Biodata Profil Olvy Andrianita Lengkap dari Umur, Agama dan Akun IG, Eks Pejabat Kemendag yang Dicopot Usai Kritik Indonesia Tertinggal dari Negara Afrika,

Biodata Profil Olvy Andrianita Lengkap dari Umur, Agama dan Akun IG, Eks Pejabat Kemendag yang Dicopot Usai Kritik Indonesia Tertinggal dari Negara Afrika,

Olvy-Instagram-

Biodata Profil Olvy Andrianita Lengkap dari Umur, Agama dan Akun IG, Eks Pejabat Kemendag yang Dicopot Usai Kritik Indonesia Tertinggal dari Negara Afrika,
Siapa Olvy Andrianita? Eks Pejabat Kemendag yang Dicopot Usai Kritik Indonesia Tertinggal dari Negara Afrika, Punya Karier Internasional Mentereng

Nama Olvy Andrianita kembali menjadi sorotan publik setelah kabar pencopotannya dari jabatan Kepala Pusat Kebijakan Perdagangan Internasional di Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencuat ke permukaan. Hal ini diduga kuat terkait pernyataannya dalam sebuah forum resmi yang menyebut Indonesia tertinggal dari sejumlah negara di Afrika dalam menghadapi dinamika ekonomi global.



Pernyataan tersebut dilontarkan oleh Olvy saat menghadiri acara Peluncuran Laporan Perdagangan dan Investasi Berkelanjutan 2025 , yang diselenggarakan oleh Center for Strategic and International Studies (CSIS) di Jakarta Pusat, Jumat (20/6/2025). Sebagai Kepala Pusat Kebijakan Perdagangan Internasional, posisi Olvy memang berada di garda depan kebijakan perdagangan luar negeri Indonesia.

Namun, tak lama setelah pernyataan itu viral di media sosial dan menjadi bahan diskusi di kalangan akademisi serta pelaku usaha, muncul informasi bahwa dirinya telah dicopot dari jabatannya. Meski belum ada pernyataan resmi dari pihak Kemendag, banyak pihak mulai penasaran dengan profil wanita kelahiran Cianjur, Jawa Barat pada tahun 1968 tersebut.

Rekam Jejak Internasional Olvy Andrianita
Sebelum menjabat sebagai Kepala Pusat Kebijakan Perdagangan Internasional sejak 6 Februari 2025, Olvy memiliki pengalaman karier yang sangat mengesankan di dunia perdagangan internasional. Ia merupakan alumni Universitas Tarumanegara, lulus pada tahun 1992 dengan gelar Sarjana Ekonomi Manajemen.



Karier birokratiknya dimulai di lingkungan Kementerian Perdagangan, di mana ia sempat menjabat sebagai Sekretaris Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi dan juga Sekretaris Inspektorat Jenderal Kemendag.

Namun, yang membuat nama Olvy dikenal luas adalah pengabdiannya di kancah internasional. Pada tahun 2014 hingga 2016, ia bertugas sebagai Atase Perdagangan untuk Belgia, Luksemburg, dan Uni Eropa di KBRI Brussels. Di sinilah ia membangun jaringan strategis dengan mitra dagang Eropa dan menjadi ujung tombak promosi produk-produk Indonesia di pasar Eropa.

Sebelumnya, antara tahun 2008 hingga 2012, Olvy dipercaya sebagai Kepala Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) di Vancouver, Kanada. Dalam masa tugasnya, ia berhasil meningkatkan ekspor komoditas non-migas Indonesia ke pasar Amerika Utara, termasuk produk tekstil, furniture, hingga makanan olahan.

Tidak hanya itu, pada periode 2006 hingga 2008, Olvy juga pernah menjabat sebagai Wakil Atase Perdagangan di KBRI Washington DC , Amerika Serikat. Di sini, ia terlibat aktif dalam diplomasi ekonomi bilateral, membantu negosiasi kerja sama perdagangan, serta menjembatani hubungan bisnis antara pengusaha Indonesia dan Amerika.

Kontroversi Kritik soal Ketertinggalan Indonesia
Dalam forum CSIS beberapa waktu lalu, Olvy menyampaikan pandangan kritis terkait kondisi perekonomian nasional. Ia menilai, dibandingkan dengan sejumlah negara berkembang di Afrika seperti Kenya, Nigeria, atau Ghana, Indonesia masih tertinggal dalam hal adaptasi terhadap perubahan ekonomi global, terutama dalam aspek digitalisasi perdagangan dan inovasi produk unggulan.

“Kita harus jujur melihat fakta. Banyak negara Afrika yang lebih cepat beradaptasi dengan perubahan teknologi dan regulasi global. Sementara kita, meskipun punya potensi besar, masih lambat dalam implementasi,” ujar Olvy saat itu.

Pernyataan tersebut langsung menuai reaksi beragam. Ada yang mendukung kejujuran Olvy dalam menyampaikan realitas, namun tidak sedikit pula yang mengecam karena dianggap merendahkan citra bangsa.

TAG:
Sumber:


Berita Lainnya