ENDING Drakor Bon Appétit, Your Majesty: Kisah Cinta, Pengkhianatan, dan Takdir di Balik Tembok Istana Joseon Serta Kemungkinan Lanjut Sekuel

Bon-Instagram-
ENDING Drakor Bon Appétit, Your Majesty: Kisah Cinta, Pengkhianatan, dan Takdir di Balik Tembok Istana Joseon Serta Kemungkinan Lanjut Sekuel
Drama kerajaan Korea Selatan Bon Appétit, Your Majesty menutup perjalanannya dengan dua episode pamungkas yang sarat emosi, intrik politik, dan keputusan hidup-mati. Episode 11 dan 12 bukan sekadar penutup—melainkan klimaks yang memadukan romansa lintas zaman, konspirasi istana, serta pertarungan antara cinta dan takdir. Di tengah aroma rempah dan aroma darah, kisah Ji Young, sang koki istana dari masa depan, mencapai puncaknya dalam pergulatan yang menguji setiap nilai yang ia pegang.
Kilas Balik: Racun, Hipoglikemia, dan Kemenangan Sementara
Sebelum memasuki babak akhir yang penuh gejolak, penting untuk mengingat momen krusial di episode 10. Saat Pangeran Jin Myeong—putra mahkota kerajaan Joseon—tiba-tiba kolaps akibat kondisi medis misterius, seluruh istana dilanda kepanikan. Ji Young, dengan pengetahuan modernnya tentang nutrisi dan metabolisme tubuh, berhasil mengidentifikasi bahwa sang pangeran mengalami hipoglikemia akut: kadar gula darahnya anjlok drastis akibat racun tersembunyi dalam makanannya.
Berkat kecerdasannya, Ji Young bekerja sama dengan tabib istana untuk memberikan penawar tepat waktu. Ia bahkan merancang menu pemulihan khusus berbasis makanan bergizi yang disesuaikan dengan kebutuhan fisiologis sang pangeran. Upaya ini tidak hanya menyelamatkan nyawa pewaris takhta, tetapi juga membuktikan kesetiaannya kepada kerajaan—sekaligus menggugurkan tuduhan palsu yang dilontarkan oleh Ratu Ja-hyun, ibu kandung Pangeran Jin Myeong.
Namun, seperti pepatah lama: “Di istana, kemenangan kecil sering kali menjadi awal dari badai besar.”
Dalang Terungkap, Nyawa Melayang: Pengkhianatan dari Dalam
Penyelidikan lebih lanjut mengungkap kebenaran yang mengejutkan. Ternyata, di balik racun yang nyaris merenggut nyawa sang pangeran, berdiri sosok yang tak disangka: Selir Kang Mok Ju, salah satu selir Raja Yi Heon yang selama ini tampil tenang dan rendah hati. Lebih mengejutkan lagi, Dayang Chu Wol—pelayan pribadi yang selama ini dianggap setia—ternyata adalah tangan kanan Selir Kang dalam menjalankan rencana jahat tersebut.
Chu Wol memerintahkan tabib istana untuk menyelipkan racun ke dalam obat Pangeran Jin Myeong, atas perintah langsung dari Selir Kang. Namun, sebelum Raja Yi Heon sempat menggali lebih dalam dan meminta pengakuan penuh, Selir Kang bertindak cepat dan brutal.
Dalam adegan yang mencekam dan penuh ketegangan, Selir Kang menyusup ke penjara tempat Chu Wol dikurung. Tanpa ragu, ia menusukkan pisau ke tubuh dayang yang pernah ia percaya sepenuh hati. Aksi ini bukan sekadar pembunuhan—melainkan upaya sistematis untuk menghilangkan saksi kunci dan menutup rapat-rapat rahasia gelapnya.
Pertanyaan besar pun muncul: Mengapa Selir Kang rela mengorbankan nyawa orang terdekatnya hanya untuk melindungi rencana jahat? Apa motif sebenarnya di balik upaya membunuh pewaris takhta? Dan apakah ini hanya bagian dari konspirasi yang lebih luas?
Tarian Malam dan Lamaran yang Mengguncang Takdir
Di tengah tekanan politik yang semakin memuncak menjelang perayaan ulang tahun Ibu Suri—acara besar yang menjadi sorotan seluruh kerajaan—Raja Yi Heon justru menunjukkan sisi paling manusiawinya. Dalam kegelapan malam, ia memanggil Ji Young ke kediamannya, bukan untuk urusan negara, melainkan untuk sesuatu yang jauh lebih intim dan personal.
Di sana, sang raja mempersembahkan tarian Cheoyongmu—tarian tradisional Korea yang biasanya dipentaskan untuk mengusir roh jahat dan membawa keberuntungan. Namun, kali ini, tarian itu menjadi simbol harapan, cinta, dan kerinduan akan masa depan yang damai. Yang lebih mengejutkan, Ji Young menjadi satu-satunya penonton malam itu—sebuah kehormatan luar biasa yang bahkan jarang diberikan kepada bangsawan sekalipun.
Tapi malam itu tidak berakhir dengan tarian saja. Dalam momen yang penuh getaran emosi, Raja Yi Heon berlutut dan melamar Ji Young. Ia menyatakan dengan tegas bahwa ia tak ingin Ji Young kembali ke masa depan—tempat asalnya yang penuh teknologi namun kosong dari cinta sejati yang ia rasakan di Joseon.
Sebagai simbol komitmen abadi, sang raja menyerahkan sebuah cincin emas berukir lambang kerajaan dan memasangkannya ke jari Ji Young. “Tinggallah di sini, bersamaku,” katanya, suaranya gemetar namun penuh keyakinan. Saat itu, Ji Young dihadapkan pada pilihan terberat dalam hidupnya: antara kenyamanan masa depan atau cinta sejati di masa lalu yang penuh bahaya.
Bayangan Pemberontakan dan Kematian Sahabat Setia
Sementara cinta tumbuh di balik tembok istana, badai politik mengintai dari balik bayangan. Pangeran Je San—adik tiri Raja Yi Heon yang selama ini iri terhadap kekuasaan sang kakak—telah menyiapkan rencana pemberontakan besar-besaran. Ia dan para pengikutnya percaya bahwa hari ulang tahun Ibu Suri adalah momen sempurna untuk melancarkan kudeta.
Namun, ambisi Pangeran Je San tak berhenti pada merebut takhta. Ia juga membidik Ji Young—bukan hanya karena kedekatannya dengan raja, tetapi karena ia tahu Ji Young menyimpan rahasia besar: asal-usulnya dari masa depan dan keberadaan Mangunrok, benda ajaib yang memungkinkannya kembali ke zamannya.
Dalam episode 11, penonton dibuat terhenyak oleh adegan penculikan Ji Young oleh pasukan Pangeran Je San. Lebih tragis lagi, Gil Geum—sahabat setia Ji Young yang selalu mendukungnya sejak awal, bahkan saat dunia berbalik melawannya—tewas dalam upaya melindungi sang koki istana. Kematiannya bukan hanya kehilangan pribadi bagi Ji Young, tetapi juga simbol runtuhnya kepolosan dan kepercayaan di tengah dunia istana yang penuh tipu daya dan pengkhianatan.
Amarah Sang Raja dan Pertarungan Terakhir
Kabar penculikan Ji Young dan kematian Gil Geum membuat Raja Yi Heon meledak dalam amarah yang tak terbendung. Dalam adegan epik yang penuh darah dan pedang, sang raja mengamuk seperti singa yang kehilangan pasangannya. Ia tak peduli pada protokol, tak peduli pada risiko—yang ia inginkan hanyalah menyelamatkan Ji Young dan menghukum siapa pun yang berani menyakitinya.
Pertarungan sengit pun pecah di halaman istana. Pedang beradu, nyawa melayang, dan takhta Joseon berguncang di ambang kehancuran. Di tengah kekacauan itu, Ji Young harus membuat keputusan akhir: apakah ia akan menggunakan Mangunrok untuk kembali ke masa depan dan menyelamatkan dirinya sendiri? Ataukah ia memilih bertahan di Joseon, meski nyawanya terancam dan masa depannya tak pasti?