Sinopsis Film Bertaut Rindu Dibintangi Ari Irham dan Adhisty Zara yang Diduga Soundtracknya Menjiplak Lagu Nadin Amizah

Sinopsis Film Bertaut Rindu Dibintangi Ari Irham dan Adhisty Zara yang Diduga Soundtracknya Menjiplak Lagu Nadin Amizah

Bertaut-Instagram-

Sinopsis Film Bertaut Rindu Dibintangi Ari Irham dan Adhisty Zara yang Diduga Soundtracknya Menjiplak Lagu Nadin Amizah

Mulai tayang di bioskop seluruh Indonesia pada 31 Juli 2025, film Bertaut Rindu: Semua Impian Berhak Dirayakan hadir sebagai angin segar bagi penikmat film drama remaja yang penuh emosi, kedalaman karakter, dan pesan inspiratif. Dibintangi oleh aktor tampan Ari Irham dan penyanyi sekaligus aktris muda berbakat Adhisty Zara, film ini tidak hanya menawarkan kisah cinta yang mengharu-biru, tetapi juga menggali isu-isu penting seputar identitas, impian, dan tekanan keluarga di masa remaja.



Diproduksi oleh SinemArt, salah satu rumah produksi ternama di Indonesia, Bertaut Rindu disutradarai oleh Rako Prijanto, sineas berpengalaman yang telah membuktikan kemampuannya dalam menggarap karya-karya bernuansa emosional dengan sentuhan sinematik yang kuat. Film ini juga merupakan adaptasi dari novel populer karya Tian Topandi, yang memenangkan kompetisi The Writers Show tahun 2021 yang diselenggarakan oleh Gramedia Writing Project (GWP). Naskah filmnya ditulis oleh Nuridzka Mutiaradini dan Lintang Pramudya Wardani, yang berhasil menghadirkan dialog-dialog yang natural, menyentuh, dan relevan dengan kehidupan remaja masa kini.

Remaja, Impian, dan Luka yang Saling Menyatukan
Bertaut Rindu bukan sekadar film percintaan remaja yang biasa. Ia adalah cermin dari realitas kehidupan anak muda yang sering kali terjebak antara harapan orang tua dan keinginan pribadi. Di tengah tekanan sosial, akademik, dan keluarga, dua remaja dari latar belakang yang berbeda menemukan satu sama lain, bukan hanya sebagai pasangan, tetapi sebagai tempat berlabuh dan saling menguatkan.

Kisah ini berpusat pada Jovanka, diperankan oleh Adhisty Zara, seorang siswi SMA yang baru saja pindah ke Bandung bersama ibunya setelah orang tuanya bercerai. Dibalik senyum cerianya yang selalu menghiasi wajah, tersimpan luka batin yang dalam. Ia berusaha keras beradaptasi dengan lingkungan baru, mencoba menutupi rasa kesepian dan ketidakpastian masa depan.



Di sisi lain, kita bertemu Magnus (Ari Irham), siswa berprestasi yang dikenal pendiam dan tertutup. Meski sering menjadi contoh siswa teladan, Magnus justru merasa hidupnya hampa. Ia merasa seperti boneka yang diatur oleh orang tuanya, yang menentukan setiap langkah hidupnya tanpa mempertimbangkan keinginan pribadinya. Mimpi Magnus untuk mengejar passion-nya selalu dikubur dalam tuntutan akademik dan ekspektasi keluarga.

Pertemuan antara Jovanka dan Magnus awalnya tidak mulus. Magnus yang dingin dan tertutup sering membuat Jovanka merasa diabaikan. Namun, semakin lama, keduanya mulai menyadari bahwa di balik sikap luar mereka, ada luka yang sama: konflik keluarga yang meninggalkan bekas mendalam.

Cinta yang Menjadi Jembatan Pemulihan
Seiring waktu, Jovanka dan Magnus mulai saling membuka diri. Mereka menemukan kekuatan dalam kebersamaan. Jovanka yang awalnya hanya ingin dekat dengan Magnus karena tertarik pada sosoknya, perlahan menyadari bahwa ia menemukan tempat di mana ia bisa menjadi dirinya sendiri. Begitu pula Magnus, yang selama ini merasa sendiri, akhirnya merasa didengar dan dipahami.

Hubungan mereka tumbuh perlahan, bukan dari kilatan cinta instan, melainkan dari proses saling mengerti, menghargai, dan mendukung. Dalam setiap adegan, penonton diajak merasakan dinamika hubungan yang realistis: ada canggung, ada salah paham, ada rasa takut kehilangan, tapi juga ada ketulusan yang menghangatkan hati.

Film ini berhasil menangkap esensi cinta remaja yang sebenarnya—bukan sekadar pacaran atau saling menyukai, tetapi tentang bagaimana dua orang bisa menjadi alasan satu sama lain untuk terus maju, bahkan saat dunia terasa begitu berat.

TAG:
Sumber:


Berita Lainnya