Profil Tampang Bripda Farhan Anggota Brimob Polda Gorontalo, Menghilang Saat Akad Nikah dengan Sukmawati, Lengkap: Umur, Agama dan Akun Instagram

Farhan-Instagram-
Dukungan Psikologis dan Etika Menikah di Dunia Militer
Peristiwa ini membuka diskusi luas tentang pentingnya kesehatan mental di institusi kepolisian, khususnya bagi anggota yang akan menikah atau menjalani perubahan hidup besar. Banyak pihak menilai bahwa tekanan pekerjaan sebagai anggota Brimob, yang kerap berhadapan dengan situasi berbahaya dan stres tinggi, bisa memicu gangguan psikologis jika tidak dikelola dengan baik.
“Ini bukan soal malu atau tidak malu. Ini soal kesehatan jiwa yang harus diutamakan,” ujar dr. Rina Maharani, seorang psikolog klinis dari Universitas Negeri Gorontalo. “Banyak orang mengabaikan gejala awal gangguan mental karena takut dianggap lemah. Padahal, mengakui masalah adalah langkah pertama menuju pemulihan.”
Ia menyarankan agar institusi kepolisian menyediakan layanan konseling rutin dan skrining psikologis bagi anggota yang akan menikah, terutama yang memiliki tugas berat seperti Brimob.
Respons Masyarakat dan Harapan untuk Pemulihan
Kejadian ini menjadi viral di media sosial, dengan tagar #SaveBripdaFarhan dan #KasihTanpaSyarat ramai diperbincangkan. Banyak netizen yang menyampaikan simpati, baik kepada Sukmawati yang menjadi korban kekecewaan, maupun kepada Bripda Farhan yang dianggap juga butuh pertolongan.
“Ini bukan soal menyalahkan, tapi soal memahami. Dua orang terluka, dan keduanya butuh dukungan,” tulis seorang netizen di Twitter.
Pihak keluarga Sukmawati, meski masih terluka, menyatakan siap untuk memberikan maaf. Namun, mereka menegaskan bahwa ikatan pernikahan tidak akan dilanjutkan. “Kami sudah lewati batas kesabaran. Kami doakan dia sembuh, tapi jalan kami berbeda,” ujar ayah Sukmawati dengan suara bergetar.
Baca juga: Film Animasi Merah Putih: One for All Batal Tayang Massal? Ini Fakta Terbaru di Balik Penayangannya
Akhir Kata: Kesehatan Mental Harus Jadi Prioritas
Kasus Bripda Farhan menjadi cermin penting bahwa kesehatan mental tidak boleh dianggap sepele, bahkan oleh mereka yang terlihat kuat secara fisik dan profesi. Seorang anggota Brimob, yang diharapkan tangguh di medan tugas, ternyata juga bisa rapuh secara emosional.
Pihak Polda Gorontalo berjanji akan mengevaluasi sistem pendukung kesejahteraan mental anggota, termasuk pelatihan stres manajemen dan akses ke layanan psikolog. “Kami ingin anggota kami tidak hanya kuat secara fisik, tapi juga sehat secara batin,” ujar Kapolda Gorontalo, Irjen Pol. Ahmad Wiyono, dalam pernyataan resmi.
Semoga dari peristiwa ini, muncul kesadaran kolektif bahwa mencari bantuan saat terluka secara mental bukan tanda kelemahan, melainkan keberanian. Dan semoga Bripda Farhan bisa pulih, serta Sukmawati menemukan kedamaian setelah melewati ujian hidup yang begitu berat.