Ustaz Evie Effendi Dilaporkan Anak Kandung atas Dugaan KDRT: Profil, Kontroversi, dan Jejak Dakwah yang Menuai Sorotan

Ustaz Evie Effendi Dilaporkan Anak Kandung atas Dugaan KDRT: Profil, Kontroversi, dan Jejak Dakwah yang Menuai Sorotan

Evie-Instagram-

Ustaz Evie Effendi Dilaporkan Anak Kandung atas Dugaan KDRT: Profil, Kontroversi, dan Jejak Dakwah yang Menuai Sorotan
Nama Ustaz Evie Effendi kembali mencuat ke permukaan setelah dilaporkan ke Polrestabes Bandung atas dugaan kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Pelapornya bukan orang lain, melainkan anak perempuan kandungnya sendiri yang berinisial NAT. Laporan tersebut mengguncang publik, terlebih karena Evie dikenal luas sebagai seorang penceramah yang aktif menyebarkan nilai-nilai keislaman, khususnya di kalangan anak muda.

Kasus ini menjadi sorotan karena bertolak belakang dengan citra yang selama ini dibangunnya sebagai figur religius. Menurut informasi yang dihimpun, NAT diduga mengalami kekerasan fisik yang menyebabkan luka-luka di bagian wajah dan tangan. Tak hanya sang ayah, dugaan keterlibatan anggota keluarga baru Evie juga turut mencuat dalam laporan tersebut, menambah kompleksitas kasus yang kini tengah ditangani oleh pihak kepolisian.



Dari Jalanan ke Panggung Dakwah: Perjalanan Evie Effendi
Evie Effendi, lahir di Bandung pada 19 Agustus 1976, kini berusia 49 tahun. Ia mulai dikenal publik setelah video-video dakwahnya viral di media sosial sekitar pertengahan 2010-an. Gaya bicaranya yang lugas, blak-blakan, dan menggunakan bahasa gaul membuatnya cepat diterima oleh generasi muda, terutama anak-anak muda yang biasanya jauh dari suasana pengajian.

Berbeda dengan banyak penceramah yang tampil dengan jubah panjang dan sorban, Evie memilih gaya berpakaian kasual—kadang dengan kaos oblong, jaket, dan celana jeans—yang membuatnya terlihat lebih dekat dan relatable bagi anak-anak muda. Pendekatannya yang santai namun tegas dalam menyampaikan pesan-pesan agama membawanya meraih julukan "Ustaz Gaplek" atau "Gaul tapi Sholeh", sebuah sebutan yang kemudian melekat erat dalam identitasnya.

Tak hanya mengisi kajian di masjid-masjid, Evie juga aktif turun ke jalan, menyasar komunitas-komunitas yang dianggap "terpinggirkan", seperti geng motor, anak jalanan, dan kaum urban yang jauh dari lingkungan keagamaan. Melalui Gerakan Pemuda Hijrah yang ia gagas, Evie berupaya membawa perubahan besar dalam hidup para pemuda yang ingin bertobat dan menjalani kehidupan yang lebih bermakna secara spiritual.



Tidak Berlatar Pendidikan Agama, Tapi Diterima Kaum Muda
Fakta menarik yang jarang diketahui publik adalah bahwa Evie Effendi tidak memiliki latar belakang pendidikan formal di bidang agama. Ia hanya menamatkan pendidikan hingga jenjang SMP. Meski begitu, antusiasme masyarakat muda terhadap dakwahnya justru menunjukkan bahwa keberhasilan dakwah tidak selalu ditentukan oleh gelar atau ijazah, melainkan oleh kejujuran, ketulusan, dan kemampuan menyentuh hati.

Namun, keterbatasan latar belakang pendidikan ini juga menjadi bahan kritik dari sejumlah kalangan ulama dan akademisi keagamaan. Mereka menilai bahwa dakwah yang disampaikan tanpa dasar ilmu yang kuat berpotensi menyesatkan, terlebih jika disampaikan kepada audiens yang awam.

Kontroversi Ceramah: "Nabi Muhammad Pernah Sesat"
Salah satu momen paling kontroversial dalam karier Evie terjadi pada tahun 2018, ketika dalam salah satu ceramahnya ia menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah mengalami masa "sesat" sebelum menerima wahyu. Pernyataan ini langsung memicu kemarahan luas dari masyarakat, khususnya kalangan ulama dan tokoh agama.

Banyak yang menilai bahwa pernyataan tersebut tidak hanya keliru secara teologis, tetapi juga sangat sensitif dan bisa menimbulkan fitnah terhadap kesucian Nabi. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun turun tangan, memanggil Evie untuk dimintai klarifikasi dan keterangan lebih lanjut.

Dalam konferensi pers yang digelar setelah pemanggilan oleh MUI, Evie menyampaikan permohonan maaf secara terbuka. Ia menjelaskan bahwa maksud dari pernyataannya adalah menggambarkan kondisi jahiliyah yang dialami masyarakat Arab pra-Islam, termasuk Nabi sebelum diangkat menjadi rasul. Namun, ia mengakui bahwa cara penyampaiannya tidak tepat dan berpotensi menimbulkan salah paham.

"Saya mohon maaf jika pernyataan saya menyinggung perasaan umat Islam. Saya tidak bermaksud merendahkan Nabi, justru saya ingin menunjukkan betapa besar rahmat Allah yang diberikan kepada beliau," ujar Evie kala itu.

Kasus KDRT: Ujian bagi Citra Publik
Kini, dengan munculnya laporan dugaan KDRT yang dilayangkan oleh anak kandungnya sendiri, reputasi Evie Effendi kembali diuji. Kasus ini bukan sekadar persoalan hukum, tetapi juga menjadi cerminan atas ketegangan antara citra publik dan realitas pribadi.

Bagi banyak pengikutnya, kejadian ini tentu mengejutkan. Bagaimana mungkin seorang penceramah yang kerap mengajarkan nilai-nilai kasih sayang, kelembutan, dan keadilan dalam keluarga, justru dituduh melakukan kekerasan terhadap anak sendiri?

TAG:
Sumber:


Berita Lainnya