Kenapa Ibu-Ibu Tahun 80-90 Melarang Suami Vasektomi? Benarkah Takut Haram dan Dilarang Agama?

Kenapa Ibu-Ibu Tahun 80-90 Melarang Suami Vasektomi? Benarkah Takut Haram dan Dilarang Agama?

tanda tanya-pixabay-

Vasektomi: Solusi Medis yang Perlu Edukasi Lebih Luas
Melihat respons masyarakat yang masih didominasi oleh prasangka negatif, baik dari sisi psikologis maupun budaya, tentu edukasi tentang vasektomi perlu diperluas. Banyak mitos dan kesalahpahaman yang masih melekat di benak masyarakat, khususnya kaum perempuan.

Padahal secara medis, vasektomi adalah prosedur bedah minor yang relatif aman dan cepat, serta bertujuan untuk menghentikan aliran sperma dari testis ke ejakulasi. Hal ini membuat pasangan tidak perlu khawatir lagi akan kehamilan yang tidak direncanakan.



Selain itu, vasektomi tidak memengaruhi libido, kemampuan ereksi, atau intensitas hubungan seksual. Proses ini juga tidak mengubah hormon pria secara signifikan. Artinya, pria tetap memiliki semua karakteristik maskulin seperti biasa.

Baca juga: Daftar Acara TV Hari ini 9 Mei di Metro TV, SCTV, TVONE, NET TV, Indosiar, TRANS 7, TRANS TV dan RCTI 2025 Ada Film Bioskop, Sinetron, Kuis dan Mega Bollywood Plus Link

Perlunya Kolaborasi Antara Pasangan dalam Program KB
Masih rendahnya partisipasi pria dalam program KB di Indonesia menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah. Padahal, pembagian tanggung jawab antara suami dan istri dalam mengatur jumlah anak sangat penting demi kesehatan reproduksi dan kualitas hidup keluarga.



Program KB seharusnya tidak hanya menjadi beban fisik dan emosional bagi perempuan. Dengan adanya alternatif seperti vasektomi, pria juga bisa ikut serta secara aktif tanpa harus bergantung pada pil, suntik, atau alat kontrasepsi hormonal yang berpotensi menimbulkan efek samping bagi wanita.

Penutup
Kisah dari wanita yang ayahnya menjalani vasektomi di tahun 80-90-an membuka mata kita betapa kompleksnya dinamika rumah tangga dalam konteks KB. Alasan-alasan yang muncul bukan semata-mata karena ketidaktahuan medis, melainkan juga soal kepercayaan, keyakinan budaya, dan keraguan akan kesetiaan pasangan.

Untuk itu, promosi program KB bagi pria, khususnya melalui metode vasektomi, harus disertai dengan kampanye edukasi yang lebih luas dan sensitif terhadap nilai-nilai sosial serta psikologis masyarakat. Dengan begitu, upaya untuk menciptakan keluarga yang berkualitas dan sejahtera bisa diwujudkan secara bersama-sama.

TAG:
Sumber:


Berita Lainnya