Dassault Aviation Tawarkan Rafale ke Kanada: Alternatif Prancis untuk Pengganti F-35 AS?

Dassault Aviation --
Dassault Aviation, produsen pesawat tempur asal Prancis, dikabarkan sedang mempersiapkan penawaran jet tempur Rafale kepada Kanada.
Langkah ini diambil sebagai respons terhadap meningkatnya kekhawatiran Kanada—dan sejumlah negara lain—terhadap ketergantungan berlebihan pada sistem persenjataan Amerika Serikat (AS), khususnya jet tempur siluman F-35.
Dinamika politik AS di era kepemimpinan Donald Trump yang dianggap tak menentu turut menjadi faktor pendorong. Menariknya, Rafale juga menjadi pilihan Indonesia, yang tengah dalam proses pemesanan pesawat tempur ini.
Kanada selama ini terlibat dalam program Joint Strike Fighter (JSF) untuk mengakuisisi F-35. Namun, proyek ini kerap dikritik karena masalah anggaran yang membengkak, keterlambatan pengiriman, dan kompleksitas teknologi.
Di tengah ketidakpastian politik AS—terutama sikap proteksionis dan fluktuasi kebijakan luar negeri di bawah Trump—banyak negara sekutu AS mulai mempertanyakan risiko ketergantungan pada persenjataan buatan Washington. Kanada, yang ingin memperkuat kedaulatan pertahanannya, kini membuka opsi untuk membandingkan Rafale dengan F-35.
Meski tidak sepenuhnya siluman seperti F-35, Rafale menawarkan kelebihan lain yang kompetitif. Pesawat tempur multirole ini dikenal dengan kemampuan swing-role—mampu beralih misi antara serang darat, pengintaian, dan pertempuran udara dalam satu sorti
Rafale juga dirancang dengan sistem avionik canggih, radar AESA (Active Electronically Scanned Array), dan kompatibilitas dengan persenjataan NATO.
Selain itu, biaya operasionalnya relatif lebih rendah dibanding F-35, yang kerap dipersoalkan karena perawatan yang rumit.
Keputusan Indonesia memesan 42 unit Rafale pada 2022 menjadi bukti daya tarik pesawat ini di pasar global.
Jakarta memilih Rafale setelah mempertimbangkan faktor teknologi, fleksibilitas misi, serta kemudahan transfer pengetahuan dari Prancis. Keberhasilan Dassault merangkul Indonesia bisa menjadi selling point untuk meyakinkan Kanada bahwa Rafale bukan hanya andal, tetapi juga didukung oleh kerja sama strategis jangka panjang.
Langkah Kanada mengevaluasi Rafale mencerminkan tren global di mana negara-negara sekutu AS mulai mencari opsi diversifikasi persenjataan. Contohnya, Uni Emirat Arab (UEA) yang membeli Rafale pada 2021, serta Mesir dan India yang telah mengoperasikannya. Fenomena ini menunjukkan pergeseran paradigma: ketergantungan pada satu negara dinilai berisiko, terutama di tengang gejolak politik dan persaingan teknologi antara AS, Rusia, dan Tiongkok.
Jika Kanada memilih Rafale, ini akan menjadi kemenangan strategis bagi Dassault Aviation dalam memperluas pengaruhnya di Amerika Utara.
Bagi Ottawa, keputusan ini tidak hanya soal kemampuan tempur, tetapi juga sinyal politik untuk mengurangi ketergantungan pada AS. Namun, F-35 tetap unggul dalam teknologi siluman dan jaringan pertempuran terintegrasi NATO.
Tantangan Dassault adalah meyakinkan Kanada bahwa kelebihan Rafale dapat mengimbangi kelemahan tersebut.