Klarifikasi Jessica Radcliffe Pelatih Orca yang Dikabarkan Meninggal Dunia Akibat Dimakan Paus, Benarkah Hoax dan AI?

Jessica-Instagram-
Klarifikasi Jessica Radcliffe Pelatih Orca yang Dikabarkan Meninggal Dunia Akibat Dimakan Paus, Benarkah Hoax dan AI?
Viral Video Pelatih Orca Dimakan Paus: Fakta atau Hoaks? Ini Penjelasan Lengkap dan Klarifikasi Jessica Radcliffe
Belakangan ini, jagat media sosial dihebohkan oleh sebuah video yang menyebar luas di berbagai platform, terutama TikTok dan YouTube. Video tersebut menampilkan adegan mengerikan seorang pelatih lumba-lumba atau orca yang dikabarkan dimakan hidup-hidup oleh hewan asuhannya sendiri. Sosok yang disebut-sebut sebagai korban dalam video itu adalah Jessica Radcliffe, seorang pelatih orca yang dikabarkan tewas secara tragis di depan penonton saat pertunjukan di sebuah taman laut.
Namun, benarkah kejadian itu benar-benar terjadi? Apakah Jessica Radcliffe benar-benar dimakan paus? Dan bagaimana dengan video klarifikasi yang kemudian muncul? Simak ulasan lengkapnya di bawah ini.
Viralnya Video "Jessica Radcliffe Dimakan Paus"
Awal mula hebohnya video ini bermula dari unggahan akun TikTok @alhistorianstories1988 yang membagikan cuplikan pendek berdurasi beberapa detik. Dalam video tersebut, terlihat seorang wanita berpakaian seragam pelatih orca terjatuh ke dalam kolam, lalu langsung diserang oleh seekor paus orca besar. Adegan semakin mencekam saat terdengar suara jeritan memilukan yang diduga berasal dari sang pelatih: "Please help me! Help me! Helm me!" — yang kemudian dikaitkan sebagai teriakan Jessica Radcliffe meminta tolong.
Yang membuat video ini makin menyebar luas adalah narasi yang menyebut bahwa tidak ada satu pun penonton atau petugas yang langsung menolongnya. Baru setelah tubuhnya "habis dimakan", beberapa orang baru terlihat bergerak, namun sang pelatih sudah tak bernyawa, dengan tubuh penuh luka dan darah.
Banyak warganet yang terkejut, sedih, bahkan marah. Akun TikTok @nonna_jawapunya69 mengungkapkan rasa pilunya: "Banyak orang tidak ada yang menolongnya... Hati gue hancur lihat ini." Sementara akun @RAHASIA menyoroti etika pertunjukan hewan: "Ini harus jadi pelajaran. Mungkin si ikan sudah lelah, stres, dan pelatihnya jadi korban amarahnya. Harusnya pertunjukan begini dihentikan."
Dugaan Video Hoaks dan Manipulasi AI
Namun, tak lama berselang, muncul banyak dugaan bahwa video tersebut bukanlah kejadian nyata, melainkan hasil rekayasa digital menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) atau deepfake. Banyak netizen yang mulai mempertanyakan keaslian video tersebut karena tidak ada laporan resmi dari media arus utama atau otoritas terkait mengenai insiden tragis tersebut.
Beberapa pengguna TikTok bahkan melakukan penelusuran dengan mencari nama Jessica Radcliffe di mesin pencari, namun tidak ditemukan informasi resmi tentang kejadian tersebut. "Nyari Jessica digigit, isinya AI semua," tulis akun @ajill, menegaskan bahwa konten tersebut adalah buatan.
Lebih mencengangkan lagi, muncul video klarifikasi yang diklaim berasal dari Jessica Radcliffe sendiri. Dalam video itu, seorang wanita mirip Jessica terlihat terbaring di ranjang rumah sakit, dengan suara gemetar berkata: "Aku tidak tahu mengapa orca-ku melakukan ini padaku... Aku mencintainya lebih dari diriku sendiri."
Sayangnya, video klarifikasi tersebut juga dipastikan palsu. Analisis dari beberapa ahli konten digital menunjukkan bahwa ekspresi wajah, gerakan mata, dan sinkronisasi suara tidak natural, ciri khas dari video hasil generasi AI. Bahkan, tidak ada jejak digital dari akun resmi Jessica Radcliffe di media sosial atau situs resmi taman laut mana pun.
Mengapa Video Ini Bisa Viral?
Pertanyaan besar yang muncul: mengapa video semacam ini bisa menyebar begitu cepat dan dipercaya banyak orang?
Pertama, emosi. Adegan yang dramatis, jeritan minta tolong, dan narasi korban yang dibiarkan mati begitu saja sangat menyentuh empati publik. Di era digital, konten yang memicu emosi — terutama sedih, marah, atau takut — cenderung lebih cepat menyebar.
Kedua, keterbatasan verifikasi. Banyak pengguna media sosial tidak melakukan cek fakta sebelum membagikan konten. Mereka langsung mempercayai karena "terlihat nyata" atau "dibagikan oleh teman".
Ketiga, kemajuan teknologi AI. Saat ini, pembuatan video deepfake sudah sangat canggih. Dengan alat yang mudah diakses, siapa pun bisa membuat video realistis yang sulit dibedakan dari kenyataan, terutama jika durasinya pendek dan kualitasnya tidak terlalu tinggi.