Viral di Medsos, Ismet Syahputra Diduga Intimidasi Dokter di RSUD Sekayu – Ini Fakta Terbaru dan Reaksi Publik

Viral di Medsos, Ismet Syahputra Diduga Intimidasi Dokter di RSUD Sekayu – Ini Fakta Terbaru dan Reaksi Publik

Ismet-Instagram-

Viral di Medsos, Ismet Syahputra Diduga Intimidasi Dokter di RSUD Sekayu – Ini Fakta Terbaru dan Reaksi Publik

Sekayu, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan – Heboh di media sosial, sebuah video yang memperlihatkan dugaan aksi intimidasi terhadap seorang dokter di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, menjadi sorotan nasional. Pelaku diduga adalah Ismet Syahputra, seorang keluarga pasien yang marah lantaran merasa pelayanan kesehatan untuk ibunya tidak memadai. Insiden ini tidak hanya memicu kemarahan publik, tetapi juga membuka diskusi luas tentang etika, empati, dan tekanan yang dihadapi tenaga medis di tengah keterbatasan fasilitas.



Kronologi Dugaan Intimidasi: Kekecewaan yang Berujung Konflik
Kejadian bermula saat Ismet Syahputra membawa ibunya yang menderita diabetes komplikasi ke RSUD Sekayu. Dengan harapan agar sang ibu mendapat penanganan cepat dan intensif, Ismet mendaftarkan ibunya sebagai pasien VIP. Namun, harapan itu pupus. Pasien harus menunggu hingga empat hari tanpa penanganan medis yang memadai, menurut pengakuan keluarga.

Frustrasi yang memuncak akhirnya meledak. Dalam sebuah video yang beredar luas di TikTok, Instagram, dan platform X (dulu Twitter), terlihat Ismet Syahputra terlibat adu argumen sengit dengan dr. Syahpri Putra Wangsa, salah satu dokter yang bertugas di rumah sakit tersebut. Dalam rekaman yang menyebar cepat, dokter tampak dipaksa membuka masker, dikelilingi oleh keluarga pasien, dan diberi ancaman secara lisan.

Kalimat-kalimat seperti "Kamu belum tahu kita ya?", "Pulang kemana kamu?", "Urus balik, kalau masih mau hidup," menggema dalam video yang membuat banyak netizen merasa ngeri dan geram. Adegan tersebut dinilai melebihi batas kewajaran, terlebih jika benar terjadi di lingkungan rumah sakit yang seharusnya menjadi tempat penyembuhan, bukan medan konflik.



Viral dan Menuai Pro-Kontra
Video tersebut pertama kali diunggah oleh akun TikTok @infokehilanganpalembang dan cepat menyebar ke berbagai platform. Dalam hitungan jam, ribuan komentar, like, dan share membanjiri unggahan tersebut. Banyak netizen yang menyayangkan tindakan Ismet, meskipun sebagian lainnya mencoba memahami kemarahan seorang anak yang melihat orang tua terlantar.

“Saya bisa paham emosinya sebagai anak, tapi mengintimidasi dokter? Itu nggak bisa dibenarkan,” tulis seorang netizen di kolom komentar.

Namun, ada juga yang berkomentar, “RSUD harusnya bisa lebih cepat menangani pasien VIP. Kalau begini terus, masyarakat kecil akan semakin takut berobat ke rumah sakit pemerintah.”

Identitas dan Jejak Digital Ismet Syahputra
Nama Ismet Syahputra pun menjadi trending. Banyak warganet yang penasaran dengan identitas lengkapnya. Di platform TikTok, akun @WONG DOSON menyebutkan bahwa nama Instagram pelaku adalah @ismet.saputra.980. Setelah ditelusuri, akun tersebut memang masih aktif, namun terakhir kali memposting foto pada tahun 2018.

Kini, akun tersebut dipenuhi komentar dari netizen yang marah, mengecam, bahkan meminta agar pelaku diproses hukum. Beberapa komentar menyentil soal etika, sementara yang lain mempertanyakan profesionalitas rumah sakit dalam menangani pasien VIP.

Belum Ada Informasi Soal Pekerjaan Ismet
Hingga kini, belum ada informasi resmi mengenai pekerjaan atau latar belakang karier Ismet Syahputra. Jejak digitalnya yang minim membuat publik kesulitan mengidentifikasi lebih jauh siapa dirinya di dunia nyata. Apakah ia seorang pekerja kantoran, wiraswasta, atau memiliki latar belakang pendidikan tertentu—semua masih menjadi tanda tanya besar.

Beberapa sumber lokal menyebutkan bahwa Ismet tinggal di sekitar wilayah Sekayu, namun tidak ada konfirmasi lebih lanjut dari pihak keluarga atau pihak rumah sakit terkait hal ini.

Mediasi dan Klarifikasi: Langkah Awal Menuju Rekonsiliasi
Menanggapi insiden tersebut, pihak RSUD Sekayu dikabarkan telah melakukan mediasi antara keluarga pasien dan dr. Syahpri Putra Wangsa. Dalam pertemuan yang difasilitasi oleh manajemen rumah sakit dan perwakilan dinas kesehatan setempat, Ismet dikabarkan menyampaikan klarifikasi dan permohonan maaf secara langsung.

Meski belum ada pernyataan resmi dari pihak rumah sakit, sebuah unggahan di akun TikTok @dr.grandika menyebutkan bahwa dokter yang menjadi korban intimidasi telah menerima permintaan maaf tersebut, meskipun trauma akibat kejadian itu masih membekas.

“Saya sebagai dokter ingin menyembuhkan, bukan menjadi sasaran kemarahan. Tapi saya juga manusia, punya keluarga, dan merasa takut pulang ke rumah setelah kejadian itu,” ujar dr. Syahpri dalam wawancara singkat yang dikutip oleh salah satu media lokal.

Dampak Sosial dan Respons Institusi
Insiden ini kembali membuka mata publik tentang beban kerja dan tekanan yang dihadapi tenaga kesehatan, terutama di rumah sakit daerah yang seringkali kekurangan sumber daya. RSUD Sekayu sendiri diketahui memiliki keterbatasan dokter spesialis dan fasilitas, sehingga antrean pasien—termasuk yang mendaftar sebagai VIP—kadang tetap mengalami penundaan.

Dinas Kesehatan Musi Banyuasin menyatakan akan melakukan evaluasi internal terhadap prosedur pelayanan di RSUD Sekayu, terutama terkait penanganan pasien VIP dan sistem triase. “Kami tidak membenarkan tindakan intimidasi, tetapi kami juga harus memperbaiki sistem pelayanan agar tidak menimbulkan kekecewaan berlebihan di masyarakat,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Musi Banyuasin dalam keterangan pers.

Pesan Moral: Antara Empati dan Profesionalisme
Kasus ini menjadi cermin kompleksnya hubungan antara pasien dan tenaga medis. Di satu sisi, keluarga pasien memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan yang cepat dan manusiawi. Di sisi lain, dokter dan perawat juga berhak atas perlindungan dari ancaman fisik maupun psikologis.

Para pakar kesehatan masyarakat menekankan pentingnya sistem komunikasi yang baik antara rumah sakit dan keluarga pasien. “Ketika harapan tidak terpenuhi, harus ada saluran resmi untuk menyampaikan keluhan, bukan langsung melampiaskan emosi ke tenaga medis,” ujar dr. Rina Meilani, pakar etika kedokteran dari Universitas Sriwijaya

Baca juga: Siapa Pemilik Hotel Indonesia Syariah Pekalongan? Viral di TikTok Usai Kabar Tamu Hotel Diusir Usai Diduga Tolak Bayar Biaya Tambahan

TAG:
Sumber:


Berita Lainnya