Dedi Mulyadi Turun Tangan Selamatkan Gereja di Cianjur yang Terancam Sita karena Utang Rp6 Miliar: Kita Fasilitasi Agar Ibadah Tetap Berjalan

Dedy-Instagram-
Dedi Mulyadi Turun Tangan Selamatkan Gereja di Cianjur yang Terancam Sita karena Utang Rp6 Miliar: Kita Fasilitasi Agar Ibadah Tetap Berjalan
Cianjur, Jawa Barat – Sebuah momen haru yang menyentuh hati publik terjadi di tengah kunjungan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, ke Kabupaten Cianjur. Seorang pendeta bernama Paripurna Simatupang tak kuasa menahan tangis saat berhadapan langsung dengan sang gubernur. Ia memeluk Dedi Mulyadi sambil memohon bantuan untuk menyelamatkan gereja tempatnya melayani selama puluhan tahun. Gereja tersebut kini terancam disita oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR) karena menunggak utang hingga mencapai Rp6 miliar.
Kejadian ini menjadi viral setelah Dedi Mulyadi membagikannya melalui akun Instagram pribadinya, @dedimulyadi71, pada Sabtu, 9 Agustus 2025. Dalam unggahan tersebut, terlihat momen emosional ketika Pendeta Paripurna Simatupang, dengan mata berkaca-kaca dan suara terbata-bata, menjelaskan betapa besar beban yang ditanggung oleh jemaatnya. Tanah dan bangunan gereja yang menjadi pusat ibadah dan pelayanan umat selama puluhan tahun kini terancam hilang karena dijadikan jaminan dalam pinjaman yang tak mampu dilunasi.
Gereja Terancam Sita, Jemaat Terancam Kehilangan Tempat Ibadah
Gereja yang terletak di salah satu wilayah strategis di Cianjur ini awalnya mengajukan pinjaman ke BPR untuk keperluan pembangunan dan pengembangan fasilitas ibadah. Namun, karena berbagai kendala finansial dan menurunnya jumlah donasi dari jemaat, pihak gereja mengalami kesulitan dalam mencicil utang. Akibatnya, tunggakan menumpuk hingga mencapai angka Rp6 miliar. Kini, proses hukum penyitaan tanah dan bangunan gereja telah dimulai oleh pihak bank.
Bagi jemaat, ancaman penyitaan ini bukan sekadar soal kehilangan aset fisik, melainkan juga ancaman terhadap keberlangsungan spiritual mereka. Gereja bukan hanya tempat beribadah, tetapi juga pusat komunitas, pendidikan, dan pelayanan sosial bagi ratusan keluarga Kristen di Cianjur. Kehilangan gedung gereja berarti mengganggu rantai pelayanan yang telah terbangun selama puluhan tahun.
Dedi Mulyadi: Ini Perkara Perdata, Tapi Kita Tak Bisa Tinggal Diam
Menanggapi permohonan haru dari Pendeta Paripurna, Gubernur Dedi Mulyadi langsung merespons dengan komitmen kuat untuk membantu. Meskipun menegaskan bahwa kasus ini adalah murni perkara perdata yang tidak bisa langsung diintervensi oleh pemerintah daerah, Dedi menolak untuk bersikap pasif.
“Ini bukan ranah hukum pidana, tapi perkara perdata. Artinya, pemerintah tidak bisa serta-merta membayar utang gereja. Tapi sebagai manusia, sebagai pemimpin, kita tidak boleh tinggal diam melihat umat kehilangan tempat ibadah,” ujar Dedi dalam keterangan persnya.
Dedi menilai, solusi paling realistis saat ini adalah melunasi tunggakan utang agar proses penyitaan bisa dihentikan. “Lebih bijak melunasi utang daripada harus membangun dari nol lagi. Kita selamatkan dulu gerejanya, baru pikirkan langkah-langkah jangka panjang untuk keberlanjutan keuangan gereja,” tambahnya.
Gerakan Solidaritas: Dedi Ajak Pengusaha Kristen Galang Dana
Untuk mewujudkan solusi tersebut, Dedi Mulyadi mengambil peran sebagai fasilitator. Ia berjanji akan menggalang dukungan dari komunitas Kristen, khususnya para pengusaha sukses yang memiliki kepedulian terhadap sesama seiman.
“Saya akan cari teman-teman yang sama-sama Kristen, para pengusaha Kristen, tokoh masyarakat, dan jemaat dari berbagai wilayah untuk bersama-sama membantu melunasi utang ini. Ini bukan soal satu gereja, tapi soal solidaritas umat beragama,” tegas Dedi.
Gubernur yang dikenal dekat dengan masyarakat akar rumput ini juga berencana menghubungi pihak pengadilan dan BPR terkait untuk meminta penundaan sementara proses penyitaan. Tujuannya adalah memberi waktu bagi pihak gereja dan para donatur untuk mengumpulkan dana yang dibutuhkan.
“Tugas saya bukan membayar, tapi memfasilitasi. Saya akan koordinasikan semua pihak, dari jemaat, pengusaha, hingga lembaga keuangan, agar ada solusi yang adil dan manusiawi,” ujarnya.
Respons Publik: Simpati dan Dukungan Mengalir
Momen haru antara pendeta dan gubernur ini cepat menyebar di media sosial. Banyak netizen yang terharu dan memberikan dukungan moril maupun materi. Beberapa komunitas Kristen di Bandung, Bogor, dan Jakarta mulai menginisiasi penggalangan dana secara daring melalui platform amal resmi.
“Ini bukan soal agama, tapi soal kemanusiaan. Gereja adalah rumah Tuhan, tempat orang mencari damai. Kita harus bantu agar tidak hilang begitu saja,” tulis seorang netizen di kolom komentar unggahan Dedi Mulyadi.
Di sisi lain, pihak BPR juga menyampaikan tanggapan. Mereka menyatakan bahwa proses hukum tetap harus berjalan sesuai aturan, namun terbuka untuk negosiasi jika ada pihak yang bersedia melunasi utang atau mengajukan restrukturisasi.