Profil Tampang Pemilik Akun Tiga Dewa Open Trip Viral Usai Buka Praktik Booking Lahan Camp di Gunung, Lengkap: Umur, Agama dan Akun IG

Profil Tampang Pemilik Akun Tiga Dewa Open Trip Viral Usai Buka Praktik Booking Lahan Camp di Gunung, Lengkap: Umur, Agama dan Akun IG

3 dewa-Instagram-

Profil Tampang Pemilik Akun Tiga Dewa Open Trip Viral Usai Buka Praktik Booking Lahan Camp di Gunung, Lengkap: Umur, Agama dan Akun IG
Siapa Owner Akun Tiga Dewa Open Trip? Kini Viral Usai Buka Praktik Booking Lahan Camp di Gunung

Viral Praktik Booking Lahan Camp di Gunung Sindoro, Warganet Geram dan Serbu Akun Tiga Dewa Open Trip



Belakangan jagat media sosial diramaikan oleh kisah kekecewaan seorang pendaki yang mengaku diusir dari area camping di Gunung Sindoro. Kejadian ini disinyalir dilakukan oleh rombongan sebuah agen open trip , yaitu Tiga Dewa Open Trip, yang diduga melakukan praktik booking lahan camp secara sepihak.

Kejadian tersebut memicu gelombang reaksi keras dari warganet hingga akhirnya akun media sosial Tiga Dewa Open Trip digeruduk netizen. Banyak pihak mengecam tindakan tersebut sebagai pelanggaran serius terhadap etika pendakian gunung.

Kronologi Kontroversi Booking Lahan Camp di Gunung Sindoro
Dari informasi yang beredar, insiden ini diduga terjadi di Pos 3 Gunung Sindoro melalui jalur Kledung. Seorang pendaki mengaku telah lebih dulu mendirikan tenda di lokasi ketika tiba-tiba diminta untuk membongkar tendanya oleh rombongan open trip . Alasannya? Katanya, lokasi tersebut sudah "dipesan" sebelumnya.



Tentu saja, pernyataan tersebut memicu kemarahan banyak kalangan. Pasalnya, tidak ada aturan resmi yang memperbolehkan praktik booking lahan camp di area pendakian. Gunung adalah ruang publik alami yang seharusnya dinikmati secara adil oleh semua pengunjung.

Banyak netizen menyampaikan kekecewaan mereka lewat kolom komentar di unggahan Tiga Dewa Open Trip. Salah satu contohnya seperti cuitan dari akun @Isallnamanya:
"Oh ini yang berantem di POS 3 Sindoro ya? WKWKWKW Padahal duluan siapa yang sampe tapi suruh bongkar tenda."

Sejak saat itu, nama Tiga Dewa Open Trip menjadi sorotan utama. Hingga kini, belum ada klarifikasi resmi dari pihak agen open trip tersebut, sehingga membuat situasi semakin panas di dunia maya.

Etika Pendakian Gunung yang Harus Ditaati Semua Pihak
Menurut sumber yang dihimpun dari berbagai forum pendaki dan komunitas pecinta alam, area camping di jalur pendakian umumnya menggunakan sistem “siapa cepat, dia dapat”. Ini artinya, tidak ada sistem booking atau klaim wilayah yang sah dalam dunia pendakian.

Berikut adalah beberapa prinsip dasar etika yang seharusnya dipatuhi oleh seluruh pendaki:

1. Sistem First Come, First Serve
Area camping di pos-pos pendakian bersifat terbuka dan bebas. Siapa pun yang lebih dulu sampai dan mendirikan tenda di lokasi kosong, maka dialah yang berhak menempatinya. Tidak ada izin resmi dari pihak manapun yang memperbolehkan klaim sepihak atas suatu tempat.

2. Dilarang Mengusir Pendaki Lain
Tidak ada individu atau kelompok yang memiliki hak untuk mengusir pendaki lain dari area camping , kecuali petugas resmi dari basecamp atau instansi terkait. Tindakan seperti ini bisa dikategorikan intimidasi dan melanggar norma kesopanan serta etika pendakian.

3. Hormati Sesama Pendaki
Gunung adalah tempat untuk saling menghormati dan berbagi ruang. Jangan membuat kegaduhan, mengganggu ketenangan, atau bertindak arogan terhadap sesama pendaki. Jika memungkinkan, berbagilah area dengan pendaki lain agar suasana tetap kondusif.

4. Peduli pada Lingkungan
Prinsip Leave No Trace harus selalu diterapkan. Setiap pendaki wajib membawa turun semua sampah, tidak merusak flora/fauna, serta menjaga kebersihan lingkungan sekitar.

5. Patuhi Aturan Jalur dan Basecamp
Pendaki wajib mendaftar secara resmi di basecamp, mengikuti briefing, serta mendaki hanya melalui jalur yang ditentukan. Selain itu, perlengkapan standar seperti jas hujan, headlamp, sleeping bag, dan logistik mencukupi juga wajib dibawa.

Tanggung Jawab Operator Open Trip dalam Membina Etika Pendakian
Kontroversi ini membuka mata publik bahwa operator open trip memiliki tanggung jawab besar dalam membina peserta mereka. Banyak pendaki pemula yang bergabung dalam open trip dan mengandalkan panduan dari pemandu. Jika pemandu tidak memberikan edukasi yang benar, maka praktik-praktik tidak etis seperti booking lahan akan terus terjadi.

Baca juga: Hoax Atau Rekayasa AI! Benarlah Sungai di Riau Membeku Akibat Hujan Salju? Benarkah Indonesia Segera Punya 4 Musim di Tahun 2026?

TAG:
Sumber:


Berita Lainnya