Chef Arnold Bongkar Isu Pemerasan Codeblu di Podcast Deddy Corbuzier, Soroti Perilaku Food Reviewer dan Netizen Indonesia

Chef Arnold Bongkar Isu Pemerasan Codeblu di Podcast Deddy Corbuzier, Soroti Perilaku Food Reviewer dan Netizen Indonesia

Arnold-Instagram-

"Pemerasan karena satu hal. Kenapa harus mengajukan diri untuk di-contact setelah hal yang lu lakukan sendiri secara sadar dan tujuan untuk dibayar?" tanyanya retoris.

Dukungan untuk UMKM dan Perlindungan Karyawan
Di tengah situasi ekonomi yang sedang sulit, Arnold mengingatkan pentingnya solidaritas antara sesama pelaku industri, terutama dalam dunia kuliner. Ia mengajak para content creator dan netizen untuk lebih bijak dalam menyikapi konten-konten review makanan.



"Ekonomi sudah sulit, pekerjaan pun sudah sulit. Mungkin sebagai pemilik masih bisa, pegawainya gimana? Karyawan yang gajinya UMR, gimana mereka mencari nafkah?" ucapnya dengan empati.

Menurutnya, para kreator konten harus mulai mempertimbangkan dampak dari tulisan atau video yang mereka buat. Apalagi, banyak dari mereka yang memiliki audiens sangat luas dan bisa memengaruhi persepsi publik secara langsung.

Netizen Juga Harus Lebih Bijak
Tidak hanya itu, pembawa acara Deddy Corbuzier juga ikut angkat bicara mengenai fenomena ini. Ia menilai bahwa pola pikir netizen Indonesia masih perlu banyak perubahan, terutama dalam cara mereka menyikapi informasi dari media sosial.



"Di Indonesia sendiri menurut gua, netizennya juga harus merubah pola pikir," tambah Deddy.

Ia menyayangkan kebiasaan masyarakat yang lebih mudah percaya pada konten viral yang belum tentu benar, daripada melakukan riset mandiri atau melihat konteks yang lebih utuh.

"Mereka (percaya) apa yang mereka lihat," imbuh Deddy. "Konten negatif selalu mendapat trafik tinggi, dan itulah yang dikejar oleh banyak kreator."

Kritik Perlu Tanggung Jawab
Walaupun kritik adalah hak setiap individu, termasuk para food reviewer, namun Arnold menegaskan bahwa penyampaian kritik harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab. Sebuah ulasan seharusnya tidak hanya menghancurkan reputasi, tetapi juga memberikan ruang untuk perbaikan.

"Dalam dunia kreatif, termasuk kuliner, kritik memang penting. Tapi kritik yang membangun akan jauh lebih bermakna ketimbang kritik yang hanya cari sensasi," pungkasnya.

Pentingnya Literasi Digital dan Etika Konten
Perbincangan antara Chef Arnold dan Deddy Corbuzier menjadi momen refleksi tersendiri bagi masyarakat, terutama generasi muda yang aktif di media sosial. Di era digital seperti sekarang, produksi konten memang semakin mudah, tetapi etika dan dampaknya sering kali diabaikan.

Baca juga: INNALILLAHI! Nyai Hj Djamilah Hamid Baidlowi Ibu Ning Jazil Meninggal Dunia pada Rabu, 7 Mei 2025 di RS Solo

Untuk itu, edukasi literasi digital dan kesadaran akan pentingnya konten yang objektif, seimbang, dan bertanggung jawab menjadi sangat urgen. Terutama di ranah F&B, di mana banyak UMKM bergantung pada citra positif untuk bertahan di tengah persaingan pasar.

Penutup: Menuju Ekosistem Kuliner yang Lebih Sehat
Masalah yang diungkap oleh Chef Arnold bukan hanya sekadar tentang satu kasus tertentu, tetapi merupakan cerminan dari kondisi lebih luas dalam ekosistem kuliner dan media sosial di Indonesia. Dengan adanya diskusi seperti ini, diharapkan lahir kesadaran kolektif dari semua pihak—content creator, netizen, hingga pelaku usaha—untuk saling mendukung dan membangun industri yang lebih sehat dan produktif.

Kritik boleh saja, tetapi harus dilandasi dengan kejujuran, keadilan, dan rasa empati. Seperti yang diingatkan oleh Chef Arnold: “Banyak orang yang hidup dari usaha kuliner. Mari kita dukung mereka, bukan hancurkan mereka.”

 

TAG:
Sumber:


Berita Lainnya