Nafa Arshana Istri TNI yang Menghina Prada Lucky Chepril Saputra Namo, Kini Minta Maaf Ngaku Menyesal!

Nafa-Instagram-
Nafa Arshana Istri TNI yang Menghina Prada Lucky Chepril Saputra Namo, Kini Minta Maaf Ngaku Menyesal!
Istri TNI Nafa Arshana Minta Maaf Publik Usai Hina Almarhum Prada Lucky: Saya Menyesal dan Siap Tanggung Jawab
Kasus dugaan penganiayaan yang menewaskan Prada Lucky Chepril Saputra Namo, prajurit TNI AD yang gugur akibat kekerasan senior di asrama militer, terus memantik sorotan publik. Kini, kasus tersebut kembali memanas setelah muncul komentar kontroversial dari seorang istri anggota TNI, Nafa Arshana, yang dinilai menghina almarhum secara moral dan pribadi. Namun, dalam perkembangan terbaru, Nafa Arshana tampil secara terbuka untuk menyampaikan permintaan maaf secara langsung, sambil menangis dan didampingi sang suami.
Aksi permintaan maaf tersebut dilakukan dalam sebuah video yang kemudian viral di media sosial, khususnya di platform TikTok melalui akun @ghost.hunters221. Dalam rekaman tersebut, Nafa terlihat mengenakan seragam Persit Kartika Chandra Kirana, organisasi istri prajurit TNI-AD, dengan wajah penuh penyesalan. Suaranya terbata-bata, matanya berkaca-kaca, menunjukkan beban emosional yang cukup berat akibat kontroversi yang ia timbulkan.
“Kami memohon maaf yang sebesar-besarnya atas komentar yang kami sampaikan di media sosial terkait meninggalnya Prada Lucky Chepril Saputra Namo,” ujar Nafa dengan suara bergetar. “Saya menyadari bahwa tindakan saya tidak pantas dan telah menyinggung banyak pihak, terutama keluarga almarhum.”
Permintaan Maaf Disampaikan Secara Emosional
Permintaan maaf Nafa Arshana bukan hanya ditujukan kepada keluarga Prada Lucky, tetapi juga kepada institusi TNI dan seluruh masyarakat Indonesia. Ia mengakui bahwa komentarnya di Facebook yang menyebut almarhum memiliki “orientasi seksual menyimpang” dan “tidak bermoral” adalah tindakan yang keliru dan tidak berdasar.
“Saya menyesal telah menyebarkan pernyataan yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya dan justru menambah luka bagi keluarga yang sedang berduka,” lanjutnya. “Saya tidak memiliki hak untuk menghakimi seseorang yang sudah tiada, apalagi dengan tuduhan yang bisa mencoreng nama baiknya.”
Dalam video tersebut, Nafa juga secara khusus meminta maaf kepada Serma Christian Namo, ayah dari Prada Lucky, yang sebelumnya terlihat sangat emosional dan marah atas komentar tersebut. “Saya mohon maaf yang tulus kepada Bapak Serma Christian Namo dan seluruh keluarga besar almarhum. Saya menyadari bahwa komentar saya sangat melukai perasaan Bapak dan Ibu. Saya tidak bermaksud menyakiti, tapi saya tahu bahwa akibatnya tetap sama—sakit,” ucapnya sambil menangis.
Imbauan untuk Anggota Persit: Jangan Jadi Contoh Buruk
Lebih jauh, Nafa Arshana menggunakan momen ini sebagai pelajaran bagi sesama anggota Persit. Ia secara tegas mengimbau agar para istri prajurit tidak meniru tindakannya, yang dinilai bisa merusak citra organisasi dan memperkeruh suasana.
“Saya harap ini bisa menjadi pelajaran bagi saya pribadi dan juga bagi ibu-ibu Persit lainnya. Tidak boleh ada lagi yang menyebar komentar negatif di media sosial, apalagi yang bersifat menghakimi atau menyudutkan seseorang tanpa bukti,” katanya. “Kita sebagai istri prajurit harus menjaga nama baik TNI dan tidak menambah masalah di luar ranah militer.”
Ia menekankan bahwa sebagai bagian dari institusi TNI, setiap anggota Persit memiliki tanggung jawab moral untuk menjaga etika dan disiplin, termasuk dalam bermedia sosial. “Media sosial bukan tempat untuk melampiaskan emosi. Apalagi ketika kita menyandang nama besar sebagai istri prajurit. Setiap kata kita bisa berdampak luas,” ujarnya.
Kontroversi yang Mengguncang Dunia Militer
Sebelum permintaan maaf ini, Nafa Arshana menjadi sorotan setelah komentarnya di Facebook viral. Dalam unggahannya, ia menyebut kematian Prada Lucky sebagai konsekuensi dari perilaku pribadinya yang “tidak bermoral” dan “menyimpang.” Komentar tersebut langsung menuai kecaman dari publik, aktivis HAM, hingga kalangan internal TNI.
Banyak yang menilai bahwa pernyataan Nafa tidak hanya tidak empatik, tetapi juga mengandung stigma dan diskriminasi terhadap isu gender dan orientasi seksual. Di tengah duka keluarga dan rekan-rekan almarhum, komentarnya dianggap sebagai bentuk pelanggaran etika sosial dan profesional.
Kasus Prada Lucky sendiri telah menjadi sorotan nasional karena mengungkap praktik bullying dan kekerasan senioritas di lingkungan militer. Prada Lucky meninggal dunia setelah mengalami penganiayaan berat oleh rekan-rekannya di asrama TNI AD. Kasus ini telah ditangani oleh Puspom TNI, dan beberapa oknum telah ditetapkan sebagai tersangka.
TNI Diminta Tindak Tegas dan Evaluasi Budaya Senioritas
Permintaan maaf Nafa Arshana memang menunjukkan upaya rekonsiliasi, namun publik tetap menuntut pertanggungjawaban lebih luas. Banyak pihak mendesak TNI untuk tidak hanya menangani pelaku penganiayaan, tetapi juga mengevaluasi budaya senioritas yang kerap melahirkan kekerasan terstruktur di lingkungan militer.
“Kasus ini bukan hanya soal satu orang yang meninggal, tapi soal sistem yang membiarkan kekerasan terjadi,” kata Rian, aktivis HAM dari Lembaga Pemantau Militer Indonesia (LPMI). “Komentar Nafa Arshana hanyalah puncak gunung es dari stigma dan prasangka yang masih mengakar dalam institusi.”
Ia menambahkan bahwa TNI perlu melakukan reformasi internal, termasuk pelatihan etika, pengawasan media sosial anggota, dan penegakan hukum yang transparan. “Tidak boleh lagi ada ruang bagi kekerasan fisik maupun verbal, baik di asrama maupun di dunia maya,” tegasnya.