Pasha Ungu Buka Suara Soal Isu Kenaikan Tunjangan DPR: Itu Hoaks, Saya Juga Bingung!

Pasha Ungu Buka Suara Soal Isu Kenaikan Tunjangan DPR: Itu Hoaks, Saya Juga Bingung!

Pasha-Instagram-

Pasha Ungu Buka Suara Soal Isu Kenaikan Tunjangan DPR: Itu Hoaks, Saya Juga Bingung!

Mantan vokalis band Ungu yang kini menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Pasha Ungu, angkat bicara terkait hebohnya isu kenaikan tunjangan bagi anggota legislatif, khususnya tunjangan rumah dinas yang disebut mencapai angka fantastis hingga Rp3 juta per hari. Dalam sesi curhat santai bersama Ferry Irwandi di kanal YouTube Curhat Bang Denny Sumargo, yang tayang pada 28 Agustus 2025, Pasha tegas membantah adanya kenaikan tunjangan di tahun ini.



Pasha, yang dikenal luas tidak hanya sebagai musisi tetapi juga sebagai politisi muda dari Partai NasDem, menegaskan bahwa tidak ada perubahan atau penambahan anggaran terkait tunjangan anggota DPR sejak awal tahun 2025. Ia mengaku justru bingung melihat narasi yang berkembang liar di media sosial dan pemberitaan publik.

“Yang dikatakan kenaikan tunjangan itu dari sisi mana? Yang mana? Saya merasa sebagai anggota DPR belum ada loh tahun ini ya, belum ada kenaikan tunjangan,” ujar Pasha dengan nada tenang namun tegas dalam podcast tersebut.

Tunjangan Sudah Ada Sejak Awal Menjabat
Pasha menjelaskan bahwa berbagai jenis tunjangan yang diterima anggota DPR—seperti tunjangan komunikasi, transportasi, dan rumah dinas—bukanlah hal baru. Ia menegaskan bahwa semua itu sudah diberikan sejak dirinya resmi dilantik sebagai anggota DPR pada awal masa jabatan.



“Sudah ada, sudah ada (tunjangan), sama halnya dengan tunjangan komunikasi, tunjangan transportasi, termasuk yang lagi ramai dibahas, yaitu tunjangan rumah jabatan atau rumah kontrakan. Itu semua sudah ada sejak saya dilantik, bahkan di bulan pertama kita mulai bekerja,” jelas Pasha.

Ia menambahkan bahwa besaran tunjangan tersebut memang mencapai puluhan juta rupiah per bulan, namun jumlah tersebut bukan hasil kenaikan terbaru, melainkan bagian dari skema anggaran yang telah ditetapkan sejak lama oleh Sekretariat Jenderal DPR.

Bantah Isu Rp3 Juta Per Hari: "Angkanya Tidak Ketemu!"
Salah satu poin yang paling mencuri perhatian publik adalah klaim bahwa anggota DPR mendapatkan tunjangan rumah dinas hingga Rp3 juta per hari. Angka ini langsung viral dan memicu gelombang kritik dari masyarakat, terutama di tengah kondisi ekonomi yang masih belum sepenuhnya pulih pasca-pandemi.

Namun, Pasha Ungu menanggapi isu tersebut dengan logika sederhana: angkanya tidak masuk akal.

“Mungkin begini, masyarakat berasumsi ada bahasan 58 juta tunjangan rumah bagi anggota DPR. Itulah mungkin dibagi-bagi per hari. Oh 60 juta, dibagi sehari itu sekian, kira-kira begitu. Tapi kalau dihitung, enggak ketemu juga angkanya. Makanya saya juga bingung, yang dikatakan 3 juta per hari itu dari mana?” ucapnya sambil tertawa kecil.

Menurut Pasha, jika tunjangan rumah dinas sebesar Rp58 juta per bulan dibagi 30 hari, hasilnya sekitar Rp1,9 juta per hari—jauh di bawah angka Rp3 juta yang beredar. Belum lagi, angka tersebut bukan kenaikan, melainkan nilai tetap yang sudah berlaku sejak lama.

"Saya Juga Bingung, dari Mana Sumbernya?"
Yang menarik, Pasha mengaku tidak tahu dari mana asal mula narasi kenaikan tunjangan tersebut. Ia bahkan menyebut bahwa dirinya sendiri sempat terkejut saat membaca pemberitaan di media sosial.

“Saya lihat di Twitter, di Instagram, tiba-tiba ramai. Padahal saya enggak merasa ada pembahasan soal kenaikan anggaran. Bahkan di rapat-rapat internal, tidak pernah dibahas,” ungkapnya.

Ia menduga, mungkin ada kesalahan interpretasi terhadap dokumen anggaran atau pernyataan yang disampaikan secara tidak lengkap. “Bisa jadi ada yang salah baca, atau mungkin ada yang sengaja memotong konteks. Tapi yang jelas, sebagai anggota DPR, saya belum menerima atau membahas kenaikan tunjangan apapun tahun ini,” tegasnya.

Harapan Pasha: Masyarakat Cek Fakta Sebelum Viral
Di akhir obrolannya, Pasha Ungu menyampaikan harapan agar masyarakat lebih kritis dan bijak dalam menyikapi informasi yang beredar. Ia mengakui bahwa sebagai figur publik, dirinya memahami kritik adalah bagian dari demokrasi. Namun, ia menekankan pentingnya kejujuran dan akurasi dalam menyampaikan opini.

“Saya tidak menutup diri dari kritik. Justru saya terbuka. Tapi kalau kritiknya berdasarkan informasi yang salah, itu yang bikin kita jadi susah menjelaskan,” ujarnya.

Pasha juga mengajak masyarakat untuk lebih sering mengecek sumber resmi, seperti situs DPR RI atau keterangan pers dari fraksi-fraksi, sebelum ikut menyebarkan informasi.

“Kalau lihat angka besar, wajar kalau emosi. Tapi coba cek dulu, dari mana datangnya? Kapan diusulkan? Apakah sudah disetujui? Karena banyak yang belum tahu, anggaran DPR itu juga harus melalui mekanisme yang panjang dan transparan,” tambahnya.

TAG:
Sumber:


Berita Lainnya