Lansia 82 Tahun di Pasangkayu Terpaksa Datangi Kantor Kelurahan Ambil Bansos, Viral dan Tuai Empati Warganet

Lansia 82 Tahun di Pasangkayu Terpaksa Datangi Kantor Kelurahan Ambil Bansos, Viral dan Tuai Empati Warganet

Lansia-Instagram-

Lansia 82 Tahun di Pasangkayu Terpaksa Datangi Kantor Kelurahan Ambil Bansos, Viral dan Tuai Empati Warganet

Sebuah kisah menyentuh hati masyarakat Indonesia terjadi di Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat, saat seorang lansia berusia 82 tahun harus memaksakan diri datang ke kantor kelurahan untuk mengambil bantuan sosial (bansos). Kondisi fisiknya yang lemah dan kesulitan berjalan membuat aksi ini menjadi sorotan publik, terlebih karena penerima bansos tersebut tidak diperbolehkan diwakilkan oleh keluarga atau pihak lain.



Kejadian ini viral di media sosial setelah sejumlah warga dan relawan membagikan rekaman video serta foto dari momen haru tersebut. Dalam video yang menyebar luas di platform seperti TikTok, Instagram, dan Twitter, tampak Arnol—demikian nama lansia tersebut—dibopong perlahan oleh seorang anggota TNI berseragam lengkap, sementara warga sekitar membantu mendampinginya menuju ruang pelayanan di Kantor Kelurahan Pasangkayu.

Arnol datang pada Sabtu, 19 Juli 2025, untuk menerima bantuan beras dari program pemerintah yang ditujukan bagi masyarakat prasejahtera. Meski tubuhnya renta dan langkahnya terpincang-pincang, semangatnya tak surut untuk memenuhi prosedur administrasi yang diwajibkan. "Saya datang sendiri karena memang harus datang langsung. Tidak bisa diwakili," ucap Arnol dengan suara pelan namun tegas, didampingi oleh beberapa tetangganya yang merasa prihatin.

Birokrasi Ketat Dinilai Tak Ramah Lansia
Kebijakan yang mengharuskan penerima bansos hadir secara langsung tanpa perwakilan menuai banyak kritik dari netizen. Banyak yang menilai bahwa prosedur tersebut terlalu kaku dan tidak mempertimbangkan kondisi khusus, terutama bagi lansia atau penyandang disabilitas yang secara fisik tidak mampu melakukan perjalanan jauh.



"Kalau orang sudah tua dan sakit-sakitan begini, kenapa petugasnya nggak bisa turun ke rumah? Ini namanya birokrasi yang tidak manusiawi," komentar @fie***, salah satu pengguna media sosial yang ikut berkomentar di unggahan viral tersebut.

Tak sedikit warganet yang merasa miris melihat kondisi Arnol. Di usianya yang senja, alih-alih menikmati masa tua dengan tenang, ia masih harus berjuang melewati prosedur yang dinilai tidak empatik. “Ini bukan soal malas atau tidak mau bantu, tapi ini soal kebijakan yang harus lebih inklusif. Lansia butuh perlakuan khusus, bukan dipersulit,” tulis @riz***.

Beberapa akun lain bahkan membandingkan kondisi ini dengan program bansos di daerah lain yang telah menerapkan sistem penyaluran door-to-door, terutama bagi penerima manfaat yang berusia lanjut atau memiliki keterbatasan mobilitas. “Di tempat lain bisa, kenapa di Pasangkayu nggak? Apa susahnya petugas datang ke rumah?” ungkap @rum*** dengan nada kecewa.

Respons Warga dan Harapan Perbaikan Sistem
Kehadiran Arnol di kantor kelurahan bukan hanya soal beras, tetapi juga simbol dari ketimpangan dalam layanan publik. Ia menjadi wajah dari ratusan, bahkan ribuan lansia di pelosok negeri yang kerap terabaikan dalam struktur birokrasi yang kaku dan tidak responsif.

Namun, di tengah keprihatinan, ada juga sisi humanis yang mencuat. Keberadaan anggota TNI yang dengan sigap membopong Arnol hingga ke ruangan pelayanan menjadi gambaran nyata bahwa masih ada pegawai negara yang peduli dan siap memberi bantuan secara langsung. Aksi tersebut pun mendapat apresiasi dari warganet. “Setidaknya masih ada yang peduli. Salut sama bapak TNI-nya,” komentar salah satu netizen.

Dalam wawancara singkat dengan awak media lokal, Lurah Pasangkayu belum memberikan klarifikasi resmi terkait aturan kehadiran langsung penerima bansos. Namun, sejumlah staf administrasi menjelaskan bahwa prosedur verifikasi identitas dilakukan secara ketat untuk mencegah penyelewengan dan duplikasi data penerima.

“Memang ada aturannya bahwa penerima harus hadir langsung untuk verifikasi sidik jari dan KTP. Tapi kami sadar ini sulit bagi lansia. Kami akan koordinasi dengan Dinas Sosial untuk evaluasi ke depan,” ujar salah satu petugas yang enggan disebutkan namanya.

Perlunya Sistem Bansos yang Lebih Inklusif
Insiden ini kembali mengingatkan pentingnya reformasi dalam sistem distribusi bantuan sosial. Selain transparansi dan akuntabilitas, aspek kemanusiaan dan kemudahan akses harus menjadi prioritas utama, terutama bagi kelompok rentan seperti lansia, difabel, dan masyarakat terdampak bencana.

Organisasi sosial dan aktivis HAM di Sulawesi Barat telah mulai menggalang diskusi dengan pemerintah daerah untuk mendorong adopsi skema bansos yang lebih ramah lansia. Salah satunya adalah sistem kunjungan rumah oleh petugas terlatih yang dapat melakukan verifikasi langsung di lokasi tinggal penerima.

“Kami ingin bansos bukan hanya sampai, tapi juga diberikan dengan martabat. Lansia seperti Pak Arnol layak dihormati, bukan dipaksa berjuang demi segenggam beras,” ujar Rina Fitriani, pegiat sosial dari Komunitas Peduli Lansia Pasangkayu.

Baca juga: NO SENSOR! Video Sejoli di Pakansari 2 Menit 31 Detik di Videy, Benarkah Hanya Settingan? Begini Fakta Terbarunya!

TAG:
Sumber:


Berita Lainnya