Kabar Gembira dari Rempang: Proyek Strategis Nasional Eco City Resmi Dibatalkan

“Perjuanganmu tidak sia-sia! Rempang tetap lestari!” tulis akun @Indra_Lingga, salah satu pengguna X.

Implikasi Pembatalan: Harapan Baru untuk Perlindungan Hak Adat
Pembatalan Rempang Eco City menjadi preseden penting bagi penyelesaian konflik agraria di Indonesia. Pakar hukum tata negara, Dr. Hikmahanto Juwana, menilai keputusan ini membuka ruang dialog antara pemerintah dan masyarakat adat dalam penyusunan kebijakan pembangunan. “Ini bukti bahwa partisipasi publik harus ditempatkan sebagai prinsip utama, bukan formalitas,” ujarnya dalam diskusi daring beberapa waktu lalu.

Baca juga: Malam Puncak Puteri Indonesia 2025: 45 Finalis Bersaing Rebut 6 Mahkota, Ini Hadiah yang Ditawarkan

Namun, tantangan belum usai. Warga Rempang masih menuntut penerbitan sertifikat hak ulayat untuk memastikan perlindungan jangka panjang atas tanah mereka. Selain itu, pemerintah daerah diminta segera mengalokasikan anggaran pengembangan infrastruktur dasar, seperti listrik, air bersih, dan pendidikan, yang selama ini terabaikan akibat fokus pada proyek PSN.

Kesimpulan: Kemenangan Kolektif yang Perlu Dirawat
Pembatalan Proyek Rempang Eco City menjadi simbol kemenangan kolaborasi antara masyarakat sipil, aktivis, legislatif, dan eksekutif. Namun, kisah ini juga mengingatkan bahwa pembangunan haruslah berbasis keadilan dan keberlanjutan, bukan sekadar target pertumbuhan ekonomi. Seperti yang disampaikan Nek Awe dalam pidato syukuran di desa Rempang, “Tanah ini bukan hanya milik kami, tapi juga milik anak cucu yang harus dirawat bersama.”

Dengan pembatalan ini, mata dunia kembali tertuju pada Indonesia sebagai negara yang serius dalam menjaga hak-hak komunitas lokal dan menjaga keseimbangan ekosistem. Semoga langkah ini menjadi awal dari kebijakan pembangunan yang lebih inklusif dan berwawasan lingkungan di masa depan.***

• « PREV
• 1
• 2