Mantan Marinir TNI AL Menyesal Jadi Tentara Bayaran di Rusia, Minta Pulang ke Indonesia: Saya Hanya Ingin Cari Nafkah

Satria--
Mantan Marinir TNI AL Menyesal Jadi Tentara Bayaran di Rusia, Minta Pulang ke Indonesia: Saya Hanya Ingin Cari Nafkah
Dalam sebuah pengakuan yang menyentuh hati, Satria Arta Kumbara, mantan prajurit Korps Marinir TNI Angkatan Laut, secara terbuka menyampaikan penyesalan mendalam atas keputusannya bergabung sebagai tentara bayaran di bawah komando militer Rusia. Melalui video yang beredar luas di media sosial TikTok akun @zstrom689, pria yang dulu mengabdikan dirinya untuk negara kini tampil dengan wajah penuh kerinduan, memohon izin kepada pemerintah Indonesia untuk bisa kembali ke Tanah Air.
Video tersebut direkam dari lokasi yang diduga berada di wilayah konflik Eropa Timur, dengan latar belakang suara kendaraan militer dan suasana serba waspada. Dengan suara gemetar namun penuh ketulusan, Satria menyampaikan permohonan maaf secara langsung kepada Presiden Republik Indonesia dan seluruh rakyat Indonesia.
"Saya ingin memohon maaf sebesar-besarnya," ucapnya sambil menunduk. "Apabila ketidaktahuan saya dalam menandatangani kontrak dengan Kementerian Pertahanan Rusia mengakibatkan hilangnya status kewarganegaraan saya, saya benar-benar menyesal."
Keinginan Hanya Mencari Nafkah
Dalam pernyataannya, Satria menegaskan bahwa niat awalnya bukan untuk mengkhianati negara, melainkan semata-mata untuk mencari penghidupan yang lebih layak. Ia menjelaskan bahwa setelah pensiun dari dinas kemiliteran, ia menghadapi kesulitan ekonomi yang cukup berat. Tawaran pekerjaan sebagai petugas keamanan bersenjata di Rusia datang bagai cahaya di tengah gelap—meski kemudian ia baru sadar bahwa pekerjaan itu justru membawanya terlibat langsung dalam operasi militer.
"Saya tidak pernah berniat mengkhianati Indonesia. Saya hanya ingin bekerja, mencari nafkah untuk keluarga saya. Saya pikir ini adalah misi keamanan biasa, tapi ternyata saya terlibat dalam konflik bersenjata. Sekarang saya menyesal, dan satu-satunya harapan saya adalah bisa pulang," katanya dengan mata berkaca-kaca.
Pernyataan Satria menjadi sorotan publik karena menyingkap realitas pahit yang dialami oleh sebagian eks anggota TNI atau Polri yang kesulitan mencari pekerjaan pasca-pensiun. Di tengah minimnya program re-integrasi sosial-ekonomi bagi mantan prajurit, beberapa di antaranya tergoda oleh tawaran kerja dari negara asing—termasuk sebagai tentara bayaran—dengan bayaran tinggi.
Status Kewarganegaraan Hilang Secara Otomatis
Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan, Warga Negara Indonesia (WNI) yang secara sukarela bergabung dengan militer asing tanpa izin presiden akan kehilangan kewarganegaraan secara otomatis. Kementerian Hukum dan HAM telah mengonfirmasi bahwa status kewarganegaraan Satria Arta Kumbara resmi dicabut karena pelanggaran hukum tersebut.
“Berdasarkan data yang kami miliki, yang bersangkutan telah menandatangani kontrak dengan Kementerian Pertahanan Rusia tanpa persetujuan dari pemerintah Indonesia. Sesuai Pasal 23 UU No. 12/2006, maka secara otomatis kewarganegaraannya gugur,” terang juru bicara Ditjen Imigrasi Kemenkumham dalam keterangan tertulis.
Keputusan ini membuat Satria kini berada dalam posisi yang sangat rentan—tidak lagi dilindungi oleh negara asalnya, tetapi juga belum tentu sepenuhnya diterima oleh pihak yang mempekerjakannya.
Permohonan untuk Dipulangkan
Dalam video yang telah ditonton lebih dari 2 juta kali itu, Satria memohon agar pemerintah Indonesia dapat memberikan keringanan dan membantunya mengakhiri kontrak paksa yang kini mengikatnya. Ia mengaku merasa terjebak, karena meskipun ingin mundur, prosedur militer Rusia tidak memungkinkan pengunduran diri sepihak.
"Mohon kebesaran hati Bapak untuk membantu mengakhiri kontrak saya tersebut, dan dikembalikan hak kewarganegaraan saya untuk kembali ke Indonesia," pinta Satria. "Saya hanya ingin bertemu keluarga, melihat anak-anak saya, dan menjalani sisa hidup saya sebagai warga negara yang taat."
Permohonan ini pun mulai memicu gelombang simpati di media sosial. Banyak netizen yang menanggapi dengan dukungan, meminta pemerintah untuk meninjau kembali kasus ini dengan pertimbangan kemanusiaan.
Respons Publik dan Dorongan untuk Solusi Humanis
Tagar #PulangkanSatria sempat menjadi trending di Twitter dan Instagram dalam hitungan jam setelah video tersebut viral. Sejumlah tokoh masyarakat, aktivis HAM, hingga mantan perwira TNI turut angkat suara, menyerukan agar pemerintah tidak hanya melihat sisi hukum, tetapi juga aspek kemanusiaan dan latar belakang sosial Satria.
"Saat kita menegakkan hukum, kita juga harus ingat bahwa di balik setiap pelanggaran, ada cerita manusia yang kompleks," tulis akun @HakAsasiID, sebuah organisasi advokasi HAM. "Tidak semua orang yang salah melakukan itu karena niat jahat, tapi karena tekanan ekonomi dan sistem yang kurang melindungi mereka yang pernah berbakti."
Beberapa anggota DPR juga mulai membahas kemungkinan intervensi diplomatik. “Kita harus lihat konteksnya. Ini mantan prajurit yang dulu mengabdi pada negara. Jika dia menyesal dan ingin pulang, kenapa kita tidak memberinya kesempatan untuk bertobat dan kembali ke pangkuan bangsa?” ujar anggota Komisi I DPR RI yang membidangi pertahanan, dalam wawancara singkat.
Harapan untuk Rehabilitasi dan Reintegrasi
Kasus Satria Arta Kumbara membuka diskusi penting tentang nasib eks prajurit TNI setelah masa dinas berakhir. Banyak yang menyoroti minimnya program rehabilitasi, pelatihan keterampilan, atau jaminan ekonomi bagi para mantan tentara yang pensiun dini atau tidak memiliki latar belakang pendidikan tinggi.
"Negara harus hadir lebih nyata bagi mereka yang pernah mengorbankan jiwa dan waktu untuk keamanan NKRI," kata Dr. Rizal Pangestu, pakar kebijakan sosial dari Universitas Gadjah Mada. "Jika tidak, kita akan terus melihat kasus seperti ini terulang—orang-orang yang terpaksa mengambil risiko besar demi sesuap nasi."
Baca juga: Papih AW Dikabarkan Meninggal Dunia, Netizen Heboh – Ternyata Kabar Itu Hanya Hoaks!