Apa Arti Permen Rubah? Teka-Teki MPLS 2025 yang Bikin Heboh Media Sosial dan Jadi Viral di Kalangan Pelajar!

makanan-pixabay-
Apa Arti Permen Rubah? Teka-Teki MPLS 2025 yang Bikin Heboh Media Sosial dan Jadi Viral di Kalangan Pelajar!
Belakangan ini, jagat media sosial kembali diramaikan oleh fenomena unik dari kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) tahun 2025. Kali ini, sebuah teka-teki sederhana namun penuh makna berhasil mencuri perhatian netizen. Pertanyaannya terdengar simpel: "Permen rubah artinya apa?" Namun jawaban yang muncul ternyata tidak semudah kelihatannya.
Teka-teki ini awalnya muncul dalam sebuah video yang diunggah akun Instagram @snackita.indonesia, sebuah akun yang dikenal sering membagikan konten seputar camilan dan gaya hidup remaja. Dalam video tersebut, terlihat sekelompok siswa sedang berada di toko swalayan, dengan daftar belanjaan aneh di tangan mereka. Suasana riuh rendah terdengar saat mereka mulai membaca list belanja itu, lengkap dengan ekspresi penasaran dan geli.
Awal Mula Teka-Teki Permen Rubah
Salah satu adegan yang menarik perhatian adalah ketika seorang siswa bertanya kepada petugas toko dengan nada serius: "Kak, ada ngga biscuit harimau malaya?" Adegan ini sontak membuat banyak orang tertawa karena jelas bukan pertanyaan biasa. Ini adalah bagian dari tantangan atau tugas yang diberikan selama MPLS, yaitu membeli barang-barang dengan nama yang dimodifikasi menjadi teka-teki lucu.
Dan di antara sekian banyak teka-teki tersebut, salah satu yang paling viral adalah "Permen rubah." Di luar dugaan, jawabannya bukanlah jenis permen eksotis atau nama hewan, melainkan permainan kata yang mengundang senyum: Fox — berasal dari kata "rubah" yang dalam bahasa Inggris adalah fox , sehingga jawabannya adalah "permen Fox."
Fenomena Baru di Tengah Tradisi Lama MPLS
Sejak kemunculannya, teka-teki ini langsung menjadi pembicaraan panas di kalangan pelajar dan netizen. Banyak pengguna TikTok dan Instagram ikut membagikan versi mereka sendiri dari teka-teki serupa. Kolom komentar unggahan Snackita pun berubah menjadi semacam forum diskusi ringan, tempat para netizen saling memberikan jawaban-jawaban kreatif.
Contohnya saja teka-teki seperti "minuman tertinggi" yang dijawab dengan "teh pucuk," atau "kue orang kaya" yang dengan cepat direspons sebagai "kue lapis emas." Ada juga "snack cinta tanah air" yang mendapat jawaban "kacang Garuda" — tentu saja merujuk pada merek Garuda yang identik dengan citra nasionalisme.
Jawaban Kocak yang Malah Jadi Viral
Selain jawaban yang logis dan cerdas, tak sedikit pula komentar-komentar lucu yang bikin netizen geleng-geleng kepala. Misalnya, ketika ditanya "batu bata Italy," netizen @nurlinaseifi menjawab dengan percaya diri: "Wafer Tango!" Alasannya? Karena Tango adalah merek wafer asal Italia. Jawaban ini sukses membuat banyak orang tertawa dan dibagikan ulang berkali-kali.
Ada juga pertanyaan "snack bola-bola bebek" yang dijawab dengan "Chiki bebek-bebekan," atau yang lebih kocak lagi, "makanan ibu hamil" yang dijawab dengan "Indomie rasa ayam spesial, soalnya ayamnya lagi hamil." Meskipun absurd, jawaban-jawaban ini menunjukkan betapa kreatifnya generasi muda saat ini dalam menyikapi tugas-tugas lucu dari sekolah.
MPLS 2025: Lebih Santai dan Penuh Inovasi
Jika dulu MPLS identik dengan suasana formal, upacara panjang, dan materi-materi orientasi yang kurang interaktif, tahun ini nuansa acara tampak lebih santai dan inovatif. Melalui teka-teki belanja ini, para guru dan panitia tampak ingin menciptakan suasana yang tidak hanya informatif, tetapi juga menyenangkan dan bisa membangun keakraban antar siswa baru.
Selain itu, aktivitas ini secara tidak langsung melatih daya pikir siswa untuk berpikir out-of-the-box dan memahami pentingnya kreativitas serta kerja sama tim. Bahkan, beberapa sekolah mulai mengintegrasikan elemen digital dan media sosial dalam pelaksanaan MPLS, sehingga siswa bisa lebih mudah berbagi pengalaman dan mengekspresikan diri.
Edukasi Berbalut Hiburan
Yang menarik, meskipun terkesan hanya sebagai tantangan lucu-lucuan, teka-teki ini ternyata memiliki nilai edukasi tersendiri. Selain melatih kemampuan berpikir lateral dan logika, siswa juga diajarkan tentang bahasa Indonesia yang kaya akan permainan kata, idiomatik, dan makna konotatif.
Misalnya, kata "rubah" bisa berarti binatang mamalia, tetapi juga bisa bermakna "ubah" dalam konteks lain. Hal ini memperkaya pemahaman siswa tentang penggunaan kata dalam konteks yang berbeda, sekaligus meningkatkan daya nalar mereka.