James Gunn Berhasil Menyulam Harapan di Dunia Superhero Lewat Film Superman 2025 , Dari Keraguan hingga Pujian

Superman-Instagram-
James Gunn Berhasil Menyulam Harapan di Dunia Superhero Lewat Film Superman 2025 , Dari Keraguan hingga Pujian
Ketika pertama kali proyek film Superman versi James Gunn terungkap ke publik, reaksi dari para penggemar dan media sempat bercampur aduk. Banyak yang skeptis, bahkan pesimis, apakah film ini mampu mengulang kesuksesan dari Man of Steel (2013) atau bahkan menjadi fondasi kuat untuk dunia sinematik DC yang baru.
Saat aktor David Corenswet dipilih sebagai pemeran utama Superman, banyak kritikus internal menyatakan bahwa penampilannya kurang sesuai dengan bayangan mereka tentang karakter ikonik tersebut. Bahkan kostum Superman versi terbaru yang digunakan dalam film menuai kontroversi. Sebagian besar menilai desainnya terlalu "kuno", lebih mirip dengan kostum komik era lama ketimbang versi modern yang selama ini dikenal oleh penonton masa kini.
Namun, setelah film ini tayang dalam pemutaran perdana bagi kalangan pers dan undangan tertentu, pendapat berubah drastis. Kritikus yang sebelumnya meragukan justru mulai melontarkan pujian. Superman: Legacy , yang akan dirilis pada tahun 2025, bukan hanya menjadi pembuka resmi DC Universe (DCU), tetapi juga sebuah langkah berani untuk membangkitkan kembali jiwa superhero dengan nuansa cerah, humor ringan, dan semangat optimisme yang jarang hadir dalam film-film superhero akhir-akhir ini.
Tidak Lagi Membahas Asal-usul
Salah satu keputusan paling tepat yang diambil oleh James Gunn adalah tidak mengulang-ulang lagi kisah asal-usul Kal-El dari Krypton. Film ini langsung membawa penonton masuk ke tengah-tengah dunia yang sudah penuh dengan metahuman dan ancaman supernatural. Ini tentu saja memberikan napas segar karena tidak perlu lagi menjelaskan dasar-dasar karakter Superman kepada penonton yang sudah akrab dengan tokoh ini.
Alih-alih fokus pada masa lalu, Superman 2025 lebih menitikberatkan pada pergulatan identitas Clark Kent. Ia mencoba menyeimbangkan hidupnya sebagai jurnalis di Daily Planet dengan tanggung jawab moral sebagai Superman. Hal ini membuat film ini terasa lebih manusiawi meskipun dibalut dalam skala blockbuster.
Clark Kent digambarkan sebagai sosok yang hangat, rendah hati, namun tetap percaya diri. Performa David Corenswet mendapatkan apresiasi tinggi dari para kritikus. Ia berhasil membawa kembali esensi karakter Superman yang orisinal—santun, penuh harapan, dan penuh keyakinan pada kebaikan manusia.
Chemistry yang Menggelegar antara Superman dan Lois Lane
Salah satu elemen paling menarik dalam film ini adalah chemistry antara David Corenswet dan Rachel Brosnahan sebagai Lois Lane. Interaksi mereka dinilai sangat alami, penuh energi, dan romantis tanpa terkesan dipaksakan. Ada momen-momen dialog yang begitu mengena, seperti saat Lois berkata bahwa ia dulunya adalah seorang “punk rock cynical”, lalu Clark dengan polos menjawab, “mungkin (percaya pada kebaikan) itu adalah punk rock?”
Dialog seperti inilah yang menjadi inti dari jiwa Superman. Jawaban sederhana namun mendalam itu membuktikan bahwa James Gunn benar-benar memahami karakter ini secara mendalam.
Seorang kritikus menyebut hubungan keduanya sebagai “listrik yang meledak setiap kali mereka berbagi layar.” Dan memang, chemistry antara Superman dan Lois Lane menjadi salah satu jantung emosional dari film ini.
Dunia Baru yang Lebih Luas
Sebagai film pembuka DCU, Superman 2025 memperkenalkan banyak karakter baru sekaligus. Di antaranya adalah Guy Gardner/Green Lantern (diperankan oleh Nathan Fillion), yang tampil sebagai karakter egois dan sedikit kasar, tetapi tetap karismatik. Lalu ada Hawkgirl (Isabela Merced), yang digambarkan sebagai pejuang tangguh dengan latar belakang misterius, serta Mr. Terrific (Edi Gathegi), seorang ilmuwan genius yang menunjukkan kepribadian jenaka dan elegan.
Meskipun kehadiran banyak karakter ini memberikan gambaran awal yang kuat tentang dunia superhero yang lebih luas, beberapa kritikus menyebut bahwa film ini terasa terlalu padat dan kadang mengalihkan fokus dari cerita inti. Namun, secara keseluruhan, strategi ini dianggap cerdas untuk membangun fondasi multiverse DC yang baru.
Villain yang Unik dan Memorable
Di sisi antagonis, Nicholas Hoult tampil mengejutkan sebagai Lex Luthor. Berbeda dari versi-vensi sebelumnya, Hoult menggambarkan Lex sebagai seorang teknologi jenius dengan sifat man-baby—egois, ambisius, dan obsesif. Motivasi politik dan rasa iri terhadap kekuatan Superman disajikan dengan cara yang lebih kompleks dan realistis.
Lex bukan lagi sekadar villain yang ingin menguasai dunia; ia adalah simbol dari ketakutan manusia terhadap kekuatan yang tak bisa dikendalikan. Permainan psikologis antara Superman dan Lex menjadi salah satu konflik yang sangat menarik untuk ditonton.