Tragedi Dea Permata Karisma: Dibunuh Setelah Sempat Lapor Ancaman, Polisi Tak Kunjung Datang

Tragedi Dea Permata Karisma: Dibunuh Setelah Sempat Lapor Ancaman, Polisi Tak Kunjung Datang

ilustrasi-pixabay-

Akun lain, @sakia_lh, menambahkan, "Apa sih yang masih bisa diharapin dari polisi sekarang? Mending lapor damkar, lebih cepat geraknya. Mereka bisa datang dalam hitungan menit, sementara polisi butuh hari buat merespons."

Sementara itu, @lee_yunita menuliskan komentar pedas: "Polisi Indonesia gak pernah gagal kalau buat gagal. Warga minta tolong, malah dibiarkan. Sekarang korban sudah meninggal, baru ribut."



Pertanyaan Besar atas Kinerja Aparat
Kasus Dea membuka diskusi publik yang luas tentang efektivitas sistem keamanan di tingkat lokal. Banyak yang mempertanyakan prosedur penanganan laporan ancaman di Polsek Jatiluhur. Mengapa laporan yang jelas-jelas menyebutkan ancaman fisik dan pelanggaran privasi tidak ditindaklanjuti?

Pakar hukum pidana dari Universitas Padjadjaran, Dr. Rizal Fadillah, menyebut bahwa kelalaian dalam menindaklanjuti laporan bisa dikategorikan sebagai kelalaian dalam tugas (dereliction of duty). "Jika ada bukti bahwa laporan telah masuk secara resmi dan tidak ditindaklanjuti, maka aparat terkait bisa dimintai pertanggungjawaban hukum, terutama jika kemudian terjadi korban jiwa," jelasnya.

Ia menambahkan, "Ini bukan soal teknis semata, tapi soal kepercayaan publik terhadap institusi penegak hukum. Kalau warga takut melapor karena merasa tidak akan dilindungi, maka sistem keamanan kita sedang bermasalah."



Polisi Diminta Bertanggung Jawab
Hingga berita ini diturunkan, pihak Kepolisian Resor Purwakarta belum memberikan keterangan resmi terkait dugaan kelalaian penanganan laporan Dea. Namun, kasus pembunuhan sendiri kini ditangani oleh Satreskrim Polres Purwakarta. Beberapa saksi telah diperiksa, dan tim forensik masih melakukan analisis terhadap lokasi kejadian.

Keluarga Dea, melalui kuasa hukumnya, menyatakan akan mengajukan gugatan administratif terhadap Polsek Jatiluhur atas dugaan kelalaian yang mengakibatkan kematian. "Ini bukan hanya tentang pelaku pembunuhan, tapi juga tentang sistem yang gagal melindungi warga yang meminta tolong," tegas pengacara keluarga, Andika Pratama.

Duka yang Tak Hanya Milik Keluarga
Dea Permata Karisma dikenal sebagai sosok yang aktif di lingkungan sekitar, suka membantu tetangga, dan memiliki rencana masa depan yang cerah. Ia baru saja merencanakan membuka usaha kecil-kecilan di bidang kuliner. Namun, mimpi itu harus pupus di tengah jalan.

Baca juga: Mpok Alpa Berpulang: Kisah Haru Perjuangan Komedian Betawi Lawan Kanker Selama 3 Tahun yang Tak Diketahui Publik

Kematian Dea bukan hanya kehilangan bagi keluarga, tapi juga pelajaran bagi seluruh masyarakat. Bahwa keamanan tidak boleh dianggap remeh. Bahwa laporan warga harus ditanggapi dengan serius. Bahwa nyawa seseorang tidak seharusnya menjadi taruhan dari kelambanan sistem.

Harapan dari Tragedi Ini
Kasus ini menjadi momentum untuk merefleksikan kembali kinerja aparat keamanan di tingkat bawah. Perlindungan terhadap warga, terutama perempuan yang rentan terhadap kekerasan, harus menjadi prioritas utama.

Masyarakat berharap, tragedi seperti ini tidak terulang. Bahwa suara warga yang meminta tolong tidak lagi tenggelam dalam birokrasi atau ketidakpedulian. Bahwa polisi bukan hanya hadir saat sudah terjadi kematian, tapi saat ancaman masih bisa dicegah.

Untuk Dea Permata Karisma, doa dan dukungan mengalir dari seluruh penjuru. Semoga keadilan bisa ditegakkan, bukan hanya untukmu, tapi juga untuk semua yang pernah merasa dibiarkan.

TAG:
Sumber:


Berita Lainnya