Bendera Merah Putih Terbalik di Upacara HUT RI Surabaya: Viral, Kontroversi, dan Hikmah di Balik Kesalahan

Bendera-Instagram-
Bendera Merah Putih Terbalik di Upacara HUT RI Surabaya: Viral, Kontroversi, dan Hikmah di Balik Kesalahan
Surabaya digegerkan oleh sebuah insiden yang terekam dalam upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 Kemerdekaan Republik Indonesia di halaman Balai Kota Surabaya. Bukan karena kemeriahan atau kemerdekaan yang dirayakan, melainkan karena bendera Merah Putih yang dikibarkan dalam posisi terbalik—dengan warna putih berada di atas dan merah di bawah. Kejadian yang terjadi pada 17 Agustus 2023 ini langsung menjadi sorotan publik, memicu gelombang reaksi di media sosial, dan memunculkan diskusi luas tentang keseriusan protokol nasional serta cara masyarakat merespons kesalahan.
Viral di Media Sosial, Reaksi Netizen Bercampur Aduk
Video singkat yang menunjukkan detik-detik bendera terbalik dikibarkan dengan khidmat dalam upacara resmi itu cepat menyebar di platform seperti Twitter, Instagram, dan TikTok. Dalam hitungan jam, tagar #BenderaTerbalik dan #Surabaya ramai diperbincangkan, dengan puluhan ribu warganet turut berkomentar. Reaksi yang muncul sangat beragam—mulai dari sindiran tajam, candaan ringan, hingga dukungan penuh empati terhadap para petugas upacara.
Akun Twitter @Linux, dengan gaya satire yang khas, menulis: "Gpp dek, sepadan dgn kondisi negara ini yg terbalik.."—komentar yang langsung menuai 16 ribu likes dan ribuan retweet. Sindiran ini mencerminkan kekecewaan sebagian masyarakat terhadap situasi nasional yang dinilai "terbalik" secara simbolik. Namun, tidak semua komentar bernada kritis.
Beberapa netizen justru memilih bersikap santai. Seperti @masR yang berkomentar, "Ini Indonesia apa Polandia wkwk maaf bg," mengacu pada bendera Polandia yang memang memiliki susunan warna putih-merah—kebalikan dari bendera Indonesia. Candaan ini pun menjadi meme dadakan di berbagai grup percakapan, meski tetap menyisakan perdebatan soal etika merespons kesalahan simbolik negara.
Penjelasan Teknis dari Netizen: Bukan Salah Pengibar, Tapi Cara Melipat
Di tengah hujatan dan tawa, muncul suara-suara rasional yang mencoba memberikan konteks. Salah satunya dari akun @Wuulandarii, yang menjelaskan bahwa kesalahan ini bukan semata-mata karena kelalaian pengibar bendera, melainkan teknis pelipatan dan pemasangan tali.
"Bukan dia yang salah, tapi cara ngelipatnya. Tapi kalau pengibarnya ngeh, harusnya tali merah dulu yang diikat pertama, otomatis merahnya yang di atas," tulisnya. Penjelasan ini membuka wawasan banyak netizen bahwa pengibaran bendera merah putih bukan sekadar ritual simbolis, melainkan prosedur protokoler yang harus dilakukan dengan presisi.
Senada, akun @SilviHa turut membela para petugas upacara. "Mereka sudah berusaha semaksimal mungkin loh, hargain jangan judge mental mereka!" serunya. Dukungan seperti ini menunjukkan bahwa di balik hiruk-pikuk media sosial, masih ada ruang untuk empati dan penghargaan terhadap upaya anak-anak muda yang tampil di depan umum dalam momentum nasional.
Respons Eri Cahyadi: Pemimpin yang Menenangkan dan Bijaksana
Yang menarik perhatian publik bukan hanya insiden bendera terbalik, tapi juga respons cepat dan bijak dari Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi. Alih-alih menyalahkan atau menutupi kejadian, Eri justru tampil sebagai figur pemimpin yang humanis.
Dalam pernyataan resminya, Eri menegaskan bahwa insiden ini merupakan bagian dari proses pembelajaran. "Ini bukan aib, tapi momen refleksi. Kita semua bisa salah, termasuk dalam hal teknis seperti pelipatan bendera. Yang penting, kita belajar dari kesalahan dan memperbaikinya di masa depan," ujarnya.
Eri juga menegaskan bahwa para petugas upacara adalah pelajar dan pemuda yang telah berlatih keras selama berminggu-minggu. Ia meminta masyarakat untuk tidak menghakimi secara berlebihan, apalagi sampai menyakiti mental mereka. Sikap ini langsung mendapat apresiasi luas dari netizen. Banyak yang memuji Eri sebagai pemimpin yang rendah hati, peduli, dan mampu menenangkan situasi yang berpotensi memanas.
Pakar Protokoler Angkat Bicara: Kesalahan yang Bisa Dicegah
Untuk memberikan perspektif profesional, Kompas.com mengutip pendapat Dr. Hadi Prasetyo, pakar protokoler dan tata krama kenegaraan dari Universitas Gadjah Mada. Menurutnya, kesalahan pengibaran bendera terbalik sebenarnya bisa dihindari dengan prosedur standar yang ketat.
Dr. Hadi menyebutkan ada tiga langkah krusial yang harus dilakukan sebelum bendera dikibarkan:
Verifikasi posisi lipatan bendera – Pastikan sisi merah berada di atas saat bendera dilipat secara diagonal.
Pemeriksaan orientasi tali – Tali pengikat
harus dipasang sedemikian rupa sehingga warna merah selalu menjadi bagian pertama yang terlihat saat bendera mulai naik.
Gladi resik dengan bendera asli – Latihan akhir harus menggunakan bendera yang akan digunakan saat upacara, bukan bendera latihan, agar tidak terjadi miskomunikasi.
"Kesalahan ini bukan soal nasionalisme, tapi soal prosedur dan kesiapan teknis. Di era digital, setiap detail menjadi sorotan. Maka dari itu, pelatihan protokol harus lebih intensif dan sistematis," tegasnya.
Dampak di Era Media Sosial: Dari Kesalahan Kecil ke Kontroversi Nasional
Insiden di Surabaya menjadi gambaran nyata betapa cepatnya sebuah momen bisa berubah menjadi isu nasional di era media sosial. Dalam hitungan menit, kesalahan teknis yang mungkin dianggap sepele di masa lalu kini bisa menjadi bahan perdebatan publik, bahkan memicu krisis reputasi.
Namun, di balik kontroversi, insiden ini juga membuka mata masyarakat tentang pentingnya pemahaman terhadap simbol-simbol negara. Bendera Merah Putih bukan sekadar kain berwarna merah dan putih. Ia adalah lambang kedaulatan, perjuangan, dan harga diri bangsa. Setiap detailnya—termasuk posisi warna—mengandung makna filosofis yang dalam.