Profil Tampang KH Muhammad Thoifur Mawardi yang Meninggal Dunia, Lengkap: Umur, Agama dan Akun Instagram

Thoifur-Instagram-
Profil Tampang KH Muhammad Thoifur Mawardi yang Meninggal Dunia, Lengkap: Umur, Agama dan Akun Instagram
Apa Penyebab KH Muhammad Thoifur Mawardi Meninggal Dunia? Benarkah Akibat Serangan Jantung? Begini Kronologinya
Innalillahi wa inna ilaihi rojiun, KH Muhammad Thoifur Mawardi Meninggal Dunia di Usia 70 Tahun pada Selasa, 19 Agustus 2025
Kabar duka menyelimuti dunia pesantren Tanah Air. Salah satu ulama kharismatik asal Purworejo, Jawa Tengah, KH Muhammad Thoifur Mawardi, berpulang ke rahmatullah pada
setelah berjuang melawan penyakit yang telah lama menggerogoti tubuhnya. Ulama yang dikenal sebagai sosok yang tawadhu, penuh ilmu, dan dekat dengan masyarakat ini meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, santri, dan umat Islam di seluruh penjuru negeri.
Kabar wafatnya sang ulama langsung menyebar cepat di media sosial, terutama di platform seperti TikTok dan WhatsApp. Banyak warganet yang menyampaikan belasungkawa melalui unggahan, doa, dan kenangan tentang sosok KH Thoifur Mawardi yang selama puluhan tahun menjadi panutan spiritual bagi ribuan santri dan masyarakat.
Dirawat karena Komplikasi Penyakit Ginjal dan Hipertensi
Sebelum menghembuskan napas terakhir, KH Thoifur Mawardi sempat dirawat intensif di rumah sakit sejak 16 Agustus 2025. Beliau diketahui menderita gangguan fungsi ginjal yang telah berlangsung cukup lama, ditambah dengan kondisi hipertensi yang memperparah kondisinya. Meski telah mendapat penanganan medis secara maksimal, sang ulama akhirnya dipanggil oleh Sang Pencipta dalam keadaan tenang, dikelilingi keluarga dan para santri terdekat.
Kabar wafatnya langsung menyebar, dan masyarakat dari berbagai daerah mulai berdatangan ke Pondok Pesantren Daarut Tauhid, tempat KH Thoifur Mawardi menimba ilmu sekaligus menjadi pengasuh, untuk memberikan penghormatan terakhir.
Pemakaman di Kompleks Pesantren, Dihadiri Ribuan Pelayat
Jenazah KH Muhammad Thoifur Mawardi dimakamkan pada Selasa, 20 Agustus 2025, di Pemakaman Pondok Pesantren Daarut Tauhid, Purworejo. Prosesi pemakaman dihadiri oleh ribuan pelayat, termasuk para ulama, tokoh masyarakat, pejabat daerah, serta santri dari berbagai generasi yang pernah menimba ilmu di bawah bimbingannya.
Suasana haru menyelimuti prosesi pemakaman. Banyak yang menangis, terutama para santri yang merasa kehilangan figur ayah sekaligus guru. Seperti yang terlihat dalam video viral di akun TikTok @mahmetz, antrean jenazah membentang panjang hingga keluar gerbang pesantren, menunjukkan betapa besar penghormatan masyarakat terhadap sosok ulama yang dikenal rendah hati ini.
Sosok Ulama Kharismatik: Dari Purworejo untuk Indonesia
KH Muhammad Thoifur Mawardi bukan hanya dikenal sebagai pengasuh pesantren, tetapi juga sebagai ulama yang memiliki kedalaman ilmu agama yang luar biasa. Ia sering dijuluki sebagai "Kitab Berjalan" karena hafalannya yang luar biasa terhadap berbagai kitab kuning, seperti Fathul Qorib, Safinatun Najah, hingga Hasyiyah Al-Bajuri. Banyak santri yang datang dari luar daerah hanya untuk belajar langsung dari beliau.
Kelahirannya pada 8 Agustus 1955 di Purworejo, Jawa Tengah, menjadi awal dari perjalanan spiritual yang panjang. Sejak muda, ia telah menunjukkan ketertarikan yang kuat terhadap dunia keilmuan agama. Ia menempuh pendidikan di beberapa pondok pesantren ternama, antara lain:
Pondok Lasem, Rembang
Pondok Sugihan, Kajoran, Magelang
Rushoifah (lembaga pendidikan khusus bagi para ulama muda)
Di sini, KH Thoifur Mawardi menyerap ilmu dari para ulama besar, yang kemudian membentuk karakter keilmuan dan spiritualnya yang kuat.
Pengasuh Pondok Pesantren Daarut Tauhid yang Menginspirasi
Pondok Pesantren Daarut Tauhid, yang berlokasi di Purworejo, menjadi pusat peradaban ilmu dan akhlak selama puluhan tahun di bawah asuhan KH Thoifur Mawardi. Pesantren ini tidak hanya mencetak santri yang unggul dalam ilmu agama, tetapi juga membentuk pribadi yang berakhlak mulia, mandiri, dan peduli terhadap lingkungan.
Banyak santri yang kini menjadi guru, dai, bahkan pengasuh pesantren di daerahnya masing-masing, mengakui bahwa KH Thoifur Mawardi adalah sosok yang membentuk mereka. Beliau tidak hanya mengajar di kelas, tetapi juga menjadi teladan dalam keseharian — dari bangun subuh hingga shalat Isya, selalu ada pelajaran yang bisa dipetik.
Istri Tercinta: Nyai Hj. Ummi Kultsum (Almarhumah)
Dalam kehidupan pribadinya, KH Thoifur Mawardi dikenal sebagai sosok suami yang setia. Istrinya, Nyai Hj. Ummi Kultsum, telah mendampinginya selama puluhan tahun dalam membangun pesantren dan mendidik santri. Sayangnya, Nyai Ummi Kultsum telah mendahului beliau ke rahmatullah beberapa waktu lalu. Namun, jasa dan doanya tetap menjadi kekuatan spiritual bagi KH Thoifur Mawardi dalam menjalani hidup.
Meski tidak banyak informasi publik yang beredar tentang anak-anaknya, diketahui bahwa KH Thoifur Mawardi memiliki beberapa putra dan putri yang turut melanjutkan jejaknya dalam dunia pendidikan dan dakwah. Beberapa di antaranya aktif mengelola pesantren dan mengisi pengajian di berbagai daerah.
Warisan Ilmu yang Tak Ternilai
Wafatnya KH Thoifur Mawardi bukan hanya kehilangan bagi keluarga dan pesantren, tetapi juga bagi umat. Ia meninggalkan warisan ilmu yang luas, keteladanan akhlak, serta semangat dakwah yang tak pernah padam. Banyak yang menyebut bahwa di era modern ini, sosok seperti beliau semakin langka — ulama yang tidak mencari popularitas, tetapi justru dikejar oleh masyarakat karena kualitas ilmu dan ketulusan hatinya.
Di tengah arus informasi yang serba cepat, KH Thoifur Mawardi tetap menjadi mercusuar bagi umat yang mencari kedalaman spiritual dan kejujuran dalam beragama.
Doa dari Umat dan Penghormatan Terakhir
Banyak doa mengalir di media sosial setelah kabar wafatnya menyebar. Para ulama, santri, dan masyarakat umum meminta agar almarhum mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT, diampuni segala dosanya, dan diterima semua amal ibadahnya. Tidak sedikit pula yang mengungkapkan niat untuk ziarah ke makamnya sebagai bentuk penghormatan.
Beberapa tokoh agama juga menyampaikan belasungkawa melalui siaran langsung dan pengajian khusus yang digelar sebagai bentuk tahlil dan doa untuk almarhum.
Penutup: Sang Penjaga Cahaya Ilmu di Tanah Purworejo
KH Muhammad Thoifur Mawardi mungkin telah tiada, tetapi cahaya ilmunya akan terus bersinar melalui para santri, murid, dan masyarakat yang pernah merasakan bimbingannya. Ia adalah bukti nyata bahwa kebesaran seorang ulama bukan diukur dari jumlah pengikut atau media sosial, melainkan dari ketulusan, ilmu, dan ketakwaannya.