Dari Impian Helipad Mewah hingga Jatuhnya Sang Pengusaha: Tragedi Dwi Hartono dan Pembunuhan Kepala Cabang Bank BUMN

Dari Impian Helipad Mewah hingga Jatuhnya Sang Pengusaha: Tragedi Dwi Hartono dan Pembunuhan Kepala Cabang Bank BUMN

Dwi hartono-Instagram-

Dari Impian Helipad Mewah hingga Jatuhnya Sang Pengusaha: Tragedi Dwi Hartono dan Pembunuhan Kepala Cabang Bank BUMN

Dwi Hartono, pria yang kini menjadi sorotan nasional setelah ditangkap atas dugaan kasus penculikan dan pembunuhan sadis terhadap Mohammad Ilham Pradipta, Kepala Cabang salah satu bank BUMN, ternyata bukan sosok yang asing di kampung halamannya. Sebelum terjerat hukum, Dwi dikenal sebagai pengusaha sukses dengan jejak bisnis yang cukup menjanjikan. Namun, dibalik gemerlap kesuksesan itu, tersembunyi kisah ambisi besar yang tak pernah kesampaian—termasuk rencana membangun helipad pribadi di depan rumah orang tuanya.



Mimpi Mewah yang Tak Terwujud
Di sebuah desa tenang di Kecamatan Rimbo Bujang, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi, Dwi Hartono pernah bermimpi besar. Ia ingin membangun helipad—landasan helikopter pribadi—di depan rumah orang tuanya di Jalan Sapat, Desa Mekar Kencana. Rencana ini bukan sekadar gurauan atau fantasi. Dwi serius merancang proyek tersebut di atas lahan seluas 4 hektare yang terletak di kawasan perkebunan warga.

Helipad yang diidam-idamkan bukan hanya simbol kemewahan, tapi juga menjadi bukti keberhasilannya sebagai pengusaha. Dalam wawancara dengan beberapa warga sekitar, Dwi digambarkan sebagai sosok ambisius, visioner, dan gemar menampilkan gaya hidup mewah. “Katanya mau bangun helipad supaya bisa datang langsung dari kota besar pakai helikopter. Katanya biar gampang kalau pulang kampung,” ujar salah satu tetangga yang enggan disebutkan namanya.

Namun, mimpi itu akhirnya pupus. Rencana pembangunan helipad terhambat karena pemilik lahan menolak keras untuk menjual kebun karetnya. Lahan tersebut merupakan milik petani lokal yang telah turun-temurun digarap sebagai sumber penghidupan. “Mereka tidak mau jual. Itu tanah peninggalan keluarga, hasilnya cukup buat hidup sehari-hari,” jelas seorang warga.



Izin yang Tak Kunjung Datang
Selain penolakan dari pemilik lahan, rencana megah Dwi juga terganjal masalah administrasi. Kepala Dusun Jati Makmur, Rahmat Widodo, membenarkan bahwa proyek helipad tidak pernah terealisasi karena kendala izin lokasi pembangunan. “Tidak jadi pembangunan helipad, terkendala izin lokasi pembangunan,” ujarnya pada Rabu, 27 Agustus 2025, saat dimintai keterangan oleh awak media.

Izin dari pemerintah daerah dan instansi terkait seperti dinas perhubungan atau otoritas penerbangan sipil memang tidak mudah didapatkan, terutama untuk pembangunan fasilitas udara pribadi di kawasan pedesaan. Belum lagi pertimbangan keamanan, lalu lintas udara, dan dampak sosial terhadap masyarakat sekitar.

Hingga kini, lahan yang sempat dikaitkan dengan proyek helipad masih berdiri kokoh sebagai kebun karet produktif. Getah karet dari pohon-pohon tua di sana masih menjadi sumber nafkah bagi puluhan keluarga petani. “Alhamdulillah, tanah kami masih bisa bermanfaat buat orang banyak,” kata salah satu petani karet.

Dari Puncak Kesuksesan ke Titik Terendah
Dwi Hartono dulu dikenal sebagai pengusaha multi-bidang. Ia memiliki jejak bisnis di sektor perkebunan, perdagangan, hingga properti. Beberapa sumber menyebutkan bahwa ia pernah menjalankan usaha ekspor komoditas, memiliki armada truk, dan bahkan sempat terlibat dalam proyek-proyek infrastruktur lokal.

Namun, kabar terbaru yang beredar di media sosial mengungkap sisi gelap dari kehidupan Dwi. Sebuah akun TikTok bernama @obatnyamuk, yang mengaku sebagai mantan karyawan Dwi, membeberkan bahwa kondisi finansial sang pengusaha telah memburuk sejak tiga tahun terakhir. “3 tahun terakhir emang udah bangkrut,” ujarnya dalam sebuah video yang kini viral dan telah ditonton ratusan ribu kali.

Akun tersebut menjelaskan bahwa bisnis Dwi mulai terpuruk akibat sejumlah faktor, termasuk kesalahan manajemen, utang yang menumpuk, serta lesunya pasar komoditas. “Dulu dia bisa bayar gaji karyawan tepat waktu, punya mobil mewah, sering ngajak makan-makan. Tapi sejak 2022, semuanya berubah. Gaji sering telat, proyek dibatalkan, sampai akhirnya banyak karyawan yang mengundurkan diri,” tambahnya.

Tragedi yang Mengguncang
Keruntuhan finansial ini diduga menjadi salah satu pemicu di balik tragedi pembunuhan yang menimpa Mohammad Ilham Pradipta, sang kepala cabang bank BUMN. Menurut keterangan kepolisian, Dwi diduga menculik dan membunuh korban karena terlilit utang besar yang tak mampu dilunasi. Korban diduga terlibat dalam proses pencairan dana atau restrukturisasi kredit yang akhirnya memicu konflik.

Baca juga: Marshella Aprilia Jadi Sorotan Usai Kabar Perceraian Pratama Arhan dan Azizah Salsha: Siapa Dia Sebenarnya?

TAG:
Sumber:


Berita Lainnya