Tragedi Dea Permata Karisma: Dibunuh Setelah Sempat Lapor Ancaman, Polisi Tak Kunjung Datang

Tragedi Dea Permata Karisma: Dibunuh Setelah Sempat Lapor Ancaman, Polisi Tak Kunjung Datang

ilustrasi-pixabay-

Tragedi Dea Permata Karisma: Dibunuh Setelah Sempat Lapor Ancaman, Polisi Tak Kunjung Datang

Kasus pembunuhan yang menimpa Dea Permata Karisma, seorang perempuan muda berusia 27 tahun asal Desa Jatimekar, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, menyisakan duka mendalam dan pertanyaan besar di tengah masyarakat. Tragedi yang menghebohkan ini bukan hanya menyentuh sisi kemanusiaan, tetapi juga membuka sorotan tajam terhadap respons aparat penegak hukum terhadap laporan kekerasan dan ancaman yang diajukan warga.



Dea ditemukan tak bernyawa di rumahnya pada awal Agustus 2025, dengan tubuh penuh luka akibat kekerasan fisik. Hasil pemeriksaan awal dari pihak kepolisian menyebutkan bahwa korban meninggal karena luka tusuk dan benturan keras di kepala. Namun yang lebih mengguncang bukan hanya cara Dea meninggal, melainkan fakta bahwa ia sempat meminta perlindungan hukum sebelum nyawanya direnggut.

Sudah Lapor Ancaman, Tapi Tak Ada Respons
Beberapa minggu sebelum tragedi terjadi, Dea diketahui telah melaporkan adanya ancaman serius terhadap keselamatannya. Dalam unggahan yang viral di media sosial, khususnya di akun Instagram @nyinyir_update_official pada 13 Agustus 2025, keluarga korban membongkar kronologi yang mengejutkan.

Sukarno, ayah Dea, menceritakan bahwa putrinya sempat mengalami pelemparan cat ke rumah mereka. "Rumahnya dilempari cat merah, seperti simbol ancaman. Tapi bukan cuma itu, orang yang mengancam bahkan pernah masuk ke dalam rumah, padahal pintu dalam keadaan terkunci," ujarnya dengan suara bergetar.



Kejadian itu bukan sekadar gangguan biasa. Bagi keluarga, ini merupakan tindakan provokatif yang jelas-jelas mengancam keselamatan. Dea pun merasa ketakutan dan segera melaporkan kejadian tersebut ke pihak berwajib.

Laporan ke Babinsa dan Polsek, Tapi Tak Ada Tindak Lanjut
Yuli, ibu Dea, menjelaskan bahwa pihak keluarga telah menempuh jalur resmi untuk meminta perlindungan. Mereka melapor ke Babinsa setempat, kemudian meneruskan laporan ke Polsek Jatiluhur. Namun, hingga hari-hari terakhir sebelum Dea dibunuh, tidak ada satu pun petugas yang datang untuk melakukan pengecekan atau memberikan pengamanan.

"Kami sudah lapor. Sudah cerita semua. Tapi sampai kapan pun, tidak ada yang datang. Tidak ada patroli, tidak ada pengecekan, tidak ada imbauan ke tetangga. Kami seperti dibiarkan sendirian," ujar Yuli dengan nada pilu.

Keluarga mengaku frustrasi. Mereka merasa telah melakukan kewajibannya sebagai warga negara yang taat hukum, tetapi tidak mendapatkan respons yang setimpal dari institusi yang seharusnya melindungi.

Viral di Media Sosial, Publik Geram
Kasus ini menjadi viral setelah unggahan tentang kronologi kejadian dibagikan secara luas di media sosial. Banyak netizen yang bereaksi dengan emosi, mengecam lambatnya respons aparat dan menuntut pertanggungjawaban atas kelalaian yang terjadi.

"Masih bagusan satpam BCA, kalau kita lapor apa-apa, mereka langsung datang. Ini polisi, laporan pembunuhan hampir terjadi, malah dianggap angin lalu," tulis akun @lilis_abssari04.

TAG:
Sumber:


Berita Lainnya