Okta Wirawan Pendiri Almaz Fried Chicken Siap Laporkan TikToker Andrea Yudias Ke Polisi Usai Diduga Membuat Konten Penggiringan Opini Judi Online

Almaz-Instagram-
Ia menambahkan bahwa Almaz selama ini menjalankan bisnis dengan prinsip syariah dan sangat menjunjung tinggi nilai-nilai Islam. Okta juga menegaskan bahwa perusahaannya sama sekali tidak memiliki utang, baik kepada supplier, bank, apalagi lembaga pinjaman online.
Tidak hanya itu, Okta juga menyatakan bahwa dirinya merasa dizalimi karena reputasi bisnis dan pribadinya dicoreng melalui informasi yang tidak valid dan cenderung tendensius. Ia pun memperingatkan siapa saja yang menyebarkan informasi fitnah, baik berupa video maupun komentar negatif, untuk segera menghapus dan memberikan permintaan maaf secara terbuka.
“Saya tidak akan segan menempuh jalur hukum bagi siapa pun yang tetap membandel dan terus menyebarkan hoaks tentang kami,” tandasnya.
Doksing Jadi Pemicu Konflik Baru
Namun, perseteruan antara keduanya tidak berhenti sampai di sana. Setelah video klarifikasi Okta Wirawan viral, muncul informasi baru yang menyebutkan bahwa Andrea Yudias melaporkan Okta ke Polres Bekasi Kota pada 15 Juli 2025. Laporan ini dilayangkan karena Andrea merasa menjadi korban doksing, yaitu praktik pembongkaran data pribadi seseorang tanpa izin.
Menurut keterangan yang beredar, Andrea mendapatkan pesan langsung (direct message/DM) dari Okta melalui Instagram tak lama setelah video kontroversialnya viral. Dalam DM tersebut, Okta disebut memiliki informasi pribadi Andrea, termasuk NIK (Nomor Induk Kependudukan).
Andrea merasa privasinya dilanggar dan merasa terancam atas kepemilikan data pribadinya oleh pihak lain. Oleh karena itu, ia memilih untuk melaporkan hal ini ke pihak kepolisian sebagai upaya perlindungan hukum.
Publik Terbelah, Netizen Ramai-ramai Berkomentar
Perseteruan antara Okta Wirawan dan Andrea Yudias ini pun sontak menjadi topik hangat di berbagai platform media sosial. Netizen terbagi menjadi dua kubu, ada yang mendukung Okta karena membela nama baik perusahaan dan nilai-nilai bisnisnya, ada juga yang mendukung Andrea sebagai content creator yang dianggap melakukan investigasi publik.
Beberapa pihak mengkritik cara Okta yang dinilai agresif dalam menangani konten kritik dari netizen. Di sisi lain, banyak pula yang memahami bahwa sebagai pengusaha, Okta memiliki hak untuk melindungi bisnisnya dari serangan informasi yang bisa merusak citra perusahaan.
Sementara itu, dari sisi hukum, kasus doksing yang dilaporkan Andrea juga menjadi perhatian serius. Pasal 26 Undang-Undang ITE dapat dikenakan jika terbukti adanya pelanggaran privasi data pribadi. Sementara untuk tuduhan fitnah dan pencemaran nama baik yang diduga dilakukan oleh Andrea, UU yang sama juga memiliki pasal-pasal yang relevan.
Pentingnya Literasi Digital dan Etika Bermedia Sosial
Perseteruan ini menjadi pelajaran penting bagi semua pihak, terutama content creator dan pelaku usaha, mengenai pentingnya literasi digital serta etika dalam menyampaikan informasi di ruang publik maya. Sebuah konten yang viral bisa saja memberikan dampak besar, baik positif maupun negatif, tergantung bagaimana penyampaiannya.
Di satu sisi, masyarakat harus lebih kritis dalam menyikapi informasi yang beredar. Di sisi lain, para content creator juga dituntut untuk bertanggung jawab atas narasi yang mereka sampaikan, terlebih jika menyangkut nama baik orang atau institusi lain.
Sementara itu, pelaku usaha seperti Almaz Fried Chicken juga perlu proaktif dalam menjaga komunikasi publik agar tidak mudah terseret ke dalam opini negatif yang tidak berdasar.
Akankah Ada Rekonsiliasi?
Hingga artikel ini ditulis, belum ada tanda-tanda perdamaian antara Okta Wirawan dan Andrea Yudias. Keduanya tampak masih bersikeras dengan versi masing-masing, lengkap dengan bukti dan argumen yang saling berseberangan.
Namun, publik berharap kedua belah pihak bisa segera menemukan titik temu, baik melalui mediasi maupun kesadaran bersama untuk menjaga etika bermedia sosial dan menjaga kondusivitas dunia usaha.
Sebab, di tengah gairahnya ekonomi kreatif dan bisnis digital saat ini, konflik seperti ini sebaiknya diselesaikan dengan bijak, agar tidak mengganggu perkembangan industri secara keseluruhan.