Viral di Grobogan: Bendera One Piece Dikibarkan di Samping Merah Putih Jelang HUT RI ke-80, Netizen Terbelah

One Piece-Instagram-
Viral di Grobogan: Bendera One Piece Dikibarkan di Samping Merah Putih Jelang HUT RI ke-80, Netizen Terbelah
Grobogan, 10 Agustus 2025 – Menjelang perayaan Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, sebuah fenomena unik dan kontroversial mencuri perhatian publik. Di sebuah desa di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, sejumlah warga justru menghiasi rumah mereka tidak hanya dengan bendera Merah Putih, tetapi juga dengan bendera ikonik dari dunia anime: bendera bajak laut One Piece.
Bendera hitam dengan simbol tengkorak berkopiah jerami—yang dikenal sebagai bendera kru bajak laut Mugiwara pimpinan Monkey D. Luffy—dipasang di samping tiang bendera Merah Putih. Aksi ini sontak menjadi viral setelah video yang memperlihatkan pemandangan tak biasa tersebut diunggah oleh akun Instagram @zonagrobogan, memicu perdebatan luas di media sosial.
Viral di Media Sosial: Antara Guyonan dan Kritik Sosial
Video berdurasi singkat itu menunjukkan deretan rumah di sebuah kampung yang telah menghiasi halamannya dengan rangkaian bendera merah putih sebagai bentuk semangat kemerdekaan. Namun, yang membuatnya mencuri perhatian adalah keberadaan bendera One Piece yang dikibarkan di samping atau bahkan di bawah bendera kebangsaan Indonesia.
Unggahan tersebut disertai caption yang terkesan heran: "Trend apa lagi ini?" Kalimat itu seolah menjadi cerminan dari kebingungan sebagian masyarakat terhadap tren yang tiba-tiba muncul menjelang 17 Agustus.
Reaksi netizen pun beragam. Ada yang langsung menanggapi dengan canda khas komunitas penggemar anime. "Akhirnya rakyat sadar, satu-satunya yang bisa lawan sistem adalah kru bajak laut!" tulis seorang netizen, merujuk pada narasi perlawanan terhadap tirani dalam serial One Piece.
Tak sedikit pula yang melihat ini sebagai bentuk sindiran sosial. "Ini simbol perlawanan terhadap Konoha, maksudnya pemerintah yang korup," canda satu akun, menyisipkan referensi dari anime Naruto untuk menyindir kondisi politik nasional.
Di sisi lain, muncul pula seruan yang lebih serius. "YOK VIRALKAN DAN LAKUKAN SERENTAK! 17 Agustus nanti, seluruh Indonesia kibarkan bendera bajak laut!" ajak salah satu komentar yang kemudian menjadi viral dan dibanjiri reaksi dari berbagai kalangan.
Ekspresi Budaya Pop atau Pelecehan Simbol Negara?
Fenomena pengibaran bendera One Piece berdampingan dengan Merah Putih memicu perdebatan lebih dalam tentang batas antara ekspresi kreatif dan penghormatan terhadap simbol negara.
Di satu sisi, bagi sebagian kalangan muda, ini adalah bentuk ekspresi budaya pop yang wajar. Bagi mereka, One Piece bukan sekadar anime, melainkan simbol perjuangan, keadilan, dan kebebasan. Mengibarkan bendera bajak laut bisa dimaknai sebagai aspirasi untuk kehidupan yang lebih adil dan setara—nilai yang juga diperjuangkan oleh para pahlawan kemerdekaan.
Namun, di sisi lain, banyak yang merasa resah. Bagi mereka, Merah Putih bukan sekadar bendera, melainkan lambang sakral yang dibasuh dengan darah dan perjuangan para pahlawan. Menempatkannya sejajar dengan bendera fiksi, apalagi bendera bajak laut, dianggap sebagai bentuk ketidakpatutan dan potensi pelecehan simbol nasional.
Aturan Hukum: Apakah Ini Melanggar UU?
Pertanyaan besar yang muncul: apakah aksi ini melanggar hukum?
Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan, bendera Merah Putih harus dikibarkan secara hormat dan tidak boleh ditempatkan sejajar atau di bawah bendera lain, kecuali dalam acara resmi kenegaraan bersama bendera negara sahabat.
Pasal 24 ayat (2) UU tersebut menyebutkan bahwa "Bendera Negara tidak boleh dikibarkan bersama-sama dengan bendera lain yang ditempatkan pada kedudukan yang lebih tinggi atau setingkat, kecuali dalam upacara resmi kenegaraan."
Meskipun bendera One Piece bukan bendera negara, pengibarannya di samping Merah Putih—terlebih jika posisinya setara atau lebih tinggi—bisa ditafsirkan sebagai pelanggaran terhadap martabat simbol negara, terutama jika dilakukan secara sengaja dan massal.
Hingga kini, belum ada tindakan resmi dari aparat keamanan atau pemerintah daerah terhadap warga yang melakukan aksi ini. Namun, beberapa pihak mulai menyerukan agar pemerintah turun tangan, bukan dengan pendekatan represif, melainkan edukatif.
Ajakan Diskusi, Bukan Penangkapan
Banyak netizen yang menekankan pentingnya dialog, bukan penindakan. "Jangan langsung ditangkap. Ajak ngobrol, tanya alasannya. Jangan-jangan mereka lebih peduli keadilan daripada yang duduk di DPR," tulis seorang netizen dengan nada kritis namun tetap mengedepankan empati.
Pendekatan edukatif dinilai lebih tepat, terutama mengingat mayoritas pelaku tren ini adalah generasi muda yang tumbuh di tengah arus globalisasi dan budaya digital. Mereka mungkin tidak bermaksud melecehkan, melainkan mencari cara baru untuk mengekspresikan semangat kemerdekaan dengan bahasa yang mereka pahami: budaya pop.
Simbolisme di Balik Tren: Apa yang Sebenarnya Dicari?
Lalu, apa sebenarnya yang ingin disampaikan lewat bendera bajak laut ini?