Momen Presiden Prabowo Subianto, Gibran Rakabuming Raka, dan Megawati Hadiri Upacara Harlah Pancasila dengan Nuansa Sejarah dan Semangat Kebangsaan

Prabowo-Instagram-
Momen Presiden Prabowo Subianto, Gibran Rakabuming Raka, dan Megawati Hadiri Upacara Harlah Pancasila dengan Nuansa Sejarah dan Semangat Kebangsaan
Momentum penting kembali tercipta hari ini, Senin (3/6), saat Presiden RI Jenderal (Purn) Prabowo Subianto, Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka, serta Presiden ke-5 Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri, menghadiri Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila di Gedung Pancasila, Pejambon, Jakarta Pusat. Acara yang digelar setiap tanggal 1 Juni ini menjadi ajang untuk memperingati lahirnya dasar negara Indonesia, Pancasila.
Kehadiran tiga tokoh penting bangsa ini memberikan nuansa tersendiri dalam upacara yang sarat makna tersebut. Prabowo tiba di lokasi sekitar pukul 09.20 WIB, tepatnya di kompleks Kementerian Luar Negeri RI, tempat berdirinya Gedung Pancasila. Ia disambut hangat oleh Gibran dan Megawati yang sudah lebih dulu hadir di lokasi.
Seragam Khas Pancasila
Dalam kesempatan itu, Prabowo dan Gibran tampak kompak mengenakan jas lengkap dengan peci hitam sebagai simbol identitas nasional. Sementara Megawati, yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), tampil anggun dengan balutan busana adat penghayatan Pancasila yang merupakan seragam resmi BPIP.
Setelah melalui prosesi sambutan singkat, Prabowo kemudian memimpin jalannya upacara sebagai inspektur upacara. Ia naik ke mimbar utama, sementara Megawati dan Gibran menduduki tempat duduk yang telah disediakan. Di sebelah Megawati duduk Wakil Ketua Dewan Pengarah BPIP, Try Sutrisno, mantan Wakil Presiden keenam RI. Prabowo sendiri ditempatkan di kursi sebelah kanan Megawati, sedangkan Gibran berada di sebelah kursi Prabowo.
Amanat Tegas Prabowo: Kembali ke Jati Diri Pancasila
Dalam amanatnya, Prabowo menyampaikan pesan yang tegas namun penuh semangat kebangsaan. Ia menyerukan kepada seluruh elemen masyarakat, terutama para pejabat dan penyelenggara negara, untuk kembali ke nilai-nilai luhur Pancasila sebagai dasar moral dan perilaku dalam menjalankan tugas kenegaraan.
"Yang tidak setia kepada negara akan kita singkirkan dengan tidak ragu-ragu tanpa memandang bulu, tanpa melihat keluarga siapa, partai mana, suku mana yang tidak setia kepada negara yang melanggar UU yang melanggar UUD akan kita tindak," tegas Prabowo di tengah lapangan upacara.
Ia bahkan memberikan ultimatum keras bagi para pejabat yang dinilai tidak mampu menjalankan tugasnya. "Semua penyelewengan, semua kebocoran harus berhenti. Semua pejabat yang tidak mampu melaksanakan tugas lebih baik mundur sebelum saya berhentikan," tambahnya dengan nada tegas.
Pidato Prabowo sontak mendapat apresiasi dari peserta upacara yang hadir, termasuk sejumlah tokoh nasional, pejabat pemerintah, serta undangan dari kalangan militer, sipil, dan ormas.
Jejak Sejarah di Gedung Pancasila
Usai upacara, Prabowo didampingi Megawati dan sejumlah pejabat lainnya memasuki Gedung Pancasila untuk melakukan rangkaian acara internal. Terlihat keduanya berjalan berdampingan sambil berbincang santai, menunjukkan hubungan politik yang harmonis meskipun berasal dari generasi dan ideologi politik yang berbeda.
Gedung Pancasila sendiri memiliki sejarah panjang yang tak bisa dipisahkan dari perjalanan bangsa Indonesia. Bangunan megah yang terletak di jantung ibu kota ini awalnya dibangun pada awal abad ke-19 ketika Indonesia masih berada di bawah cengkeraman kolonial Belanda.
Saat itu, gedung ini digunakan sebagai kediaman resmi Panglima Perang Hindia Belanda. Setelah berganti fungsi beberapa kali, bangunan ini sempat menjadi tempat sidang Volskraad atau Dewan Rakyat Hindia Belanda. Kemudian, pada masa pendudukan Jepang, gedung ini digunakan sebagai lokasi Tyoo Sangi-In atau Badan Pertimbangan Pusat.
Namun momen paling monumental terjadi pada 1 Juni 1945, saat Ir. Soekarno—ayah dari Megawati—menyampaikan pidato bersejarah di gedung tersebut. Dalam sidang BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia), Soekarno pertama kali merumuskan konsep dasar negara yang kemudian dikenal sebagai Pancasila. Pidato itu diterima secara aklamasi oleh seluruh peserta sidang sebagai fondasi ideologis Indonesia merdeka.