Sherly Tjoanda Gubernur Maluku Utara Kibarkan Bendera Merah Putih di Dasar Laut Gunung Gamalama, Pesan Kemerdekaan yang Menyentuh Jiwa

Sherly-Instagram-
Sherly Tjoanda Gubernur Maluku Utara Kibarkan Bendera Merah Putih di Dasar Laut Gunung Gamalama, Pesan Kemerdekaan yang Menyentuh Jiwa
Ambon, 17 Agustus 2025 – Dalam sebuah perayaan Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia yang penuh makna dan berbeda dari biasanya, Gubernur Maluku Utara, Sherly Tjoanda, mencatat sejarah dengan mengibarkan bendera Merah Putih di dasar laut kaki Gunung Gamalama. Aksi yang sarat simbolisme ini tidak hanya memukau mata, tetapi juga menyentuh hati jutaan rakyat Indonesia, mengingatkan kembali bahwa semangat kemerdekaan bisa tumbuh di mana saja—bahkan di kedalaman samudra yang paling gelap sekalipun.
Pada pagi yang cerah, di tengah riak ombak dan suara alam yang tenang, Sherly Tjoanda menyelam bersama ratusan penyelam dari berbagai kalangan: nelayan lokal, prajurit TNI AL, pelajar, aktivis lingkungan, hingga komunitas penyelam profesional. Mereka semua berkumpul dalam satu misi: menghadirkan bendera Merah Putih di dasar laut sebagai bentuk penghormatan terdalam kepada para pahlawan bangsa dan sebagai simbol kebangkitan nasional yang tak pernah padam.
Kemerdekaan dari Kedalaman Laut
Dalam keterangannya usai acara, Sherly menjelaskan bahwa pemilihan lokasi di bawah laut kaki Gunung Gamalama bukan tanpa alasan. Gunung berapi aktif yang menjulang tinggi di tengah Kota Ternate ini telah menjadi saksi bisu perjuangan panjang rakyat Maluku Utara, dari masa penjajahan hingga kini sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Mengibarkan bendera Merah Putih di kedalaman laut adalah metafora yang kuat,” ujar Sherly dengan suara penuh semangat. “Dari tempat yang gelap, sunyi, dan tersembunyi, kita bisa membawa cahaya. Dari keterpurukan, kita bisa bangkit. Dari rasa takut, kita bisa menemukan keberanian. Itulah makna kemerdekaan sejati.”
Ia menambahkan, “17 Agustus 2025 bukan sekadar momen nostalgia akan proklamasi 1945. Ini adalah refleksi tentang sejauh mana kita sebagai bangsa telah melangkah, dan seberapa besar keberanian yang kita miliki untuk terus maju meski dihantam badai.”
Kemerdekaan sebagai Keberanian Pribadi
Dalam pidatonya yang disampaikan langsung dari atas kapal setelah menyelam, Sherly Tjoanda menekankan bahwa kemerdekaan hari ini harus dipahami dalam dimensi yang lebih luas. Bukan hanya bebas dari penjajahan fisik, tetapi juga bebas dari penjajahan mental, ketakutan, keraguan, dan keputusasaan.
“Kemerdekaan bukan hanya soal politik. Kemerdekaan adalah ketika seorang ibu mampu bertahan demi anak-anaknya. Kemerdekaan adalah ketika seorang nelayan tetap melaut meski ombak mengganas. Kemerdekaan adalah ketika seorang siswa terus belajar meski tak punya seragam layak,” katanya dengan nada penuh empati.
“Kemerdekaan adalah keberanian untuk melepaskan rasa takut. Keberanian untuk melangkah meski hati pernah retak. Dan keberanian untuk terus mencintai tanah air, meski pernah kehilangan.”
Kalimat-kalimat ini sontak menggema di hati para hadirin, banyak yang terlihat terdiam, beberapa meneteskan air mata. Di tengah angin laut yang sepoi-sepoi, momen itu menjadi perpaduan sempurna antara patriotisme, refleksi, dan harapan.
Simbolisme yang Mendalam: Bendera Berkibar di Antara Gelembung Air
Saat bendera Merah Putih mulai dikibarkan di dasar laut, suasana menjadi hening. Hanya suara gelembung udara dari tabung oksigen yang terdengar, seolah alam ikut mengheningkan cipta. Di bawah sinar matahari yang menembus air laut, warna merah dan putih tampak begitu jelas, kontras dengan terumbu karang dan ikan-ikan warna-warni yang berenang di sekitarnya.
Bendera yang terbuat dari bahan tahan air dan tidak merusak ekosistem laut itu berkibar pelan, digoyangkan arus. Bagi banyak penyelam, momen itu terasa sakral. “Seperti melihat semangat bangsa yang tak pernah tenggelam, meski diterjang ombak,” ujar Rizal, seorang penyelam muda asal Tidore.
Pengibaran bendera di bawah laut ini juga merupakan bagian dari kampanye pelestarian lingkungan laut. Gubernur Sherly menegaskan bahwa laut Maluku Utara bukan hanya sumber kekayaan alam, tetapi juga bagian dari identitas bangsa.
“Kita merawat laut, karena laut adalah bagian dari tanah air. Kita jaga terumbu karang, karena di sanalah semangat keberagaman dan kelestarian hidup bermula,” tegasnya.
Ajakan untuk Bersatu dan Saling Menguatkan
Di tengah berbagai tantangan bangsa—mulai dari krisis ekonomi, perubahan iklim, hingga ancaman disintegrasi—Sherly mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk kembali pada nilai-nilai persatuan.
“Kemerdekaan ini bukan milik satu kelompok, satu suku, atau satu agama. Ini milik kita semua. Maka, mari kita jaga bersama. Dengan saling menguatkan, saling mengasihi, dan saling percaya bahwa kita bisa menghadapi apa pun, selama kita melangkah bersama.”
Ia juga menyoroti pentingnya generasi muda dalam melanjutkan estafeta kemerdekaan. “Anak-anak muda bukan hanya penerus bangsa, mereka adalah pemimpin masa kini. Mereka yang harus berani bermimpi, berani gagal, dan berani bangkit.”
Perayaan yang Menginspirasi Seluruh Nusantara
Aksi unik Gubernur Maluku Utara ini mendapat sorotan luas dari media nasional maupun internasional. Banyak yang memuji keberanian dan kreativitas Sherly Tjoanda dalam menghadirkan makna kemerdekaan secara segar dan mendalam.
Tagar #MerahPutihDiDasarLaut bahkan sempat menjadi trending di media sosial, dengan ribuan netizen membagikan foto, video, dan kutipan inspiratif dari pidato sang gubernur. “Ini bukan sekadar upacara. Ini adalah puisi hidup tentang cinta tanah air,” tulis seorang warganet dari Jakarta.
Beberapa tokoh nasional juga memberikan apresiasi. “Ini adalah bentuk patriotisme yang luar biasa. Dari Maluku Utara, datang inspirasi yang menyentuh jiwa seluruh bangsa,” ujar seorang anggota DPR RI dalam wawancara singkat.