Megawati Kembali Pegang Kendali: PDIP Tanpa Sekjen Tetap, Hasto Kristiyanto Absen di Struktur Baru 2025–2030

Megawati Kembali Pegang Kendali: PDIP Tanpa Sekjen Tetap, Hasto Kristiyanto Absen di Struktur Baru 2025–2030

Megawati-Instagram-

Megawati Kembali Pegang Kendali: PDIP Tanpa Sekjen Tetap, Hasto Kristiyanto Absen di Struktur Baru 2025–2030

Bali, 2 Agustus 2025 – Momen Kongres VI Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) menyisakan tanda tanya besar di benak publik politik Tanah Air. Bukan hanya karena konsolidasi kekuatan partai besar ini digelar dengan nuansa khas nasionalis dan semangat kebangsaan yang kental, tetapi juga karena keputusan mengejutkan yang diambil oleh Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri.



Dalam pengumuman resmi struktur Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP periode 2025–2030, nama Hasto Kristiyanto, sosok yang selama lebih dari satu dekade menjadi wajah sekretariat partai, tidak lagi tercantum. Lebih mencengangkan, jabatan Sekretaris Jenderal (Sekjen), yang selama ini menjadi salah satu pilar penting dalam mesin organisasi PDIP, dibiarkan kosong—dengan Megawati Soekarnoputri secara resmi mengambil alih sementara posisi tersebut.

Keputusan ini memicu spekulasi luas di kalangan pengamat politik, internal partai, hingga masyarakat umum. Apakah ini tanda pergeseran besar dalam tata kelola partai? Atau justru langkah strategis sementara dalam masa transisi yang penuh dinamika?

Megawati Ambil Alih Sementara: "Belum Saatnya Menunjuk Sekjen"
Dalam konferensi pers usai kongres, Komarudin Watubun, Ketua Steering Committee Kongres PDIP, menjelaskan bahwa keputusan untuk tidak menunjuk Sekjen definitif saat ini sepenuhnya merupakan kewenangan Megawati. “Sekretaris jenderal belum diputuskan oleh Ibu. Jadi Ibu masih merangkap,” ujar Komarudin dengan nada tenang, namun penuh makna.



Ia menekankan bahwa Megawati memiliki pertimbangan khusus terkait waktu dan momentum dalam menentukan siapa yang akan mengisi posisi strategis tersebut. “Saya kira Ibu akan punya pertimbangan waktu di mana dia akan memutuskan,” lanjutnya, menegaskan bahwa keputusan ini bukan kegagalan, melainkan bagian dari proses dinamis kepemimpinan partai.

Pernyataan Komarudin membuka ruang interpretasi: apakah Megawati akan terus merangkap jabatan selama lima tahun ke depan, atau hanya bersifat sementara hingga figur yang tepat muncul? Hingga kini, belum ada kejelasan resmi dari DPP PDIP.

Hasto Kristiyanto Tak Masuk Struktur: Apa yang Terjadi?
Ketidakhadiran Hasto Kristiyanto dalam daftar pengurus baru PDIP menjadi sorotan utama. Sebagai Sekjen sejak 2010-an, Hasto dikenal sebagai arsitek organisasi yang disiplin, tegas, dan sangat loyal terhadap Megawati. Ia menjadi motor utama dalam mengawal konsolidasi struktur partai dari tingkat pusat hingga ranting.

Namun, dalam kongres kali ini, Hasto justru tidak terlihat hadir saat pelantikan pengurus. Ketua DPP PDIP, Ribka Tjiptaning, memberikan penjelasan yang cukup mengejutkan. Menurutnya, Hasto baru tiba di lokasi setelah seluruh pengurus resmi dilantik. “Itu juga kan, baru datang. Pas kita sudah dilantik, baru datang. Mungkin kalau sebelum dilantik ya itu lain lagi persoalannya,” ujar Ribka.

Ia menambahkan bahwa ketidakhadiran Hasto pada momen krusial tersebut membuatnya tidak bisa langsung dimasukkan ke dalam struktur yang telah disahkan. “Karena kita sudah dilantik, Hasto baru datang, ya nanti mungkin ada pelantikan di DPP, entah apa kan,” imbuhnya.

Namun, Ribka menegaskan bahwa struktur DPP tidak akan diserahkan ke Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) dalam kondisi tidak lengkap. “Enggak, bisanya sudah dilengkapi ya. Kan nggak mungkin kasih ke Kumham belum ada Sekjen. Enggak adalah (Ibu rangkap jabatan sampai 5 tahun), mungkin juga kan ada aturan di Kumham, kan mesti harus strukturnya harus,” tegasnya.

Isu Amnesti dan Masa Lalu Hasto: Faktor yang Tak Bisa Diabaikan
Meski tidak disebut secara eksplisit dalam kongres, bayang-bayang status hukum Hasto Kristiyanto masih membayangi. Sebelumnya, Hasto pernah tersandung kasus hukum terkait dugaan korupsi yang membuatnya menjalani masa hukuman. Meski telah menjalani hukuman dan diberikan amnesti, isu ini tetap menjadi bahan pertimbangan internal partai.

Komarudin Watubun pun membuka kemungkinan bahwa Hasto bisa kembali ke struktur partai di masa depan. “Hanya Ibu yang tahu apakah ada kemungkinan Hasto kembali ke struktur partai,” ujarnya, menunjukkan bahwa keputusan akhir sepenuhnya berada di tangan Megawati.

Ini menunjukkan bahwa PDIP masih membuka pintu bagi Hasto, namun dengan catatan: semua tergantung pada pertimbangan politik, waktu, dan situasi yang dianggap tepat oleh sang ketua umum.

Megawati Kembali ke Pusat: Simbol Kepemimpinan yang Tak Tergantikan
Langkah Megawati merangkap jabatan Sekjen, meski sementara, bukan tanpa preseden. Pada masa-masa krusial sebelumnya, ia pernah mengambil alih langsung kendali organisasi saat dibutuhkan. Keputusan kali ini bisa dilihat sebagai bentuk konsolidasi kekuasaan di tengah transisi politik yang tidak menentu.

Di usianya yang telah memasuki 77 tahun, Megawati justru menunjukkan bahwa ia masih menjadi poros utama PDIP. Kehadirannya di setiap sesi kongres, ketegasannya dalam menyampaikan arahan, dan keputusannya yang tak terduga, semuanya menegaskan bahwa PDIP masih sangat bergantung pada figur sentral ini.

Bagi banyak kader, ini adalah sinyal bahwa partai sedang memasuki fase evaluasi besar—bukan hanya terhadap figur, tetapi juga terhadap sistem kepemimpinan dan mekanisme internal yang selama ini berjalan.

Apa yang Akan Terjadi Selanjutnya?
Dengan tidak adanya Sekjen definitif, pertanyaan besar muncul: siapa yang akan menjalankan roda administrasi partai sehari-hari? Apakah Megawati akan dibantu oleh tim sekretariat khusus, atau akan ada wakil sekjen yang diberi kewenangan penuh?

Para pengamat mulai berspekulasi bahwa PDIP mungkin sedang mempersiapkan generasi baru untuk mengisi posisi strategis. Nama-nama seperti Eriko Sotarduga, Utut Adianto, atau bahkan kader muda seperti Putra Nababan mulai disebut-sebut sebagai calon potensial.

Namun, tanpa pengumuman resmi dari DPP, semua tetap berada dalam ranah spekulasi.

TAG:
Sumber:


Berita Lainnya