Pencarian 30 Korban Feri Tenggelam di Perairan Banyuwangi-Bali Dihentikan Sementara Akibat Cuaca Buruk

ilustrasi kejahatan siber--
Pencarian 30 Korban Feri Tenggelam di Perairan Banyuwangi-Bali Dihentikan Sementara Akibat Cuaca Buruk
Peristiwa tenggelamnya Kapal Motor Penumpang (KMP) Tunu Pratama Jaya pada Rabu (2/7/2025) malam menyisakan duka yang mendalam bagi keluarga korban. Kapal feri yang membawa total 65 orang penumpang dan awak tersebut hilang kontak sekitar 30 menit setelah berangkat dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi menuju Gilimanuk, Bali.
Hingga Kamis (3/7/2025) malam, upaya pencarian terhadap 30 korban yang masih hilang sementara dihentikan karena kondisi cuaca buruk yang melanda perairan Selat Bali. Gelombang tinggi mencapai 2-3 meter serta jarak pandang yang sangat terbatas memaksa tim SAR menghentikan operasi penyelamatan hingga pagi hari berikutnya.
Cuaca Buruk Hambat Operasi SAR
Kepala Basarnas Jawa Timur, Nanang Sigit, menjelaskan bahwa penghentian operasi SAR dilakukan sebagai langkah antisipasi keselamatan tim penyelamat. “Operasi akan kembali dilanjutkan Jumat pagi dengan kekuatan penuh,” ujarnya saat memberikan keterangan pers.
Tim gabungan yang terdiri dari personel Basarnas, TNI, Polri, dan relawan telah mengerahkan empat kapal penyelamat, beberapa helikopter, serta drone berteknologi thermal imaging untuk memperluas area pencarian. Selain itu, alat sonar juga disiapkan untuk mendeteksi keberadaan bangkai kapal dan kemungkinan korban yang masih terjebak di dalamnya.
“Kami menggunakan metode pencarian sektoral dengan mempertimbangkan arah angin dan arus laut yang cukup deras,” lanjut Nanang.
Detik-Detik Kapal Tenggelam Menurut Korban Selamat
Salah satu penumpang selamat, Eko Toniansyah (25), menceritakan bagaimana kapal mulai oleng hanya beberapa menit setelah lepas dari Pelabuhan Ketapang. Ia mengatakan suasana panik langsung terjadi ketika air mulai masuk ke dalam badan kapal.
“Penumpang berlarian mencari jaket pelampung. Beberapa ada yang langsung melompat ke laut karena takut kapal tenggelam sepenuhnya,” kenang Eko.
Ia pun harus berpisah dengan ayahnya dalam insiden ini. Hingga saat ini, sang ayah belum ditemukan dan masih termasuk dalam daftar 30 korban yang masih dalam pencarian.
Korban selamat lainnya, Bejo Santoso (52), menambahkan bahwa kapal sempat mengalami olengan beberapa kali sebelum akhirnya miring tajam. Hal ini menyebabkan kendaraan yang berada di geladak berguling dan memperparah situasi.
Data Kapal Masih dalam Kapasitas Normal
Berdasarkan data Kementerian Perhubungan, KMP Tunu Pratama Jaya diketahui membawa 53 penumpang dan 12 awak kapal, serta 22 kendaraan. Meski jumlah tersebut masih dalam batas izin muatan yaitu 67 orang dan 25 kendaraan, namun faktor cuaca menjadi penyebab utama kecelakaan.
Gelombang tinggi dan angin kencang diduga kuat membuat kapal tidak stabil hingga akhirnya tenggelam. Badan SAR Nasional (Basarnas) menyebutkan bahwa arus laut yang sangat deras turut mempersulit proses evakuasi dan pencarian korban.
Video yang dirilis oleh Basarnas memperlihatkan proses evakuasi jenazah korban yang dilakukan menggunakan perahu nelayan. Meskipun permukaan laut tampak tenang, arus bawah yang kuat menjadi tantangan tersendiri bagi tim penyelam.
Jumlah Korban Bertambah, Pemerintah Evaluasi Keselamatan Transportasi Laut
Hingga Kamis malam, Basarnas mencatat bahwa 29 orang berhasil diselamatkan dalam keadaan hidup, enam orang dinyatakan meninggal dunia, dan 30 orang lainnya masih dalam pencarian intensif.
Kepala Basarnas, Marsekal Madya TNI Kusworo, menyatakan bahwa pihaknya akan fokus melakukan penyisiran di area yang diperkirakan menjadi rute arus pembawa korban. Upaya ini dilakukan dengan mempertimbangkan pola sektor dan arah angin.
“Kami akan maksimalkan semua teknologi dan sumber daya yang dimiliki untuk menemukan korban secepat mungkin,” tandasnya.
Menko PMK Muhadjir Effendy menyampaikan duka cita yang mendalam kepada seluruh keluarga korban. Ia meminta agar Kementerian Perhubungan dan Basarnas melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem keselamatan transportasi laut di Indonesia.
“Ini adalah tragedi yang harus menjadi refleksi bersama. Keselamatan penumpang harus menjadi prioritas utama dalam setiap perjalanan laut,” kata Muhadjir.
Direktur Transportasi Sungai, Danau, dan Penyeberangan Kementerian Perhubungan, Haris Pratama, menegaskan bahwa pihaknya akan melakukan investigasi menyeluruh terkait penyebab kecelakaan. Hal ini termasuk pemeriksaan teknis terhadap kapal sebelum berlayar.
Tragedi Feri Bukan Pertama Kali Terjadi di Indonesia
Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan lebih dari 17.000 pulau, sangat bergantung pada moda transportasi laut, khususnya feri. Namun, kecelakaan laut seperti ini bukanlah hal baru.
Pada tahun 2023 lalu, sebuah feri kecil terbalik di dekat Pulau Sulawesi, menewaskan sedikitnya 15 orang. Insiden tersebut memicu kritik luas dari masyarakat atas rendahnya standar keselamatan dan minimnya pengawasan terhadap operator kapal.
Kecelakaan laut sering kali dipicu oleh faktor-faktor seperti kelalaian operator, kondisi kapal yang tidak layak, serta kurangnya perlengkapan keselamatan. Untuk itu, pemerintah diminta untuk lebih proaktif dalam memastikan keselamatan para penumpang.