Siapa Pendaki Wanita Alami Pelecehan dan Pemerasan di Gunung Sumbing? Begini Kronologi dan Identitas Lengkapnya

gunung-pixabay-
Siapa Pendaki Wanita Alami Pelecehan dan Pemerasan di Gunung Sumbing? Begini Kronologi dan Identitas Lengkapnya
Pendaki Wanita jadi Korban Pelecehan dan Pemerasan di Gunung Sumbing: Proses Panjang Menuju Keadilan
Kisah pilu dialami oleh seorang pendaki wanita berinisial A asal Bekasi. Ia menjadi korban pelecehan seksual dan pemerasan saat mendaki Gunung Sumbing, Jawa Tengah, pada Januari 2025 lalu. Peristiwa ini terjadi ketika A dan rombongannya selesai melakukan pendakian dan memilih untuk menginap di sebuah rumah warga tak jauh dari Basecamp Gajah Mungkur karena kondisi basecamp yang penuh.
Tidak ada firasat buruk yang dirasakan oleh A saat itu. Ia hanya menganggap penginapan sementara tersebut sebagai tempat istirahat biasa sebelum kembali pulang ke Bekasi. Namun, siapa sangka, momen tersebut menjadi awal dari trauma yang mendalam.
Ancaman dengan Video Pribadi
Baru pada bulan April 2025, tepatnya malam takbiran, A menerima pesan tak terduga melalui WhatsApp. Seseorang mengaku memiliki video pribadi A saat sedang mandi di kamar mandi rumah warga tempat ia menginap. Awalnya, A tidak percaya. Namun, setelah pelaku mengirimkan screenshot dari video tersebut, shock pun melanda korban.
Lebih mengejutkan lagi, pelaku menyebut bahwa ia juga memiliki video serupa dari dua orang lainnya. Tak hanya itu, pelaku meminta uang tebusan kepada A. Jika permintaan tersebut tidak dipenuhi, maka video tersebut akan disebar ke teman-teman korban. Ini tentu saja membuat A semakin tertekan secara psikologis.
Upaya Mencari Keadilan
Demi mencari keadilan, A tidak tinggal diam. Ia mulai melaporkan kejadian tersebut kepada pihak basecamp dan rombongan pendaki. Ketua rombongan, Rafi Hibatullah, mengatakan bahwa satu-satunya pihak di luar rombongan yang mengetahui nomor kontak A hanyalah pemilik rumah dan pihak basecamp.
Sayangnya, upaya pencarian keadilan tidak berjalan lancar. Meski pihak basecamp telah membuat laporan ke polisi, proses penyelidikan sempat terkendala karena tidak adanya bukti BAP (Berita Acara Pemeriksaan). Selain itu, pihak basecamp disebut-sebut tidak proaktif dalam membantu kasus ini. Bahkan, mereka dinilai menunda-nunda mediasi dengan alasan kesibukan acara Balon Udara yang tengah berlangsung di area pendakian.
Padahal, bukti kuat sudah tersedia. Kamar mandi di rumah tersebut memiliki plafon kayu, dan pelaku diduga merekam korban dari celah kayu tersebut. Selain itu, struktur lantai kamar mandi dalam video cocok dengan kondisi fisik di lokasi. Bukti-bukti ini cukup signifikan untuk memperkuat dugaan keterlibatan pemilik rumah.
Dugaan Hubungan Keluarga Antara Pelaku dan Pihak Basecamp
Yang lebih mencurigakan, A menyampaikan bahwa awalnya pihak basecamp tampak bersedia membantu, namun beberapa waktu kemudian justru menyarankan agar korban menunggu ancaman kedua dari pelaku. Hal ini memicu pertanyaan besar mengenai potensi keterlibatan atau hubungan antara pihak basecamp dan pemilik rumah.
Menurut informasi yang diterima oleh Rafi dari warga desa, pemilik basecamp dan pemilik rumah dikabarkan memiliki hubungan keluarga. Meskipun belum dapat dipastikan kebenarannya, hal ini menimbulkan tanda tanya besar di kalangan pendaki dan masyarakat luas.