Viral di Twitter, Profil Google Scholar dengan 3 Juta Sitasi Tuai Sorotan: Ini Klarifikasi Yoesoep Edhie Rachmad

PRAKTIS! Cara dan Tutorial Mudah Gunakan DuckDuckGo Twitter X Terbaru 2024, Cek Daftar Fitur Unggulan Bikin Makin Canggih dan Anti Lemot-PEXEL-
“Ini kasus yang sangat mengkhawatirkan. Jika sistem seperti Google Scholar bisa menampilkan data seaneh ini, maka kepercayaan terhadap metrik akademik bisa runtuh,” ujar Dr. Anindita, seorang peneliti di Universitas Airlangga yang kerap mengkritik penggunaan metrik publikasi secara berlebihan.
Namun, ada pula yang memberikan ruang bagi Yoesoep untuk menjelaskan, dengan menekankan pentingnya praduga tak bersalah. “Belum tentu dia yang memanipulasi. Bisa jadi sistemnya yang bermasalah. Tapi, tetap perlu audit independen,” tambah seorang dosen dari Universitas Brawijaya.
Google Scholar dan Tantangan Metrik Akademik di Era Digital
Kasus ini membuka diskusi penting tentang keandalan metrik akademik digital. Google Scholar, meskipun populer karena kemudahannya, sering dikritik karena kurangnya kontrol kualitas dan transparansi dalam pengumpulan data.
Banyak peneliti mengandalkan h-index dan jumlah sitasi sebagai indikator kinerja, bahkan untuk promosi jabatan fungsional, hibah penelitian, atau penghargaan. Namun, kasus seperti ini menunjukkan betapa rentannya sistem tersebut terhadap kesalahan—baik teknis maupun sengaja.
Para pakar menyarankan agar institusi pendidikan dan lembaga riset tidak hanya mengandalkan Google Scholar, tetapi juga memverifikasi data melalui sumber lain seperti Scopus, Web of Science, atau SINTA (Science and Technology Index) yang dikelola oleh Kemenristekdikti.