Gunung Semeru Kembali Erupsi: Kolom Abu Setinggi 1.000 Meter Guncang Lumajang, Warga Diminta Waspada

Gunung Semeru Kembali Erupsi: Kolom Abu Setinggi 1.000 Meter Guncang Lumajang, Warga Diminta Waspada

Semeru-Instagram-

Gunung Semeru Kembali Erupsi: Kolom Abu Setinggi 1.000 Meter Guncang Lumajang, Warga Diminta Waspada

Lumajang, 13 Agustus 2025 – Gunung Semeru kembali menunjukkan gejolak alamnya yang dahsyat. Pada Rabu siang (13/8/2025), sekitar pukul 12.52 WIB, gunung tertinggi di Pulau Jawa ini meletus dengan mengeluarkan kolom abu vulkanik yang menjulang setinggi 1.000 meter di atas puncak Kawah Jonggring Saloko. Awan panas dan abu tebal menyembur ke arah selatan hingga barat daya, menciptakan pemandangan yang dramatis sekaligus mengkhawatirkan bagi warga sekitar dan masyarakat luas.



Erupsi yang terjadi secara tiba-tiba ini langsung memicu kewaspadaan dari instansi terkait maupun masyarakat. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang bersama Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Semeru segera meningkatkan siaga, sementara petugas di lapangan terus memantau perkembangan aktivitas vulkanik secara intensif.

Erupsi Kedua dalam 24 Jam, Aktivitas Seismik Meningkat

Berdasarkan data dari PPGA Semeru, erupsi kali ini bukanlah yang pertama dalam rentang waktu 24 jam terakhir. Tim pemantau mencatat bahwa Gunung Semeru telah dua kali mengalami letusan dengan intensitas sedang hingga pekat dalam sehari. Kedua letusan tersebut menghasilkan kolom abu serupa, menandakan bahwa aktivitas vulkanik di gunung ini sedang berada dalam fase peningkatan signifikan.



“Sejak dini hari, kami mencatat adanya peningkatan aktivitas kegempaan, terutama tremor vulkanik yang cukup konsisten. Ini bisa menjadi indikator awal dari potensi erupsi susulan,” jelas Liswanto, salah satu petugas pengamat di Pos Gunung Api Semeru.

Ia menambahkan bahwa masyarakat di sekitar kawasan rawan bencana, terutama di sepanjang jalur aliran awan panas (lava fesik), diminta untuk tetap waspada dan menghindari aktivitas dalam radius lima kilometer dari kawah utama. “Awan panas bisa datang tiba-tiba, bahkan tanpa letusan besar. Maka dari itu, kewaspadaan mutlak diperlukan,” tegasnya.

Status Siaga Diperpanjang, Jalur Pendakian Ditutup Sementara

Hingga berita ini diturunkan, status Gunung Semeru masih berada pada Level III (Siaga), sesuai dengan rekomendasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Dengan status tersebut, aktivitas pendakian sepenuhnya dilarang untuk menghindari risiko keselamatan pendaki.

Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS) telah mengeluarkan pengumuman resmi penutupan sementara seluruh jalur pendakian menuju puncak Mahameru. “Keselamatan pengunjung adalah prioritas utama. Kami akan terus berkoordinasi dengan PVMBG dan BMKG untuk mengevaluasi kondisi secara berkala,” ujar Kepala BBTNBS, drh. Indra Wijaya, dalam keterangan tertulisnya.

Penutupan jalur pendakian ini tentu menjadi kabar mengecewakan bagi para pencinta alam dan pendaki yang telah merencanakan ekspedisi ke Semeru. Namun, banyak pihak mendukung keputusan ini sebagai langkah preventif yang bijak.

Warga Terdampak Mulai Dibagikan Masker, Posko Darurat Aktif

Di tengah kabut abu vulkanik yang menyelimuti beberapa desa di Kecamatan Candipuro dan Pronojiwo, petugas gabungan dari BPBD, TNI, Polri, dan relawan telah mendirikan posko darurat. Posko ini bertugas memantau kondisi warga, mendistribusikan masker, serta memberikan edukasi mitigasi bencana kepada masyarakat.

“Kami sudah mendistribusikan lebih dari 5.000 masker N95 ke warga yang tinggal di zona merah,” kata Kepala BPBD Lumajang, Joko Sambodo. “Kami juga mengimbau masyarakat untuk tidak panik, tetapi tetap waspada terhadap debu vulkanik yang bisa memicu gangguan pernapasan.”

Selain masker, tim juga membawa peralatan pemantauan cuaca mikro dan drone untuk memantau penyebaran abu secara real-time. Data ini kemudian dikirim langsung ke PVMBG untuk analisis lebih lanjut.

Media Sosial Heboh: #Semeru Trending, Warganet Beri Dukungan dan Pertanyaan

Tak lama setelah erupsi terjadi, tagar #Semeru dan #ErupsiSemeru langsung melesat ke jajaran trending topic di Twitter, Instagram, dan TikTok. Ribuan warganet dari seluruh Indonesia membanjiri media sosial dengan foto, video, dan komentar terkait fenomena alam yang spektakuler ini.

Beberapa foto yang diunggah memperlihatkan kolom abu yang menjulang tinggi, menyelimuti langit Lumajang dengan nuansa kelabu. Ada pula rekaman video pendek dari warga setempat yang merekam suara gemuruh letusan dari kejauhan, menambah dramatisasi suasana.

Akun @EzaRasyidiPC menulis, “Pasir Lumajangku kebakaran lagi nih. Semoga warga selamat dan diberi ketabahan.” Sementara itu, akun @Jasss bertanya, “Kapan ya jalur pendakian dibuka lagi? Sudah lama nunggu buat naik Mahameru.”

Tak sedikit pula yang mengaitkan erupsi dengan budaya dan mitos lokal. Salah satu komentar dari @KangeanAstroVin menyebutkan, “Wedhus gembel muncul lagi. Alam selalu punya cara untuk mengingatkan manusia.” Istilah “wedhus gembel” sendiri merujuk pada awan panas yang sering dikaitkan dengan legenda rakyat Jawa sebagai pertanda alam yang marah.

Daya Tarik Geologis yang Tak Bisa Dipungkiri

Meski membawa ancaman, erupsi Gunung Semeru tak bisa dipisahkan dari daya tarik geologisnya yang luar biasa. Bagi para peneliti, fotografer, dan pencinta alam, momen seperti ini adalah kesempatan langka untuk menyaksikan langsung kekuatan bumi yang masih hidup dan aktif.

Akun Instagram @Hikeology, yang dikenal sebagai komunitas pecinta alam, mengunggah foto abu Semeru dengan caption yang menyentuh: “Inilah kekuatan alam yang selalu mengingatkan kita untuk rendah hati. Di tengah debu dan gemuruh, ada keindahan yang tak bisa dibeli.”

Bagi sebagian fotografer, seperti Raka Pratama, seorang dokumenter alam dari Malang, erupsi ini adalah “momen emas” untuk mengabadikan proses geologis secara nyata. “Saya sudah mengamati Semeru selama lima tahun. Tapi setiap kali meletus, selalu ada nuansa baru. Ini bukan sekadar bencana, tapi juga fenomena ilmiah yang luar biasa,” ujarnya.

Masyarakat Diimbau Cerdas Bermedsos, Hindari Hoaks

Di tengah arus informasi yang begitu cepat, pihak berwenang juga mengingatkan masyarakat untuk tidak mudah terpancing oleh berita bohong atau hoaks. Beberapa unggahan viral menunjukkan video lama dari erupsi sebelumnya yang diklaim sebagai kejadian terbaru, sehingga memicu kepanikan tidak perlu.

“Mohon masyarakat hanya mengikuti informasi resmi dari PVMBG, BPBD, atau akun-akun resmi instansi terkait. Jangan sebarkan konten yang belum diverifikasi,” imbau Liswanto.

PVMBG juga telah membuka kanal informasi resmi melalui situs web dan media sosial untuk memberikan update terkini mengenai aktivitas Semeru. Masyarakat bisa mengakses informasi tersebut secara gratis dan real-time.

TAG:
Sumber:


Berita Lainnya