Profil Tampang Harmini Guru PJOK di SDN 9 Kedondong, Kabupaten Pesawaran yang Cekek Siswa saat Upacara Ternyata Mengidap Gangguan Jiwa, Lengkap: Umur, Agama dan IG

Lampung-Instagram-
Profil Tampang Harmini Guru PJOK di SDN 9 Kedondong, Kabupaten Pesawaran yang Cekek Siswa saat Upacara Ternyata Mengidap Gangguan Jiwa, Lengkap: Umur, Agama dan IG
Viral Aksi Guru Ngamuk Hendak Cekik Siswa Saat Upacara, Harmini Resmi Dicopot dari Jabatan Guru PJOK
Sebuah video yang menunjukkan seorang guru ngamuk dan hampir mencekik seorang siswi saat upacara bendera di sebuah sekolah dasar (SD) di Lampung telah menjadi sorotan nasional. Aksi yang terjadi di SDN 9 Kedondong, Kabupaten Pesawaran, ini memicu kemarahan publik dan menuai kecaman luas di media sosial. Kini, nasib sang guru, Harmini, telah ditentukan: resmi dicopot dari jabatannya sebagai guru Pendidikan Jasmani dan Olahraga (PJOK) setelah dinonaktifkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Pesawaran.
Video Viral: Aksi Ngamuk di Tengah Upacara
Video yang beredar luas di platform seperti TikTok dan Instagram memperlihatkan suasana upacara bendera yang tiba-tiba berubah tegang. Dalam rekaman berdurasi singkat itu, tampak seorang guru perempuan berseragam ASN berjalan cepat ke tengah lapangan, wajahnya memerah, suaranya meninggi. Ia menunjuk-nunjuk siswa yang sedang berbaris rapi, lalu tiba-tiba mengancam akan mencekik salah satu murid.
“Kalau enggak saya cekekin nih anak-anak! Ini instruksi, setiap Senin tidak ada guru yang boleh absen. Lapor kamu sama bupati!” teriaknya dengan nada tinggi, membuat suasana yang semula khidmat menjadi kacau.
Aksi ini membuat para siswa ketakutan. Beberapa di antaranya menangis dan berlarian masuk ke kelas. Seorang guru lain mencoba menenangkan situasi, namun malah dibentak balik oleh sang guru yang tengah emosi.
“Anak-anak takut lo, Bu! Ayo, masuk kelas!” ucap seorang guru sambil mencoba menenangkan siswa.
Namun, sang guru yang mengamuk tidak peduli. “Jangan banyak omong kamu, enggak usah bantah-bantah saya!” bentaknya, menunjukkan sikap arogan yang memicu keresahan di kalangan wali murid dan masyarakat luas.
Bukan Kepala Sekolah, Tapi Guru PJOK dari Sekolah Lain
Awalnya, banyak yang menduga bahwa sosok yang tampil arogan dalam video tersebut adalah kepala sekolah. Namun, Kapolres Pesawaran, AKBP Heri Sulistyo Nugroho, memberikan klarifikasi bahwa yang bersangkutan bukanlah kepala sekolah, melainkan seorang guru PJOK bernama Harmini, yang tercatat sebagai tenaga pendidik di SDN 5 Kedondong.
“Video itu memang benar terjadi di wilayah hukum kami, tepatnya di SDN 9 Kedondong, pada akhir Juli 2025,” jelas Heri dalam keterangan resminya, Minggu (24/8/2025). “Yang bersangkutan bukan kepala sekolah, melainkan guru dari sekolah lain yang datang ke lokasi saat upacara berlangsung.”
Menurut keterangan polisi, Harmini datang ke SDN 9 Kedondong karena merasa kesal akibat banyaknya guru yang absen pada upacara hari Senin tersebut. Ia yang bertugas memimpin upacara merasa terbebani dan frustrasi, hingga akhirnya meledak emosinya di depan siswa dan guru lain.
Langkah Tegas dari Dinas Pendidikan: Harmini Resmi Dinonaktifkan
Menanggapi insiden ini, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pesawaran tidak main-main. Melalui Surat Perintah Tugas Nomor 800/1016/IV.02/P2K/VIII/2025 yang diteken langsung oleh Kepala Disdikbud Pesawaran, Anca Martha Utama, pada 1 Agustus 2025, Harmini secara resmi diberhentikan sementara dari tugas mengajar.
“Berdasarkan laporan resmi dari Kepala UPTD SDN 9 Kedondong tertanggal 28 Juli 2025, tindakan yang dilakukan oleh oknum guru tersebut tidak mencerminkan sikap seorang pendidik yang profesional dan beretika,” tegas Anca Martha Utama.
Ia menekankan bahwa guru harus menjadi teladan, bukan sumber trauma bagi siswa. “Tindakan intimidasi, apalagi terhadap anak-anak, tidak bisa ditoleransi. Ini bukan soal disiplin, tapi soal etika, kesehatan mental, dan tanggung jawab moral sebagai pendidik.”
DPRD Minta Tes Kejiwaan dan Pengawalan Kasus
Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Pesawaran, Muhammad Rinaldi, turut angkat suara atas kasus ini. Ia meminta agar pihak terkait menangani kasus ini secara tegas dan transparan.
“Sejak video viral, saya langsung menghubungi Kepala Dinas Pendidikan untuk meminta klarifikasi dan memastikan tindak lanjutnya,” ujar Rinaldi, Minggu (24/8/2025).
Ia mengungkapkan bahwa Harmini telah diarahkan untuk menjalani pemeriksaan kesehatan jiwa. “Hasil tes kejiwaan ini akan menjadi dasar penting bagi Disdikbud dalam menentukan sanksi lebih lanjut. Apakah ini murni kesalahan disiplin, atau ada faktor psikologis yang memengaruhi,” jelas Rinaldi.
DPRD Pesawaran juga berkomitmen untuk mengawal proses penanganan kasus ini agar tidak berlarut-larut. “Kami ingin ada kepastian hukum dan keadilan, terutama demi perlindungan anak-anak. Sekolah harus menjadi tempat yang aman, bukan tempat yang menakutkan,” tegasnya.
Respons Polisi dan Inspektorat: Proses Hukum Berjalan
Polres Pesawaran mengonfirmasi bahwa pihaknya telah menerima laporan terkait kejadian tersebut. “Anggota Polsek Kedondong langsung turun ke lokasi untuk melakukan penyelidikan,” ujar AKBP Heri Sulistyo Nugroho.
Namun, karena kasus ini menyangkut pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan pendidikan, penanganan lebih lanjut telah diserahkan kepada Inspektorat Kabupaten Pesawaran. “Inspektorat yang berwenang melakukan pemeriksaan internal dan memberikan rekomendasi sanksi administratif,” tambah Heri.
Hingga kini, hasil pemeriksaan Inspektorat belum dirilis secara publik. Namun, dugaan kuat menyebutkan bahwa Harmini bisa dikenakan sanksi berat, bahkan hingga pemecatan jika terbukti melanggar kode etik guru dan peraturan disiplin PNS.
Trauma Siswa dan Dampak Psikologis
Insiden ini tidak hanya berdampak pada karier Harmini, tetapi juga meninggalkan trauma mendalam bagi para siswa yang menyaksikan langsung aksi tersebut. Banyak wali murid yang mengaku khawatir dan meminta sekolah untuk memberikan pendampingan psikologis bagi anak-anak.
“Anak saya pulang sambil menangis, katanya takut masuk sekolah lagi. Padahal dia dulu semangat tiap Senin karena suka upacara,” ujar salah satu orang tua murid yang enggan disebutkan namanya.
Psikolog anak dari Bandar Lampung, dr. Rina Astuti, M.Psi., menilai bahwa aksi guru yang mengancam fisik, meski tidak sampai menyentuh siswa, tetap bisa berdampak buruk pada perkembangan emosional anak.
“Anak-anak usia sekolah dasar sangat rentan terhadap trauma psikologis. Ancaman seperti ‘mau dicekik’ bisa membekas lama, bahkan memicu kecemasan, gangguan tidur, atau penurunan prestasi belajar,” jelasnya.