World App Viral di Media Sosial: Tawarkan Uang Rp800 Ribu untuk Scan Retina Mata, Netizen Khawatir Soal Privasi

World App Viral di Media Sosial: Tawarkan Uang Rp800 Ribu untuk Scan Retina Mata, Netizen Khawatir Soal Privasi

mata-pixabay-

Sementara itu, akun @banyakmauuuuuuu mengacu pada pernyataan mantan analis NSA Edward Snowden di 2021. Snowden pernah memperingatkan bahwa meskipun pengguna bisa menghapus foto scan retina, olahan data hasil pemindaian tetap tersimpan dalam server perusahaan. "Olahan datanya ini yang nanti berguna buat macam-macam," ujarnya, mengingatkan potensi penyalahgunaan untuk kejahatan cyber atau pengawasan massal.

Antusiasme vs. Skeptisisme: Pengalaman Warga di Lapangan
Di lapangan, antusiasme masyarakat terhadap World App terbilang tinggi. Seperti yang terjadi di Bekasi, seorang warga bernama Andi (28) mengaku ikut registrasi karena ajakan saudaranya. "Katanya lagi viral di TikTok, dapat duit beneran. Mau gak?" cerita Andi. Namun, temannya yang lebih skeptis memilih menolak. "Gue sih mikir dua kali. Ini tuh kayak crypto gitu, gak jelas ujungnya," tandasnya.



Sementara itu, netizen dengan akun @saturncoff menolak mentah-mentah tawaran tersebut. Ia lebih memilih mengurus investasi reksadana daripada membahayakan privasi. "Aduh gak dulu deh. Mending gua ngurus reksadana gue," tulisnya.

Ekspansi Global dan Larangan di Beberapa Negara
Menurut laporan MIT Technology Review pada 3 Mei 2025, World App yang berada di bawah naungan Worldcoin telah melakukan pemindaian retina, wajah, dan tubuh di 24 negara. Hingga kini, perusahaan mengklaim sudah mengumpulkan data dari 450.000 individu di seluruh dunia. Sayangnya, beberapa negara seperti Spanyol, Jerman, Prancis, Brazil, Argentina, dan Kenya telah membatasi operasional aplikasi ini karena kekhawatiran privasi.

Pemerintah Spanyol, misalnya, mengklaim bahwa World App melanggar aturan perlindungan data GDPR. Sementara di Kenya, aktivis hak digital menuding perusahaan melakukan eksploitasi data warga miskin dengan imbalan uang yang tidak proporsional.



Sam Altman: Visi dan Kritik
Sam Altman, pendiri World App, membela proyek ini sebagai langkah revolusioner untuk membangun sistem identitas digital global. Dalam wawancara dengan TechCrunch, ia menyebut bahwa World App bertujuan menciptakan "internet yang lebih manusiawi" dengan membedakan manusia dari AI. Namun, kritikus menilai hal ini justru membuka pintu bagi monopoli data oleh perusahaan besar.

"Masalahnya bukan hanya soal uang Rp800 ribu, tapi juga bagaimana data biometrik kita bisa digunakan di masa depan. Ini investasi jangka panjang bagi perusahaan, tapi risikonya ditanggung pengguna," ujar Dr. Indra Perdana Sinaga, pakar keamanan siber dari ITB.

Baca juga: Muhammad Andhika Anaknya Siapa? Inilah Biodata Anggota Polisi yang Resmi Menikah dengan Valerie Tifanka, Bukan Orang Sembarangan?

Haruskah Anda Ikut? Pertimbangkan Risiko dan Manfaat
Sebelum tergoda dengan imbalan uang tunai, pengamat teknologi menyarankan untuk memahami risiko jangka panjang. Data biometrik seperti retina mata bersifat permanen dan tidak bisa diubah jika terjadi kebocoran. Berbeda dengan kata sandi atau nomor rekening bank yang bisa diganti, kerentanan data retina bisa dimanfaatkan untuk kejahatan identitas selama bertahun-tahun.

"Kalau mau ikut, pastikan Anda benar-benar memahami syarat dan ketentuannya. Tapi jujur, untuk imbalan sekian, risikonya terlalu besar," tutup Dr. Indra.

TAG:
Sumber:


Berita Lainnya