Lanjutan Pro Bono Episode 3–4 Sub Indo di TVN Bukan LK21: Perjalanan Sang Hakim Selebritas Menuju Jiwa Pengacara Sejati

 Lanjutan Pro Bono Episode 3–4 Sub Indo di TVN Bukan LK21: Perjalanan Sang Hakim Selebritas Menuju Jiwa Pengacara Sejati

Pro bono-Instagram-

Lanjutan Pro Bono Episode 3–4 Sub Indo di TVN Bukan LK21: Perjalanan Sang Hakim Selebritas Menuju Jiwa Pengacara Sejati

Drama Korea terbaru Pro Bono terus memperkuat posisinya sebagai salah satu tayangan paling menggugah hati di tengah derasnya arus konten hiburan saat ini. Di episode 3 dan 4, narasi cerita semakin dalam mengupas pertarungan tak kasat mata antara idealisme luhur dan ambisi pribadi—dua kekuatan yang seringkali saling bertentangan, terutama dalam dunia hukum yang seharusnya netral, namun nyatanya dipenuhi warna-warni kepentingan.



Serial yang mengusung tema bantuan hukum gratis ini tidak hanya menyajikan dramatisasi hukum biasa, melainkan menawarkan refleksi sosial yang tajam, dialog cerdas yang memantik pemikiran, serta pengembangan karakter yang kompleks dan manusiawi. Penonton bukan hanya disuguhkan adegan-adegan pengadilan yang intens, tetapi juga diajak menyelami konflik batin tokoh utama yang sedang berjuang menemukan makna sejati dari keadilan itu sendiri.

Dari Mahkamah Agung ke Jalan Raya: Transformasi Kang David
Kang David, diperankan dengan nuansa karismatik dan kedalaman emosional, awalnya dikenal sebagai salah satu hakim muda paling berprestasi di Korea Selatan. Karier cemerlangnya—dengan putusan-putusan tegas dan reputasi intelektual—menjadikannya calon kuat untuk jabatan Hakim Agung. Namun, keputusannya untuk mengundurkan diri dari posisi bergengsi tersebut mengguncang dunia hukum dan menciptakan spekulasi publik yang luas.

Alih-alih menikmati kehidupan mapan di balik meja pengadilan, Kang David mengejutkan semua orang dengan memilih jalur yang jauh lebih berisiko: menjadi pengacara pro bono. Ia bergabung dengan sebuah tim hukum nirlaba yang memberikan bantuan hukum gratis kepada kelompok masyarakat yang tak mampu secara finansial—mulai dari buruh migran hingga korban kekerasan domestik.



Langkah ini tampak sangat mulia di permukaan. Namun, Pro Bono dengan cerdik mengungkap lapisan-lapisan kompleks di balik niat “tulus” ini. Ternyata, Kang David masih terikat oleh hasrat akan pengakuan, ketenaran, dan bahkan keuntungan materi. Idealismenya masih tercemar oleh keinginan untuk dipuja—dan di sinilah drama mulai menggarap konflik batin yang jauh lebih menarik daripada sekadar pertarungan hukum di ruang sidang.

Sosok Influencer Hukum: Citra vs. Realitas
Salah satu elemen paling orisinal dalam penggambaran karakter Kang David adalah dualitasnya sebagai “pengacara rakyat” sekaligus influencer hukum. Ia aktif di media sosial dengan jutaan pengikut, mengunggah kutipan filosofis, foto-foto di lokasi kasus, hingga momen dramatis di pengadilan. Semuanya dikurasi dengan cermat untuk membentuk citra ideal: pejuang keadilan yang rendah hati, berdedikasi, dan dekat dengan rakyat.

Namun, popularitasnya bukan kebetulan. Itu adalah bagian dari strategi personal branding yang matang. Dalam adegan pembuka episode 3, selepas menyampaikan argumen hukum di ruang sidang paling prestisius di Seoul, Kang David langsung diserbu oleh penggemar yang meminta swafoto—suatu pemandangan yang janggal untuk seorang pengacara, apalagi yang katanya “pro bono”.

Adegan ini menyampaikan sindiran halus: apakah Kang David benar-benar ingin membela yang lemah, atau hanya ingin membangun narasi heroik untuk menopang egonya sendiri? Pertanyaan ini menjadi benang merah yang terus mengalir sepanjang dua episode tersebut.

Park Ki-bbeum: Cermin yang Tak Ingin Dilihat Kang David
Perubahan terbesar dalam hidup Kang David dimulai ketika ia bertemu Park Ki-bbeum—rekan barunya di tim Pro Bono. Jika Kang David adalah wajah modern hukum yang glamor dan strategis, maka Ki-bbeum adalah wajah tradisionalnya yang lusuh namun tulus.

Ki-bbeum tidak memiliki akun media sosial. Ia tak peduli pada pujian publik atau citra diri. Baginya, keadilan bukan alat untuk meraih ketenaran, melainkan prinsip sakral yang harus diperjuangkan tanpa pamrih. Ia rela menghabiskan berjam-jam di desa terpencil, mendengarkan keluhan petani yang tanahnya dirampas, atau menemani korban kekerasan dalam diam—tanpa sekali pun mengangkat ponsel untuk dokumentasi.

TAG:
Sumber:


Berita Lainnya