Unggapan Hasil Autopsi Arya Daru Pangayunan oleh NSA RI Picu Kontroversi, Ini Penjelasan Lengkapnya

Arya-Instagram-
Unggapan Hasil Autopsi Arya Daru Pangayunan oleh NSA RI Picu Kontroversi, Ini Penjelasan Lengkapnya
Misteri di balik kematian Arya Daru Pangayunan, seorang diplomat muda Indonesia, kembali memanas usai sebuah unggahan dari National Security Agency (NSA) Republik Indonesia yang mengejutkan publik. Unggahan tersebut membeberkan hasil autopsi lengkap terhadap jasad Arya, yang ditemukan meninggal dunia dalam kondisi mencurigakan.
Dalam unggahan akun resmi NSA RI di Instagram (@natioanlsecurity.id) pada 23 Juli 2025, disebutkan bahwa kematian Arya Daru Pangayunan bukanlah kejadian biasa. Fakta forensik yang diungkapkan langsung oleh lembaga negara ini mengguncang opini publik, terutama karena menunjukkan adanya indikasi kekerasan dan penggunaan zat tertentu yang diduga untuk melumpuhkan korban.
Kepala Terlilit Lakban Kuning, Begini Kronologi Penemuan Jasad
Sebelumnya, publik dibuat heboh dengan penemuan jasad Arya Daru Pangayunan dalam kondisi yang tidak biasa. Kepala korban ditemukan terlilit lakban berwarna kuning, yang langsung memicu spekulasi luas. Banyak pihak mempertanyakan penyebab pasti kematian sang diplomat muda, yang sebelumnya dikenal sebagai sosok cerdas dan berprestasi di bidang diplomasi.
Hasil Autopsi NSA RI: Ada Luka Memar dan Indikasi Asfiksia
Dalam unggahan tersebut, NSA RI menjelaskan secara rinci hasil autopsi internal, bukti fisik, serta analisis medis yang dilakukan terhadap jasad Arya. Dari hasil pemeriksaan, ditemukan sejumlah luka memar di tubuh korban.
“Luka luar: Memar pada wajah, sekitar hidung dan mulut (indikasi pukulan atau pencekikan), ada memar di kedua lengan, konsisten dengan upaya atau ikatan, tidak ada luka terbuka signifikan, namun ada lecet di leher (kemungkinan kain yang ditekan),” tulis NSA RI.
Selain luka luar, hasil autopsi juga menunjukkan adanya trauma pada organ dalam. Paru-paru korban ditemukan berwarna ungu dan dipenuhi cairan, yang merupakan indikasi kuat terjadinya asfiksia atau kehabisan oksigen.
“Temuan organ dalam: paru-paru korban berwarna ungu dan berisi cairan, indikasi asfiksia berat (kehabisan oksigen), ada pembengkakan pembuluh darah otak hipoksia otak (kekurangan oksigen kronis), cedera di kepala belakang, dugaan pukulan benda tumpul, pendarahan ringan di ginjal kanan, trauma tumpul (tendangan/ benturan),” jelas laporan tersebut.
Ditemukan Senyawa Sedatif Ringan, Diduga untuk Melumpuhkan Korban
Salah satu temuan yang paling mengejutkan adalah hasil analisis toksikologi. NSA RI menyatakan bahwa dalam tubuh Arya ditemukan senyawa sedatif ringan, yang diduga digunakan untuk melumpuhkan korban sebelum kemudian menghabiskan nyawanya.
“Analisis Toksikologi: Negatif terhadap atau alkohol, terdapat senyawa sedatif ringan, kemungkinan untuk melumpuhkan korban, tidak ditemukan tanda keracunan mematikan,” tambah NSA RI.
Temuan ini memperkuat dugaan bahwa kematian Arya bukan merupakan kejadian yang terjadi secara alami, melainkan hasil dari tindakan kekerasan yang direncanakan.
Respons Publik: Sorotan ke Menlu dan Proses Investigasi
Unggahan NSA RI ini langsung menuai reaksi beragam dari masyarakat, khususnya di media sosial. Banyak netizen mempertanyakan transparansi pemerintah dalam menangani kasus ini, terutama karena hingga saat ini belum ada pernyataan resmi dari Menteri Luar Negeri RI.
“Sampai sekarang Menteri Luar Negeri tidak ada itikad untuk berbicara di media atau publik untuk turut membantu kasus ini. Dugaan kuat beliau tahu dan memilih diam santuy,” tulis akun @benrayon25.
Beberapa pengguna lain juga mempertanyakan legalitas publikasi hasil forensik oleh NSA RI. “Memang boleh ya hasil forensik disebar seperti ini?,” tanya akun @oktavianaayin.
Sementara itu, sebagian masyarakat menyoroti sikap pemerintah yang dinilai terlalu pasif. “Menlunya diam saja tidak seperti bu Retno Marsudi yang selalu gercep huft,” komentar akun @arypurwati.
Ada juga yang menunjukkan ketidakpuasan terhadap lambatnya proses investigasi. “Aku selalu ikutin kasus ini, katanya seminggu kelar ini hampir 3 minggu belum beres juga ada press releasenya. Semangat min,” tulis akun @tsamararl.
Apa Selanjutnya? Tuntutan Transparansi dari Masyarakat
Kasus kematian Arya Daru Pangayunan telah menjadi sorotan nasional. Masyarakat menuntut transparansi dan keadilan, terutama setelah hasil autopsi yang dirilis NSA RI memperlihatkan indikasi kuat adanya tindak kekerasan.
Baca juga: Tiba-Tiba Perang! Inilah Penyebab Utama Gencatan Senjata di Thailand-Kamboja