Siapa RANK? Sosok Pegawai Bank Indonesia yang Akhiri Hidup dengan Lompatan dari Lantai 15, Benarkah Akibat di Bully dan Tekanan Kerja?

tanda tanya-pixabay-
Siapa RANK? Sosok Pegawai Bank Indonesia yang Akhiri Hidup dengan Lompatan dari Lantai 15, Benarkah Akibat di Bully dan Tekanan Kerja?
Tragedi Pegawai Bank Indonesia: Muda, Berprestasi, Tapi Akhiri Hidup dengan Lompatan dari Lantai 15
Dunia kerja kembali diguncang oleh peristiwa memilukan. Seorang pegawai muda Bank Indonesia (BI), RANK (23), ditemukan tewas bunuh diri setelah melompat dari lantai 15 gedung BI di Jakarta Pusat pada Senin pagi, 26 Mei 2025. Tragedi ini menjadi sorotan nasional karena usia korban yang masih sangat muda dan posisi karirnya yang tergolong strategis.
RANK diketahui merupakan lulusan Psikologi dari salah satu universitas ternama di Indonesia. Ia juga disebut-sebut sebagai sosok yang berprestasi dan memiliki masa depan cerah. Dalam waktu singkat sejak bergabung dengan BI, ia telah menempati posisi Asisten Manajer sejak Januari 2025. Jabatan tersebut tidak mudah didapat, biasanya hanya diperuntukkan bagi mereka yang mengikuti program pendidikan intensif Calon Pegawai Asisten Manajer (PCPM) Bank Indonesia.
Kabar meninggalnya RANK pertama kali mencuat setelah pihak kepolisian menerima laporan adanya sesosok jenazah yang ditemukan di area bawah gedung BI sekitar pukul 06.07 WIB. Lokasi penemuan jenazah berada di bagian belakang bangunan utama, persis di bawah rooftop barat yang menjadi titik awal tragedi itu.
Menurut Kapolsek Metro Gambir, Kompol Rezeki R Respati, kronologi kejadian dimulai saat korban tiba di kompleks BI sekitar pukul 05.48 WIB. Saat itu suasana kantor masih sepi, belum ada aktivitas pekerja seperti hari-hari biasa. Korban kemudian menggunakan lift untuk menuju lantai 15, tepatnya ke area rooftop atau helipad gedung tersebut.
“Setelah sampai di lantai 15, korban langsung menuju helipad dan melakukan aksi nekatnya,” ujar Kompol Rezeki dalam keterangan resminya.
Pihak BI sendiri hingga kini belum memberikan pernyataan resmi terkait penyebab pasti korban melakukan aksi ekstrem tersebut. Namun, banyak rekan kerja dan alumni kampus tempat RANK menempuh studi menyampaikan rasa duka yang mendalam melalui media sosial. Mereka mengingat sosok almarhum sebagai individu yang ramah, rendah hati, dan penuh semangat.
Karier Cepat, Prestise Tinggi
Sebagai alumni program Psikologi, langkah karier RANK di BI terbilang cepat. Program PCPM yang ia ikuti adalah jalur seleksi ketat yang bertujuan membentuk calon pemimpin di lingkungan BI. Program ini tidak hanya menekankan pada aspek akademik, tetapi juga pada kepemimpinan, mentalitas, serta kapasitas analitis yang kuat.
Dengan usia yang masih sangat muda, pencapaian RANK sebagai Asisten Manajer bisa dibilang istimewa. Jabatan ini biasanya menjadi batu loncatan menuju posisi strategis di level manajerial dalam beberapa tahun ke depan. Hal inilah yang membuat banyak pihak merasa kehilangan dan heran atas pilihan hidup yang diambilnya.
Fenomena Bunuh Diri di Lingkungan Kerja Elit
Tragedi ini turut membuka mata publik tentang tekanan mental yang mungkin dialami para pekerja di institusi elite. Meskipun secara materi dan karier tampak sukses, nyatanya beban psikologis bisa menjadi ancaman serius jika tidak ditangani dengan baik.
Beberapa ahli psikologi menyebut bahwa generasi muda saat ini rentan menghadapi tekanan tinggi, baik dari lingkungan kerja maupun ekspektasi diri sendiri. Terlebih lagi, di lembaga seperti Bank Indonesia, standar kerja dan target kinerja sangat tinggi, sehingga bisa memicu stres berkepanjangan jika tidak diimbangi dengan dukungan emosional yang memadai.
Tanggung Jawab Institusi dalam Menjaga Kesehatan Mental Pegawai
Kejadian ini juga memicu diskusi tentang pentingnya sistem pendampingan psikologis di tempat kerja. Banyak kalangan berharap agar institusi seperti BI mulai lebih proaktif dalam menyediakan layanan konseling atau program kesehatan mental bagi seluruh pegawainya, terutama yang berada di tahap awal karier.
“Tidak cukup hanya fokus pada performa dan produktivitas. Institusi harus sadar bahwa manusia adalah makhluk emosional. Jika kesehatan mental diabaikan, maka risiko seperti ini akan terus terjadi,” ujar Dr. Maya Siregar, Psikolog Klinis yang sering menangani kasus stres di lingkungan profesional.