Luna Maya dan Maxime Bouttier Nikah Adat Jawa di Bali, Ini Rangkaian Acaranya

Luna maya-Instagram-
Luna Maya dan Maxime Bouttier Nikah Adat Jawa di Bali, Ini Rangkaian Acaranya
Kocak! Kelakuan Kakak Sulung Luna Maya Saat Siraman, Momen Ini Tertangkap Kamera Live
Filosofi Siraman Luna Maya dan Maxime Bouttier: Makna Mendalam di Balik Ritual Mandi Kembang Jelang Pernikahan
Pada Selasa (6/5/2025) pagi, tepatnya di Pulau Dewata Bali, pasangan selebritas Luna Maya dan Maxime Bouttier menjalani serangkaian prosesi adat Jawa jelang pernikahan mereka yang akan digelar keesokan harinya. Salah satu momen paling sakral dalam rangkaian acara ini adalah siraman , sebuah ritual mandi kembang yang sarat makna filosofis dan spiritual.
Acara siraman dimulai sekitar pukul 08.00 WITA. Luna Maya tampak tiba dengan didampingi kedua kakaknya, Tipi Jabrik dan Ismael Dully. Di lokasi siraman, ibunda Luna, Desa Maya Waltraud Mayer, sudah menantikan putrinya dengan penuh haru dan doa.
Sebelum memasuki ritual siraman, Luna terlebih dahulu melakukan sungkeman , sebuah tradisi di mana calon pengantin sujud kepada orang tua untuk meminta restu dan memohon maaf atas segala kesalahan. Dalam momen yang sangat mengharukan tersebut, Luna tampak membasuh kaki ibunya dengan air dan parfum sambil menyampaikan permohonan maaf dalam bahasa Inggris.
"Aku meminta maaf atas segala kesalahan yang pernah aku lakukan. Aku berharap ibu bisa memaafkanku dan memberikan restu untuk pernikahanku dengan Maxime, agar kami bisa memulai hidup baru dalam pernikahan," ucap Luna dengan suara bergetar.
Busana Siraman dan Rangkaian Bunga Melati
Setelah sungkeman, Luna berganti busana siraman yang cantik dan anggun, dilengkapi dengan hiasan bunga melati yang disematkan di rambut serta tubuhnya. Prosesi siraman kemudian dimulai, dengan keluarga dan kerabat dekat secara bergiliran menyiramkan air dari tujuh sumber mata air yang telah dikumpulkan dalam tempayan besar.
Mengutip informasi dari kanal YouTube TS Media, ketujuh air tersebut berasal dari berbagai lokasi penting, termasuk:
Air dari kediaman almarhum eyang dari pihak ayah,
Air dari rumah ibunda Luna,
Air dari Jakarta,
Air dari Bali,
Hingga air zam-zam yang dikenal memiliki nilai spiritual tinggi.
Air-air ini dicampur bersama bunga-bunga seperti melati dan mawar sebagai simbol keindahan dan kesucian. Penggunaan bahan alami ini bukan tanpa maksud; setiap elemen membawa doa dan harapan untuk pasangan pengantin.
Apa Itu Siraman? Filosofi dan Maknanya dalam Budaya Jawa
Siraman bukanlah sekadar ritual mandi kembang semata. Dalam tradisi Jawa, siraman merupakan bagian tak terpisahkan dari upacara penikahan yang sarat makna simbolis. Mengutip Tribun Solo, siraman tidak hanya bertujuan untuk membersihkan fisik calon pengantin, tetapi juga mensucikan jiwa mereka sebelum memasuki tahap kehidupan baru.
Menurut buku “Ragam Pengantin di Jawa Tengah” yang diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah, kata "siraman" berasal dari kata "siram", yang berarti mandi atau membersihkan diri. Ritual ini diyakini dapat membersihkan calon pengantin dari segala noda lahir dan batin, sehingga mereka siap menjalani kehidupan pernikahan dengan hati yang suci dan pikiran yang jernih.
Dalam budaya Jawa, siraman biasanya dilangsungkan sehari sebelum ijab kabul. Waktu ini dipilih karena dipercaya sebagai saat turunnya para bidadari ke bumi untuk mandi. Dengan demikian, pengantin yang menjalani siraman juga akan membawa aura kecantikan dan kemuliaan batin.
Momen Doa, Restu, dan Pertolongan Tujuh Ibu Tua
Selain penyucian diri, siraman juga menjadi waktu untuk memohon petunjuk, rahmat, dan perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa. Selama proses siraman berlangsung, doa-doa terus dilantunkan oleh keluarga dan kerabat untuk memberikan berkah kepada pasangan pengantin.
Tidak hanya itu, dalam ritual ini juga hadir tujuh wanita lanjut usia yang diundang khusus untuk ikut menyiramkan air kepada calon pengantin. Angka tujuh dalam bahasa Jawa disebut “pitu”, yang memiliki makna mendalam. Para wanita ini diharapkan bisa memberikan "pitulungan", atau pertolongan, baik secara spiritual maupun moral kepada pasangan.
Seperti dijelaskan oleh Ernawati Purwaningsih dalam tulisan yang dipublikasikan oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah DIY, jumlah orang yang menyirami sebenarnya tidak dibatasi. Namun, biasanya dibatasi tujuh orang agar calon pengantin tidak kedinginan akibat terlalu banyak air yang dituangkan. Selain itu, jumlah ganjil seperti tujuh juga dipercaya membawa energi positif.
Baca juga: Kocak! Kelakuan Kakak Sulung Luna Maya Saat Siraman, Momen Ini Tertangkap Kamera Live