A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: fopen(/var/www/vhosts/surabayainside.com/httpdocs/system/sessions/ci_sessionmce623bgum45q4pfv9ph11pumls9tkhn): failed to open stream: No space left on device

Filename: drivers/Session_files_driver.php

Line Number: 174

Backtrace:

File: /var/www/vhosts/surabayainside.com/httpdocs/application/controllers/Frontend.php
Line: 5
Function: __construct

File: /var/www/vhosts/surabayainside.com/httpdocs/index.php
Line: 316
Function: require_once

A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: session_start(): Failed to read session data: user (path: /var/www/vhosts/surabayainside.com/httpdocs/system/sessions)

Filename: Session/Session.php

Line Number: 143

Backtrace:

File: /var/www/vhosts/surabayainside.com/httpdocs/application/controllers/Frontend.php
Line: 5
Function: __construct

File: /var/www/vhosts/surabayainside.com/httpdocs/index.php
Line: 316
Function: require_once

Kontroversi Guru SMA Pakai Kalung Gordon Rektor di Acara Perpisahan, Netizen Kecam Tindakan Tak Etis Ini

Kontroversi Guru SMA Pakai Kalung Gordon Rektor di Acara Perpisahan, Netizen Kecam Tindakan Tak Etis Ini

Kontroversi Guru SMA Pakai Kalung Gordon Rektor di Acara Perpisahan, Netizen Kecam Tindakan Tak Etis Ini

Sma-Instagram-


Kontroversi Guru SMA Pakai Kalung Gordon Rektor di Acara Perpisahan, Netizen Kecam Tindakan Tak Etis Ini

Baru-baru ini jagat media sosial kembali dihebohkan oleh sebuah video yang memperlihatkan momen perpisahan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di mana para guru dan kepala sekolah tampak mengenakan kalung gordon—atribut akademik yang biasanya hanya dipakai oleh rektor, wakil rektor, atau guru besar dalam acara formal perguruan tinggi. Kejadian ini menuai berbagai kecaman dari masyarakat luas karena dinilai tidak etis dan melanggar norma akademik.



Video tersebut pertama kali diunggah oleh akun TikTok @nuranisa pada 9 Mei 2025. Dalam waktu singkat, konten itu telah ditonton lebih dari 442,7 ribu kali dan menjadi viral di berbagai platform media sosial. Banyak netizen yang merasa terganggu dengan tindakan para pendidik yang dianggap menyalahgunakan simbol akademik yang memiliki makna mendalam.

Dalam narasi yang disampaikan oleh sang pembuat konten, terungkap bahwa kepala sekolah yang tampil menggunakan kalung biru tersebut diketahui merupakan lulusan Sarjana (S1), bukan gelar doktor apalagi guru besar. Hal inilah yang membuat banyak pihak mempertanyakan dasar hukum dan alasan penggunaan atribut akademik yang seharusnya hanya dikenakan oleh pejabat atau tokoh akademik tertentu.

Apa Itu Kalung Gordon? Simbol Kehormatan Akademik yang Disalahgunakan
Kalung gordon atau kalung jabatan rektor adalah simbol resmi yang digunakan dalam lingkungan perguruan tinggi sebagai tanda jabatan dan kehormatan. Umumnya, kalung ini dikenakan oleh rektor, wakil rektor, ketua senat, dan sekretaris senat saat upacara wisuda, pengukuhan guru besar, atau acara akademik penting lainnya. Penggunaannya sangat dibatasi dan dilindungi oleh protokol serta aturan akademik yang ketat.



Pada video tersebut, terlihat jelas beberapa guru juga turut memakai kalung yang sama. Padahal, status mereka sebagai tenaga pendidik di tingkat SMA tentunya tidak memiliki otoritas untuk menggunakan atribut semacam itu. Sang pembuat konten menyayangkan sikap para guru yang dianggap tidak menghormati makna simbol-simbol akademik tersebut.

"Bu, kenapa Anda seperti memakai kalung kehormatan? Bukankah Anda tahu bahwa dosen biasa saja tidak berhak memakai kalung seperti ini. Apalagi jika yang memakai adalah guru SMA," ujar sang pembuat konten dalam narasinya.

Eksklusivitas dan Makna Simbolisme Kalung Jabatan Rektor
Menurut pakar pendidikan dan budaya akademik, kalung gordon bukanlah sekadar aksesori. Ia adalah bagian dari identitas institusi perguruan tinggi dan membawa bobot nilai yang sangat tinggi. Setiap warna, motif, dan detail dalam kalung tersebut memiliki makna filosofis tersendiri yang merepresentasikan visi dan misi institusi.

Oleh karena itu, penggunaannya harus benar-benar sesuai konteks dan status jabatan. Ketika simbol tersebut digunakan di luar konteks akademik perguruan tinggi, maka hal itu bisa menciptakan kesan salah kaprah dan mengaburkan makna aslinya.

"Kalau Anda sebagai kepala sekolah S1 atau S2, seberapa besar kemungkinan guru lainnya juga S2 atau bahkan S3? Tapi apapun itu, para guru-guru tidak etis memakai atribut seperti ini," tambahnya.

Respon Masyarakat: Kritik Pedas dan Kekhawatiran akan Keruntuhan Etika Pendidikan
Tidak heran, unggahan tersebut langsung memicu berbagai respons dari netizen. Banyak yang merasa prihatin dengan fenomena ini karena menunjukkan adanya pelunturan nilai-nilai integritas dan etika dalam dunia pendidikan.

“Ini bukan soal gaya-gayaan. Ini soal pemahaman akan makna simbol dan tanggung jawab moral sebagai pendidik,” tulis salah satu komentar di kolom unggahan video tersebut.

TAG:
Sumber:


Berita Lainnya