Download Nonton Shin’s Project Episode 3–4 Sub Indo di TVN Jangan LK21: Ketika Ayam Bakar Menjadi Senjata Keadilan

Download Nonton Shin’s Project Episode 3–4 Sub Indo di TVN Jangan LK21: Ketika Ayam Bakar Menjadi Senjata Keadilan

Shin-Instagram-

Download Nonton Shin’s Project Episode 3–4 Sub Indo di TVN Jangan LK21: Ketika Ayam Bakar Menjadi Senjata Keadilan — Kisah Nyata di Balik Sambal dan Rahasia Negosiasi Dunia

Di sudut kota yang tak terlalu ramai, di antara deru motor yang berlalu-lalang, aroma rempah yang menggoda, dan suara tawa pelanggan yang bergumam puas, berdiri sebuah kedai sederhana bernama Ayam Bakar Shin. Tidak ada papan nama mewah. Tidak ada lampu neon berkedip-kedip. Tidak ada Instagram story yang viral. Hanya sebuah meja kayu usang, kursi plastik merah yang sudah mulai retak, dan seorang pria paruh baya dengan sorban putih yang sedikit kusam serta apron berminyak—yang tampak seperti koki biasa.



Tapi jangan salah. Di balik kesederhanaan itu, tersimpan jejak karier yang membuat FBI, Interpol, bahkan agen rahasia PBB pun berdecak kagum.

Ini adalah Mr. Shin.

Bukan sekadar penjual ayam bakar yang jago membalik daging di atas bara api. Bukan cuma koki legendaris yang bisa membuat pelanggan menangis haru karena kelezatan saus rahasianya—yang katanya, “kalau kamu cicip satu kali, kamu akan ingat hidupmu selama sepuluh tahun.” Mr. Shin adalah mantan negosiator tingkat dunia, eks-konsultan keamanan nasional, dan dosen tamu di Harvard University yang pernah mengajar mata kuliah “The Art of Winning Without Fighting”—seni mengalahkan musuh tanpa satu pukulan, tanpa senjata, tanpa kekerasan.



Ia pernah menyelesaikan kasus penculikan presiden Afrika Selatan hanya dengan dua panggilan telepon dan sebotol air mineral. Ia menyelamatkan 17 sandera di Tokyo dengan membacakan puisi Jepang klasik selama 47 menit—sampai si penculik menangis dan menyerah. Ia pernah membujuk seorang penjahat bersenjata api untuk meletakkan senapannya hanya dengan bercerita tentang ibunya yang meninggal karena kelaparan saat ia masih kecil.

Dan sekarang?

Ia memanggang ayam.

Dan itu—menurutnya—lebih sulit daripada semua misi internasional yang pernah ia jalani.

Episode 3: Paket Salah Antar yang Mengguncang Sistem Peradilan
Episode ketiga Shin’s Project membuka pintu ke dunia yang tak terduga: hiruk-pikuk pasar malam yang penuh warna, suara pedagang gorengan yang berteriak, dan aroma kopi susu yang menemani para pekerja lembur. Di tengah keramaian itu, seorang kurir ojek online bernama Raka, berusia 22 tahun, baru saja kehilangan pekerjaannya—bukan karena malas, tapi karena salah antar paket.

Paket itu bukan sembarang paket.

Paket itu adalah bukti kejahatan korupsi tingkat tinggi yang dicuri dari ruang penyimpanan kejaksaan. Isinya? Rekaman video eksklusif yang merekam transaksi suap antara pejabat kementerian, pengusaha gelap, dan—yang paling mengejutkan—Hakim Lina Suryani, sosok yang dipuja media sebagai “Ratu Keadilan Baru”. Gadis muda berusia 29 tahun ini, yang selama ini dianggap simbol harapan reformasi hukum Indonesia, ternyata adalah bagian dari jaringan yang sama yang mencuri dokumen-dokumen penting itu.

Raka panik. Ia tidak tahu apa yang dibawanya. Ia hanya ingin mengembalikan paket itu agar tidak kena sanksi. Tapi ketika ia sampai di lokasi tujuan—sebuah gudang kosong yang seharusnya tidak boleh disentuh—ia melihat mobil polisi berhenti di depannya. Ia lari. Dan tanpa sadar, ia masuk ke kedai Ayam Bakar Shin.

Di situ, ia menyerahkan paket itu kepada Mr. Shin—tanpa sadar bahwa ia telah meletakkan bom waktu di meja kayu yang sama tempat ia biasa memesan nasi goreng spesial.

Mr. Shin, yang sedang asyik mengolesi bumbu ke daging ayam, hanya melirik sekilas. Ia tidak berteriak. Tidak panik. Bahkan tidak membuka paketnya.

Ia mengambil handuk, membersihkan tangannya perlahan, lalu berkata dengan tenang:

“Kalau kamu mau selamat, jangan bilang kamu bawa paket.
Bilang kamu bawa nasi goreng spesial.
Dan aku akan bantu kamu…
Tapi syaratnya: kamu harus dengar ceritaku dulu.”

Dan begitulah, dimulailah sebuah misi yang tidak pernah direncanakan—di mana ayam bakar menjadi senjata, sambal menjadi alat bukti, dan kata-kata menjadi senjata paling mematikan di dunia modern.

Kekuatan Kata-Kata yang Tak Terlihat: Strategi Negosiasi Tingkat Dunia di Kedai Ayam
Apa yang membuat Mr. Shin begitu istimewa?

Bukan karena ia pernah bekerja di lembaga intelijen global.
Bukan karena ia bisa bicara lima bahasa dengan aksen sempurna.
Bukan karena ia punya gelar PhD dari Harvard atau pernah bertemu Presiden.

Tapi karena ia tahu satu hal yang hampir hilang di era digital ini:
Kekuatan waktu. Ketenangan. Dan kemampuan mendengar sebelum berbicara.

Saat semua orang berteriak, ia diam.
Saat semua orang ingin cepat-cepat menang, ia ingin memahami.
Saat semua orang mencari bukti, ia mencari cerita.

Dalam episode ini, kita menyaksikan bagaimana strategi negosiasi tingkat dunia—yang biasanya diajarkan di ruang kelas elit Harvard, London School of Economics, atau Swiss Diplomatic Academy—diterapkan di sebuah kedai ayam bakar dengan listrik sering mati dan AC yang rusak.

Mr. Shin tidak membawa senjata.
Tidak memakai jaket anti peluru.
Tidak menggunakan teknologi canggih.

Ia hanya membawa dua hal:
Sambal pedas yang bisa membuat orang menangis, dan kata-kata yang bisa membuat orang sadar.

Ia mengundang Hakim Lina Suryani makan malam—di kedainya sendiri. Tanpa memberitahunya bahwa ia tahu segalanya. Tanpa menunjukkan rekaman itu. Tanpa ancaman. Tanpa intimidasi.

Ia hanya berkata:

“Kamu pasti lelah, Nak.
Aku lihat matamu. Kamu tidur kurang dari empat jam dalam seminggu.
Coba cicip dulu ayam ini. Aku buat dengan bumbu yang sama seperti yang ibuku gunakan… sebelum ia pergi.”

Dan di sanalah, selama 90 menit, di tengah suara gemericik arang dan percikan minyak, terjadilah sebuah dialog yang mengubah sejarah.

Hakim Lina, yang selama ini dianggap dingin, kaku, dan tak punya hati oleh rekan-rekannya di pengadilan, akhirnya menangis—tangisan yang tidak bisa disembunyikan di depan kamera, tapi bisa diungkapkan di hadapan seorang koki tua yang tidak pernah menuntut jawaban.

Ia mengaku:

“Aku menerima uang itu… bukan karena tamak.
Karena ibuku sakit keras. Biaya operasi Rp800 juta. Gajiku sebagai hakim baru hanya Rp7 juta per bulan.
Aku pikir, kalau aku ambil sedikit, toh mereka juga koruptor.
Tapi aku tidak tahu… uang itu datang dari jaringan yang sama yang mencuri dokumen-dokumen itu.
Aku… aku jadi bagian dari sistem yang aku lawan.”

Mr. Shin diam. Ia mengangguk perlahan. Lalu, dengan tusuk gigi, ia menusuk sepotong ayam, dan berkata:

“Keadilan bukan soal menang atau kalah.
Keadilan adalah soal kapan kamu berhenti berbicara…
Dan mulai mendengar.”

Episode 4: Jejak Dibalik Sambal – Siapa Sebenarnya Mr. Shin?
Episode keempat mengungkap masa lalu Mr. Shin yang lebih gelap, lebih dalam, dan lebih manusiawi.

Ia bukan hanya mantan negosiator. Ia adalah mantan agen rahasia yang ditarik dari lapangan setelah gagal menyelamatkan seorang anak kecil—putra seorang diplomat—karena terlalu cepat mengambil keputusan. Anak itu tewas karena ia terlalu yakin bahwa ia tahu yang terbaik.

Sejak saat itu, ia meninggalkan dunia intelijen. Ia menolak tawaran jabatan tinggi di kementerian. Ia menolak uang miliaran rupiah dari perusahaan keamanan swasta. Ia memilih pulang ke kampung halamannya, membuka kedai ayam, dan belajar lagi—belajar tentang manusia.

“Dulu aku pikir, keadilan itu soal hukum,” katanya pada Raka suatu malam, sambil menata tusuk sate.
“Tapi sekarang aku tahu… keadilan itu soal rasa.
Rasa sakit. Rasa malu. Rasa takut. Rasa bersalah.
Dan rasa… ingin diperdengarkan.”

Dalam episode ini, kita juga melihat bagaimana Mr. Shin menggunakan metode Active Listening dan Emotional Anchoring—teknik negosiasi tingkat tinggi—untuk menenangkan Raka yang nyaris bunuh diri karena merasa menjadi biang keladi kehancuran sistem. Ia tidak memberi nasihat. Ia tidak menghakimi. Ia hanya menanyakan:

“Kalau kamu nggak salah antar paket itu… siapa yang akan tahu kebenarannya?”

TAG:
Sumber:


Berita Lainnya