AM Hendropriyono Soroti Kekuatan Iran sebagai Jagoan Perang, Arab Diam Seribu Bahasa Saat Israel Menyerang

Am-Instagram-
AM Hendropriyono Soroti Kekuatan Iran sebagai Jagoan Perang, Arab Diam Seribu Bahasa Saat Israel Menyerang
Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), AM Hendropriyono, memberikan pandangan mendalamnya terkait dinamika geopolitik Timur Tengah yang kian memanas pasca-serangan Israel ke Iran. Dalam sebuah podcast di kanal YouTube Mahfud MD Official, pria yang akrab disapa Hendro ini menyebut bahwa Iran dikenal sebagai negara yang sangat mahir dalam seni perang.
Menurut Hendropriyono, sejarah mencatat bahwa bangsa Persia—yang menjadi akar dari modernisasi Iran saat ini—telah lama dikenal sebagai pejuang tangguh. Hal ini membuat Iran memiliki reputasi sebagai salah satu negara dengan kemampuan militer yang patut diperhitungkan di kawasan Timur Tengah.
"Kalau saja dulu Persia tidak kalah dalam beberapa konflik besar, mungkin cerita sejarah dunia bisa berbeda," ujarnya pada Minggu, 29 Juni 2025.
Ketakutan Negara-Negara Arab atas Kekuatan Iran
Meski secara militer kuat, posisi Iran justru menimbulkan rasa gelisah di kalangan negara-negara Arab. Pasalnya, Iran tak hanya memiliki angkatan bersenjata yang disiplin dan terlatih, tetapi juga tengah mengembangkan teknologi nuklir yang semakin maju. Ini membuat banyak negara Arab merasa ancaman hegemoni baru sedang terbentuk.
Hendropriyono menilai, ketakutan itu wajar mengingat Iran berpotensi menjadi pemimpin regional di Timur Tengah. Apalagi jika pengembangan senjata nuklir berhasil dirampungkan, maka Iran akan menjadi satu-satunya negara di kawasan tersebut yang memiliki kekuatan strategis tingkat tinggi.
"Arab resah karena Iran adalah negara Syiah yang punya ambisi besar dan mampu bertahan bahkan melawan blok Barat seperti Amerika Serikat dan sekutunya," kata Hendro.
Diamnya Dunia Arab: Sentimen Agama dan Politik
Pertanyaannya, mengapa negara-negara Arab tidak membela Iran meskipun sama-sama negara Muslim saat Israel melancarkan serangan? Jawaban ini, menurut Hendropriyono, tidak hanya soal politik luar negeri, tetapi juga sentimen agama dan sektarian.
Sebagian besar negara Arab seperti Saudi Arabia, Mesir, hingga Uni Emirat Arab merupakan negara Islam Sunni. Sementara Iran adalah pusat Islam Syiah. Perbedaan mazhab keagamaan inilah yang menjadi salah satu faktor utama diamnya negara-negara Arab saat Iran digempur oleh Israel dan didukung oleh AS.
"Mayoritas negara Arab melihat Iran bukan saudara seiman dalam konteks mazhab keagamaan. Mereka cenderung membiarkan Iran dikeroyok tanpa intervensi nyata," tuturnya.
Lebih lanjut, Hendro menambahkan bahwa dukungan dari negara-negara Arab kepada Iran selama ini lebih berupa simpati verbal belaka. "Ada semacam harapan terselubung agar Iran gagal dalam pengembangan nuklirnya," imbuhnya.
Persaingan Internal di Tubuh Militer Iran
Meskipun secara eksternal tampak solid, ternyata tubuh militer Iran tidak sepenuhnya bebas dari gesekan internal. Terdapat dua entitas bersenjata utama di Iran, yaitu Tentara Nasional Iran (Artesh) dan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC). Persaingan antara kedua institusi ini sempat menjadi titik lemah dalam koordinasi pertahanan nasional.