CCTV Jakarta Pusat Mendadak Offline Saat Demo Ricuh 28 Agustus: Tanda Tanya Besar di Tengah Tragedi Kematian Ojol

Affan-Instagram-
Sementara itu, Dinas Perhubungan DKI Jakarta yang bertanggung jawab atas operasional CCTV mengaku sedang melakukan pengecekan teknis. “Kami sedang menelusuri penyebab gangguan jaringan. Bisa jadi karena overload atau gangguan server pusat,” ujar seorang petugas yang enggan disebutkan namanya.
Namun, penjelasan teknis ini belum cukup meyakinkan publik. Banyak yang mempertanyakan, apakah mungkin semua kamera di 11 titik berbeda mengalami crash secara bersamaan hanya karena overload? Apalagi saat itu bukan hari libur atau momen puncak lalu lintas.
Kecurigaan Publik Menguat: Ada Upaya Mengaburkan Fakta?
Kematian Rudi Hartono bukan sekadar kecelakaan lalu lintas biasa. Ini adalah peristiwa yang terjadi di tengah konflik sosial, ketegangan massa, dan respons kepolisian yang dinilai berlebihan. Dengan tidak adanya rekaman CCTV, publik kehilangan akses terhadap bukti objektif yang bisa menjelaskan siapa yang salah, bagaimana insiden terjadi, dan apakah ada unsur kelalaian atau kesengajaan.
“Kalau CCTV-nya hidup, mungkin kita bisa lihat apakah mobil Brimob benar-benar tidak melihat korban, atau justru sengaja menerobos kerumunan,” ujar Dian, aktivis HAM dari Lembaga Pemantau Keadilan Jakarta.
Ia menekankan pentingnya transparansi dalam penanganan kasus seperti ini. “Sistem pengawasan publik harus tetap berjalan, terutama saat terjadi kerusuhan. Kalau tidak, rakyat akan terus menduga-duga, dan kepercayaan terhadap institusi negara akan semakin memburuk.”
Seruan untuk Audit Sistem CCTV dan Penegakan Hukum yang Adil
Kasus ini telah memicu desakan dari berbagai elemen masyarakat, mulai dari kelompok buruh, mahasiswa, hingga organisasi hak asasi manusia, agar pemerintah membentuk tim investigasi independen. Mereka menuntut audit menyeluruh terhadap sistem CCTV di Jakarta, terutama yang terkait dengan kejadian 28 Agustus.
Selain itu, mereka mendesak agar Polri membuka akses penuh terhadap data internal, termasuk rekaman bodycam aparat dan log pergerakan kendaraan Brimob, untuk memastikan tidak ada upaya penutupan fakta.
“Kami tidak ingin kasus ini berakhir seperti kasus-kasus sebelumnya, di mana korban tewas, pelaku tidak dihukum, dan rakyat hanya bisa marah di media sosial,” tegas Ketua Federasi Serikat Ojek Daring Indonesia, Budi Santoso, dalam konferensi pers di depan Balai Kota Jakarta.
Menuju Transparansi: Harapan di Tengah Duka
Tragedi 28 Agustus 2025 meninggalkan duka mendalam bagi keluarga korban dan masyarakat luas. Rudi Hartono bukan hanya seorang pengemudi ojol, ia adalah pencari nafkah bagi istri dan dua anaknya yang masih duduk di bangku SD. Kematian tragisnya menjadi simbol dari rentetan persoalan yang lebih besar: krisis kepercayaan terhadap sistem keamanan, transparansi pemerintah, dan akuntabilitas aparat penegak hukum.
Kejadian matinya CCTV secara massal di Jakarta Pusat bukan sekadar isu teknis. Ia adalah cermin dari kerentanan sistem pengawasan publik di tengah konflik sosial. Jika tidak segera diperbaiki, rakyat akan terus hidup dalam ketidakpastian, dan setiap kerusuhan akan selalu diwarnai spekulasi, kecurigaan, dan ketidakpercayaan.
Kini, pertanyaannya bukan hanya siapa yang bertanggung jawab atas kematian Rudi Hartono, tetapi juga: siapa yang mematikan CCTV itu, dan mengapa tepat di saat dunia membutuhkan bukti?
(Penulis: Andika Pratama | Editor: Siti Nurhaliza)
#Demo28Agustus #CCTVOffline #KematianOjol #Brimob #DKIJakarta #TransparansiPublik #HakAsasi #Polri