkok dihidupkan kembali dalam Great Wall of China, sedangkan Nias menegaskan jati diri budaya lokal Nusantara lewat tarian dan motif tradisional yang diangkat secara modern.



Dari dunia maritim, Pinisi menampilkan kapal legendaris Indonesia sebagai simbol kejayaan maritim bangsa. Sementara Origami membawa estetika Jepang dengan lipatan kertas raksasa yang berubah menjadi mahakarya hidup. Di sisi teknologi, Aerospace melambungkan imajinasi ke luar angkasa dengan desain futuristik dan efek cahaya yang memukau. Penutup yang epik datang dari Symphonia, sebuah kolaborasi antara musik klasik dan visual seni yang menyentuh emosi penonton hingga tetes air mata.

Dukungan Nasional dan Pengakuan Internasional
Kesuksesan JFC 2025 tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, termasuk pemerintah pusat. Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamen Kemenparekraf), Ni Luh Enik Ermawati, turut hadir dan menyampaikan apresiasi mendalam atas penyelenggaraan event yang dinilainya sebagai salah satu ikon pariwisata unggulan Indonesia.

“JFC adalah bukti nyata bahwa kreativitas lokal bisa bersaing di kancah internasional. Ini bukan sekadar karnaval, tapi juga diplomasi budaya yang membawa nama baik Indonesia,” ujar Ni Luh Enik dalam sambutannya di panggung utama.

Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, komunitas, dan pelaku ekonomi kreatif dalam mengembangkan event-event seperti JFC agar terus berkelanjutan dan semakin profesional.

Warisan Dynand Fariz yang Tak Lekang oleh Waktu
Di balik kemegahan JFC, ada nama besar yang terus dikenang: Dynand Fariz, pendiri Jember Fashion Carnaval yang meninggal pada 2021. Warisannya kini diemban oleh Presiden JFC, Budi Setiawan, yang terus berkomitmen menjaga dan mengembangkan JFC sebagai gerakan budaya yang hidup dan relevan.

“JFC bukan hanya event tahunan. Ini adalah gerakan kultural, ekosistem kreatif, dan mesin penggerak ekonomi bagi ribuan pelaku seni, desainer, penjahit, dan pelaku UMKM di Jember,” ujar Budi Setiawan dengan penuh semangat usai penutupan acara.

Menurutnya, JFC telah menjadi lebih dari sekadar karnaval. Ia adalah simbol kolaborasi, inovasi, dan ketahanan budaya di tengah arus globalisasi. “Kita tidak hanya membuat kostum, kita sedang menulis sejarah. Setiap jahitan, setiap langkah di atas catwalk, adalah bagian dari narasi besar tentang identitas Indonesia,” tambahnya.

JFC 2026: Kolaborasi Publik untuk Masa Depan yang Lebih Gemilang
Melihat antusiasme masyarakat yang terus meningkat, Budi Setiawan tidak ragu untuk mengajak seluruh elemen masyarakat—mulai dari seniman, komunitas, pelajar, dunia usaha, hingga pemerintah daerah—untuk bersiap menyambut JFC 2026.

“JFC 2026 harus menjadi milik bersama. Kita ingin melibatkan lebih banyak pihak, dari ide, kreativitas, hingga dukungan finansial. Ini bukan proyek satu orang, tapi gerakan kolektif untuk kemajuan budaya dan ekonomi kreatif Jember dan Indonesia,” ajak Budi.

Ia juga membuka peluang bagi desainer muda, pelajar SMK bidang tata busana, hingga komunitas seni dari seluruh penjuru Tanah Air untuk berpartisipasi dalam proses kreatif JFC 2026. “Kami ingin JFC semakin inklusif, semakin berdampak, dan semakin berkelanjutan.”

Dampak Ekonomi dan Pariwisata yang Luar Biasa
Selain nilai seni dan budaya, JFC juga membawa dampak ekonomi yang signifikan bagi Kabupaten Jember. Data sementara menunjukkan bahwa selama tiga hari penyelenggaraan, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Jember meningkat hingga 300% dibanding hari biasa.

Hotel-hotel penuh, rumah makan ramai, dan pasar tradisional kebanjiran pembeli. Tidak hanya itu, banyak pelaku UMKM yang menjual produk khas Jember—mulai dari keripik tempe, batik Jember, hingga aksesori karnaval—mengalami lonjakan omzet hingga 200%.

TAG:
Sumber:


Berita Lainnya